Skip to main content

Percaya Pada Indonesia


Kita mulai dari film The Dark Knight Rises. Seorang perempuan yang kaya, cantik, dan baik, bernama Miranda muncul sebagai penyelamat Bruce Wayne. Ia berkata kepada Bruce yang sudah mulai kehilangan dirinya sendiri: jika ingin menyelamatkan dunia, kau harus mulai dengan mempercayainya

Aku pernah percaya pada konspirasi, bahwa di dunia ini ada sebuah organisasi besar yang memiliki rencana untuk menguasai dunia. Ia bernama Freemason dan sedang mengembangkan pengikutnya pada setiap negara di dunia. Bahkan ia telah menyusup ke organisasi-orgaisasi paling strategis yang ada di dunia ini. Kabar beredar di dunia internet seperti gosip para artis, dan dengan mudah kita akan tahu sejarah serta hal-hal apa saja yang telah Freemason lakukan. Dengan mempercayai adanya konspirasi tersebut, kita hampir sepakat bahwa kita tidak percaya terhadap dunia ini. Karena segala hal, mulai dari tayangan media massa, makanan yang ada supermarket, teknologi, segala produk informasi; semuanya menimbulkan kecurigaan.

Aku membayangkan bahwa kelompok Freemason beroperasi persis seperti organisas Akatsuki yang ada di film Naruto. Ia mencari orang-orang terbaik yang ada di dunia ini lalu diam-diam membuat rencana untuk mempengaruhi seluruh umat manusia. Tujuan akhir dari Akatsuki adalah membuat Mata bulan, yaitu mempengaruhi seluruh orang yang menatap ke bulan dengan genjutsu, lalu Madara (sebagai pemilik rencana) akan menguasai setiap jiwa manusia. Katanya, dengan begitu dunia ninja akan damai, tidak ada perang, tidak ada kebencian, dan tidak ada permusuhan. Mungkin saja Freemason juga hendak menjadikan dunia seperti itu; dunia tanpa permusuhan sama sekali. Mereka akan mengendalikan semua barang produksi dari hulu ke hilir, lalu kita semua akan menjadi budak mereka.

Begitulah jika kita hendak percaya pada konspirasi yang ada di muka bumi ini. Kita tidak akan percaya lagi kepada setiap yang muncul dalam kepala kita. Kita akan selalu diliputi kecurigaan akan segala sesuatu. Bahkan kepada diri sendiri, kita juga akan curiga. Dengan demikian, kata Miranda, kita tidak akan bisa memperbaiki dunia ini.

Hal semacam itu mash juga dipertegas dengan berbagai hal yang tidak masuk akal, terutama yang terjadi di Indonesia. Tadi pagi aku baru saja membaca tentang Indonesia yang masih mengimpor sayur dan buah dari Cina. Ini tentu menjengkelkan bagiku, yang lahir dan besar di desa yang menghasilkan suplai beras terbesar di indonesia: Lamongan. Aku memang bukan petani, tapi tetanggaku petani, seluruh waktu yang kuhabiskan adalah melihat petani. Meskipun aku tidak faham menanam padi, tapi saat panen aku berada di sana, dan saat-saat petani membayar hutang selama menanam padi, aku ikut mengetahuinya juga.

Indonesia adalah negeri dengan petani yang menumpuk seperti sampah di TPA. Saat menulis ini aku sedang ada di puncak bukit di Maros Sulawesi Selatan, yang tentunya di sini juga hamparan padi dan sawah berada di mana-mana. Ketika masih di Sekolah Dasar kami di ajari bahwa Indonesia adalah negara agraris, yang berarti kehidupan mayoritas orang indonesia adalah petani. Tapi yang kulihat, itu hanyalah ajaran bodoh karena petani semakin hari semakin di kucilkan dari pergaulan dunia. Petani di Indonesia ini rasa-rasanya hanya di peras untuk sesuatu yang tidak ada gunanya sama sekali.

Lahan-lahan kosong di luar pulau Jawa masih sangat luas tidak terkira. Aku tidak mampu menghitungnya. Yang aku tahu, yang aku lihat adalah kenyataan, bahwa di Madura, di Bali, di Lombok, di Sulawesi, di Sumatera, Kalimantan, Papua, Maluku, masihlah banyak lahan luas yang bisa dijadikan ladang untuk menanam produk holtikultura; menanam sayur dan buah, sehingga produk dalam negeri bisa memenuhi kebutuhan 250 juta penduduk Indonesia. Bukan itu saja, tentu kita akan bisa mengekspor sebagaimaa negara kita yang suka mengimpor ke negara lain.

Ini menambah bebanku yang sudah terjebak dalam ketidakpercayaan terhadap dunia ini. Aku menjadi semakin tidak percaya terhadap apa yang disebut keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Jadi, jika aku sudah tidak percaya kepada Indonesia, maka bilamanakah aku akan menjadikan indonesia lebih baik?

Sedang bangsaku sendiri menyengsarakan rakyatnya. Sedang orang-orang indonesia sendiri korupsi dan tidak peduli kepada nasib rakyatnya. Apa yang seharusnya aku percayai? Aku tidak akan bisa menyelamatkan apapun jika semakin hari pemberitaan tentang bangsaku semakin buruk.

Saat membaca buku seri Kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono yang di tulis oleh Dr. Dino Patti Djalal aku merasa menemukan oase segar dalam tubuh pemerintahan yang ada. Tapi itu telah berlalu, dua tahun sudah dan aku tidak menemukan hal lain selain kekecewaan. Apakah buku semacam itu juga buku-buku pencitraan yang hanya dibuat untuk main-main dan pembohongan terhadap publik? Mungkin jawabannya tidak, karena mungkin itu benar sebuah buku yang luar biasa tentang kepemimpinan sebagaimana endorsment yang ada di cover buku. Mungkin dalam satu sisi, SBY memanglah presiden yang luar biasa berjasa terhadap Indonesia, tapi kami ini hanyalah penduduk yang terlampau bodoh untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi sekian persen. Kami terlampau tidak pintar untuk mengetahui hubungan diplomatik yang membaik, pembayaran hutan luar negeri yang kami tidak mengerti, serta istilah-istilah asing untuk menghebatkan diri dan pemerintahan SBY. Kami terlampau tidak mengerti.

Jadi tolong, jawablah suara terkecil kami; yang duduk di warung selepas meladang, yang menonton gemerlap televisi ketika luang malam sebelum tidur. Buatlah aku percaya terhadap bangsa kami sendiri. Tolong.

Comments

About Me

My photo
Fathul Qorib
Lamongan, Jawa Timur, Indonesia
pada mulanya, aku adalah seorang yang cerdas sehingga aku ingin mengubah dunia. lalu aku menjadi lebih bijaksana, kemudian aku mengubah diriku sendiri.