Skip to main content

Posts

Showing posts from July, 2015

Memasarkan Media Baru

Termasuk salah satu tantangan terbesar sebuah media baru adalah pemasaran. Bagaimana media baru yang tidak memiliki modal yang kuat bisa survive di suatu daerah adalah pekerjaan berat. Namun cerita cerita mengenai perjuangan membentuk media dengan modal minim bukanlah sesuatu yang baru, sehingga pasti ada rumusan masuk akal untuk sama atau melampauinya. Sebagaimana yang telah saya jelaskan pada tulisan awal, bahwa membentuk media online bukan sesuatu yang sulit. Kita tinggal membeli hosting dan domain, lalu mencari teman teman sendiri untuk menjadi wartawan dan redaktur. Secara teknis hal ini sederhana, tinggal bagaimana cara menjual website tersebut supaya banyak pengunjung realnya. Setelah diketahui banyak pengunjung, maka tentu saja iklan akan berdatangan yang artinya, kinerja akan terbayar lunas. Memasarkan media, kita harus bisa menawarkan kualitas yang berbeda dari media pesaing. Perbedaan ini haruslah pada persoalan yang urgen, tidak masalah bila media pada awal aw

Menjadi Kaya Bersama

Pertanyaan paling mudah diajukan namun memiliki jawaban paling rumit bukanlah masalah filsafat. Pertanyaan yang paling sulit itu adalah : bagaimana cara sukses di bidang materi, atau bagaimana cara menjadi kaya. Karena kita biasanya yakin bahwa kaya tidak dibangun dalam semalam, maka saya yakin dengan asumsi bahwa kaya itu memang bisa dibangun dalam semalam. Saat anakanak alumni MA. Roudlotul Mutaabbidin sedang kumpul malam lebaran, saya hampir mengarahkan untuk menjadi kaya bersama-sama, namun saya urungkan karena tampaknya belum waktunya. Dan tulisan ini, memang saya sengaja tujukan kepada anakanak aliyah dengan harapan yang luar biasa. Atau kalau kemudian berguna, bisa menjadi acuan kelompol lain. Dengan sebuah tulisan, saya berharap pemikiran ini lebih mudah difahami, lebih runut, dan lebih mudah disebarluaskan untuk kepentingan yang lebih tinggi. Apakah bahasa saya sudah mendakik-dakik seperti seorang sastrawan? Mungkin Thoharul Fuad mampu menjawabnya, atau sang filusu

Menciptakan Media Online

Hal yang paling mencengangkan sekarang ini adalah kemudahan dalam membuat media online. Tidak ada orang yang menyangka bahwa membuat dan menciptakan media begitu mudahnya. Bagi pekerja media, tentunya ini adalah tantangan yang menjengkelkan karena pesaing akan semakin banyak, yang disaat sama, mereka tidak memiliki kredibilitas yang memadai. Sebagaimana diketahui, bahwa membuat media online tidak membutuhkan modal besar sebagaimana media lainnya. Tidak ada biaya membeli alat percetakan seharga miliaran rupiah, dan bagi media elektronik adalah membeli peralatan teknis yang juga bisa mencapai miliaran rupiah. Anda bisa membayangkan hal ini? Kita hanya perlu menyiapkan medium berupa website yang harga domain dan hostingnya tidak lebih dari 10 juta rupiah. Sementara untuk desain website dan tetek bengeknya, kita tinggal merayu mahasiswa jurusan teknik informatika yang memiliki IPK memuaskan. Hujani dengan pujian maka ia akan bekerja sepenuh hati, lalu hargai kerja kerasnya deng

Resah Manusia Indonesia

Di akhir pengajian Bangbangwetan pada 2 Juli 2015 lalu, pertanyaan yang paling konkret untuk diajukan adalah bagaimana menjadi manusia indonesia dalam menyikapi kosnpirasi politik dan ekonomi yang terpampang nyata tersebut. Dulu saya sempat meyakini bahwa semakin kita tahu, maka semakin kita tidak bisa apa-apa. Dan kini, keyakinan tersebut tampaknya menemui pembenarannya karena kita memang tidak mampu berbuat apa-apa kecuali berbicara dan membuat konsep. Mau tanah indonesia dirampas, media kita ditunggangi pemodal, hasil bumi dicuri, bahkan kebudayaan juga sudah diklaim negara tetangga, kita sebagian besar bangsa Indonesia malah plonga-plongo . Mahasiswa masih saja gelisah karena tidak bisa meluluskan diri dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Mahasiswa yang keren dengan puisinya, lalu memiliki pacar di setiap sudut kampus dan menjadi linglung oleh perempuan. Dan pemuda-pemuda yang akhirnya membuat komunitas-komunitas sendiri karena galau tidak mampu bergabung

Kehormatan

Acara BambangWetan di Balai Pemuda Surabaya, 2 Juli 2015 Sadumuk bathuk, sanyari bumi, ditohi pati Baru sekali ini ikut pengajian yang digawangi oleh Cak Nun (Emha Ainun Nadjib), langsung yang dibahas adalah kehormatan. BangbangWetan yang diselenggarakan di Balai Pemuda ini menyentak pikiran seluruh pemuda yang hadir, laki perempuan; untuk mengingat, merumuskan, dan menyusun langkah penyadaran terkait kehormatan yang saat ini sedang dipertanyakan. Pertanyaan-pertanyaan ini adalah apakah kehormatan masih menjadi penting bagi orang Indonesia? Jika masih penting, apakah kita tahu kehormatan yang hendak kita bela itu? Dan bila kita tahu kehormatan tersebut, apakah langkah yang harus kita lakukan untuk membela kehormatan ini? Adagium jawa yang dikumandangkan oleh BangbangWetan dan pemateri yang hadir adalah tentang kehormatan. Sadumuk bathuk, sanyari bumi, ditohi pati, yang secara harfiah berarti satu sentuhan dahi, satu jengkal tanah, bertaruh kematian. Secara luas,

About Me

My photo
Fathul Qorib
Lamongan, Jawa Timur, Indonesia
pada mulanya, aku adalah seorang yang cerdas sehingga aku ingin mengubah dunia. lalu aku menjadi lebih bijaksana, kemudian aku mengubah diriku sendiri.