Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2013

Cinta

Beberapa hari ini, mbak Dzikry, si penulis buku-buku cerita islami masa ketika aku masih kecil itu, sedang giat mencari referensi tentang cinta. Meskipun aku juga masih belum memahami secara benar bagaimana cinta itu, sedangkan pengetahuan datang bertubi-tubi tanpa bisa kita tangkap secara keseluruhan, maka aku juga masih punya hak dan kewajiban untuk menuliskannya. Membicarakan cinta, seakan kita sedang masuk ke dunia semua orang. Kita seakan menulis orang lain sedangkan kita belum pernah bertemu dengannya. Mengapa demikian? Tak lain karena semua orang mengenal cinta, merasakannya, tahu keberadaannya, tetapi saking personalnya cinta itu, maka kita memiliki pemikiran dan pengertian yang berbeda. Maka dari itulah menulis tentang cinta itu sulit. Sulit karena penulis harus bisa merangkum semua pengetahuan tentang cinta, bukan hanya menuliskan cinta yang berdasarkan pengalamannya, tapi cinta yang juga berdasarkan pengalaman pembaca, orang lain, bahkan berdasarkan kisah dalam bu

Midnight In Pare

Semasa kecil, ketika orang tuaku sibuk melarang anaknya agar tidak memakan sayap ayam, aku malah selalu mencuri-curi sayap tersebut. Mitos ini entah terjadi di seluruh jawa atau cuma terjadi di rumahku saja, aku tidak tahu. Setiap ada sayap ayam (jawa: suwiwi ) tersebut, ibuku akan menyembunyikannya. Menurut beliau, seorang jejaka atau gadis yang makan suwiwi akan menikah dengan orang yang jauh, dan beliau tidak mau jika anak-anaknya mendapatkan suami/istri di tempat yang jauh. Aku agak yakin bahwa ini merupakan pengaruh dari ayahku, karena ibuku terlihat tidak memiliki latar belakang mistis mengenai segala sesuatu, sedangkan ayahku adalah salah seorang keturunan pemelihara Jin. Tapi permulaan itu seharusnya salah, karena sekarang aku tengah melakukan perjalanan penemuan diri, bukan penemuan istri. Jadi ini tidak ada hubungannya dengan suwiwi bersama mitosnya, hanya saja aku menganggap bahwa perjalanannku ini mungkin suatu saat, menghasilkan hubungan dengan banyak perempuan

Jika Bahagia Itu Sederhana

Beberapa hari yang lalu, juga hari ini, aku melihat ada banyak orang yang berfikiran yang sama, yaitu sebuah kesimpulan bahwa bahagia itu sederhana. Tidak tahu dari mana mereka menyimpulkan seperti itu. Yang aku bingungkan adalah mengapa hal tersebut diungkapkan dalam waktu yang bersamaan, maksudku, mungkinkah karena mereka melihat sebuah acara secara bersamaan? Dulu-dulu tidak satupun dari mereka yang menggumamkan hal tersebut. Kejadiannya seperti virus yang ditularkan oleh berbagai macam iklan atau film yang sedang ngetrend . Jadi bahkan, untuk menyimpulkan sebuah kebahagiaan saja, butuh semacam trend . Aku tidak tahu yang berada dalam lingkup lebih besar karena aku hanya membaca status-status yang terpampang di beranda facebookku. Apakah mereka –secara kebetulan adalah anggota penyala makassar- mengikuti grup motivasi yang sama? Kebahagiaan sungguh merupakan sebuah misteri, dia bisa saja sederhana, sesederhana sesuatu yang tidak pernah kita pikirkan. Bahwa setiap kita

Tidak Percaya Pada Buku

Dengan membaca buku, aku mengira akan mengetahui segala sesuatu yang ada di muka bumi ini; permasalahan-permasalahannya, juga pemikiran-pemikiran untuk memperbaiki kondisi manusia. Aku memang pernah mengira begitu, entah perkiraanku salah atau benar, ada hal-hal lain yang sebenarnya masih merupakan ambiguitas antara realitas dan teori buku. Tidak ada penyangkalan dariku bahwa semua teori didasarkan kepada penelitian panjang terhadap lingkungan sosial. Sebagaimana yang pernah ku baca, bahwa sebuah teori dianggap baik jika memenuhi kualifikasi yang telah di sediakan dalam buku Theories of Human Communication –aku tidak seberapa mengerti penjelasan dalam bahasa inggris tersebut. Sekarang aku seperti memiliki pemikiran yang berbeda lagi. Mungkin di karenakan aku membaca sesuatu yang tidak seharusnya ku baca, atau aku memahami sesuatu dengan berbeda dari sebelumnya. Karena, bagaimanapun ada kalanya kita salah membaca, ada buku yang baik dan ada juga buku yang buruk. Sejauh mana

Percaya Pada Indonesia

Kita mulai dari film The Dark Knight Rises. Seorang perempuan yang kaya, cantik, dan baik, bernama Miranda muncul sebagai penyelamat Bruce Wayne. Ia berkata kepada Bruce yang sudah mulai kehilangan dirinya sendiri: jika ingin menyelamatkan dunia, kau harus mulai dengan mempercayainya .  Aku pernah percaya pada konspirasi, bahwa di dunia ini ada sebuah organisasi besar yang memiliki rencana untuk menguasai dunia. Ia bernama Freemason dan sedang mengembangkan pengikutnya pada setiap negara di dunia. Bahkan ia telah menyusup ke organisasi-orgaisasi paling strategis yang ada di dunia ini. Kabar beredar di dunia internet seperti gosip para artis, dan dengan mudah kita akan tahu sejarah serta hal-hal apa saja yang telah Freemason lakukan. Dengan mempercayai adanya konspirasi tersebut, kita hampir sepakat bahwa kita tidak percaya terhadap dunia ini. Karena segala hal, mulai dari tayangan media massa, makanan yang ada supermarket, teknologi, segala produk informasi; semuanya menimbu

Overview Midnight in Paris

Midnight in Paris (MIP - 2011), aku menyangkanya sebagai film romantis abad 21 yang akan memperbarui pikiran kita tentang cinta. Karena Paris, semata-mata karena ada nama Paris pada judul tersebut. Dan siapakah yang tidak ingin mengunjungi Paris serta menikmatinya dengan orang terkasih? Begitulah paris selalu menjadi simbol kepada sesuatu yang indah, cantik, dan tentunya romantis. Film ini benar-benar di luar perkiraan saya dia atas. Karena jika anda seorang pencari cinta, tontonlah film ini. Jika anda seorang penulis yang kagum kepada Hemingway, tontonlah film ini. Jika anda seorang pelukis yang mengerti betul mengenai Picasso, tontonlah film ini. Jika anda suka berfantasi, film ini cocok untuk anda. Atau anda seorang pecinta film berkualitas? Film ini tentu bisa menjadi pemuas. Dari semua film bagus yang pernah kutonton, film ini sudah masuk dalam daftar film yang tidak boleh dihapus dari hardisk laptopku. Film ini memanglah bukan sembarang film. MIP memiliki bilangan

Penyala Yang Terhormat

Penyala yang terhormat. Kalian tahu kalau aku sedang jatuh kepada Penyala Makassar. I’m fallin in love . Dan dengan segala daya upaya tidak ingin meninggalkan kegiatan ini layaknya seseorang yang kalah perang. Tapi sebuah keharusan bagiku untuk meninggalkan orang-orang yang senyumnya memabukkan, sebelum aku benar-benar tenggelam dalam danau cinta atau telaga bidadari. Beberapa waktu ini, aku mengingat-ingat tentang seluruh kejadian di mana setiap anggota Penyala merasakan rindu yang menggebu-gebu. Termasuk aku. Lalu mulailah aku mempertanyakan simpul-simpul kebahagiaan yang tampak dari senyum itu. Mengapa bisa kita semua bahagia di kala kita kehabisan waktu untuk bertemu dengan pacar kita? Bahkan, kita berkumpul dalam Penyala Makassar tidak karena kewajiban yang datang dari Tuhan atau dari dosen perkuliahan. Lalu mengapa aku masih melihat bias kebahagiaan pada senyum kalian? Dalam ilmu kuno, pertanyaan besar kita yang tak terjawab akan tetap tersimpan dalam memori alam bawah

Watch Your Mouth! Antara Backpacker dan Traveller

Aku berjalan ke sana-kemari dengan tujuan yang hanya bisa difahami oleh laptopku. Bertemu orang-orang yang menyamakan aku dengan seluruh orang yang pernah di temuinya. Melakukan perjalanan jauh, dari satu ke kota, maka kau tidak akan asing dengan beberapa orang yang sok tahu, sok bahwa kau bukanlah apa-apa dibandingkan dia. Seluruh apa yang kau lakukan, mungkin akan membuatnya kagum, namun itu sebentar saja, karena yang dikaguminya adalah dirinya sendiri. Namun dari kesemuanya, yang dengan serius harus kutanggapi adalah tentang pikiran mereka mengenai backpacker. Sebelum membaca, perlu kau tahu bahwa inilah definisiku. Bukan definisimu, definisi mereka, ataupun definisi kamus yang perkasa. Mengapa pikiran mereka tentang backpacker begitu menggangguku? Karena aku berbeda, setiap orang yang melakukan perjalanan itu berbeda. Jadi jangan menyamakan aku dengan orang lain, atau orang lain denganku. Karena orang lain yang benar-benar melakukan perjalanannya tidak akan mau di samaka

Note to God

Tuhan, aku tidak bisa berkata apa-apa. Tanganku tercekat, karena semua yang akan aku tuliskan pasti engkau mengetahuinya. Aku selalu mengulang-ulang bahwa aku mempercayai adanya engkau di seluruh tempat yang aku kunjungi. Aku sungguh yakin, bahwa engkau yang menolongku dalam segala situasi –meskipun kadang aku pura-pura tidak tahu bahwa engkau mengawasiku. Bukan kadang, bahkan ini sering. Semenjak aku mengenalmu sungguh-sungguh dan mampu merasakan kehadiranmu beberapa tahun yang lalu, aku menjadi semakin yakin bahwa engkau ada di setiap nafasku. Tapi tuhan, semenjak itu juga aku mengenal beberapa bentuk hal baru yang menjauhkanku darimu, suatu bentuk dosa lama yang baru kukenal, yang lalu membuatku terpuruk dalam kegilaan. Engkau tahu tuhan, kalau aku terus memikirkan bagaimana aku bisa terjebak dalam kesalahan itu, ingin keluar tapi tidak bisa, ingin menjauh tapi tidak bisa? Engkau tahu tuhan, kadang aku berdoa kepadamu, berharap kau akan merubah jalan hidupku sedrastis mungki

Membicarakan Rammang-Rammang

Desa luas, yang hamparannya hanyalah padi dan pegunungan. Maukah kau hidup seperti mereka? Mungkin ketika kau baru menginjakkan kaki di pematang sawah, melihat betapa bening air telaganya, juga betapa hening kicau burung dan angin, kau sangat ingin hidup di sana. Tapi aku tahu itu adalah kebohongan dari manusia modern. Aku selalu tersenyum sinis jika mendengarmu mengatakan hal tersebut, karena bahkan aku yang jatuh cinta seketika kepada mereka, juga meragukan apakah aku ingin hidup di sana. Itulah desa Salenrang. Kami berdua memasukinya ketika subuh berakhir di awan yang mendung. Mengambil beberapa potret alamnya, lalu meneruskan perjalanan untuk menemukan sesuatu yang tidak tahu apa itu. Temanku kali ini, adalah tipe teman yang banyak berprasangka kepada orang lain; termasuk kepadaku. Aku tidak tahu gagasannya seperti apa, tapi tentu aku memiliki gagasan sendiri untuk menikmati sesuatu. Jadi, menghargai gagasan orang lain adalah sesuatu yang sungguh, sulit namun luar biasa.

Kepada Masa Lalu

Aku mengenal satu perempuan dalam hidupku, yang menjadikanku mengerti tentang segala sesuatu selain membaca buku. Aku, tentu saja kurang sekali bergaul dengan beberapa orang yang memiliki ketertarikan terhadap dunia. Beberapa malam ini aku kembali memutar film dimana aku pernah hidup di dalamnya, dan menemukan bahwa dia termasuk tokoh terpenting dalam sejarah hidupku. Tokoh yang semoga suatu nanti ada yang menggantikannya dan tidak pernah meninggalkanku. Ketika menulis ini, mungkin ada beberapa orang yang akan sakit hati karena kecemburuan. Tapi itu tidaklah penting, karena hidup memang penuh dengan sesuatu yang tidak kita senangi. Namun jika kita bisa mengkonfirmasi segala kesakitan tersebut, kita akan menemukan jalan keluar. Aku dengan perempuan itu, adalah salah contoh kesalahan komunikasi. Kami merasa saling mengintimidasi padahal kami berdua saling membutuhkan. Kami gagal berkomunikasi, itulah awal dari kegagalan sebuah hubungan. Pertama dia merupakan perempuan yang pa

About Me

My photo
Fathul Qorib
Lamongan, Jawa Timur, Indonesia
pada mulanya, aku adalah seorang yang cerdas sehingga aku ingin mengubah dunia. lalu aku menjadi lebih bijaksana, kemudian aku mengubah diriku sendiri.