Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2017

Nikah

Bagiku, menikah adalah hal yang biasa. Sehingga kumaklumi keputusanku yang enggan menyebar undangan, bahkan untuk orang yang paling dekat denganku sekalipun. Banyak orang yang akhirnya bertanya-tanya, curiga, penasaran, dan beberapa dari teman dekat ini marah lalu enggan menyapaku lagi. Tampaknya, diantara teman-teman menganggap bahwa undangan adalah sebentuk pengakuan pertemanan sehingga tidak adanya undangan dianggap sebagai pemutusan hubungan silaturahim. Aku menghargai keyakinan-keyakinan macam itu, meskipun aku tidak ingin mengakuinya. Sejak remaja aku memahami bahwa suatu saat aku akan menikah, dan aku juga memahami bahwa aku pernah dilahirkan, suatu saat akan beranak pinak, menjadi tua, lalu mati dan hilang tak berbekas. Aku akan menjadi debu, beberapa masih mengingatku dan banyak manusia yang lupa bahwa aku pernah ada. Hal itu sama dengan menikah. Minggu lalu aku telah menikah, lalu sekarang beranda Facebookku telah berganti dengan puisi lain dan atau foto narsis yang

Jurnalis

Calon mertua saya, memandang jurnalis sebagai tukang tagih bulanan di kantor kedinasan. Menurutnya, jurnalis adalah sosok yang menjengkelkan. Ia merasa aneh karena jurnalis tampaknya seperti orang-orang baik, dipuja dan dilindungi, tetapi kenyataannya beberapa jurnalis yang ia temui berperilaku nggateli . Hal yang sama terjadi ketika saya mengajar kelas sore yang terdiri dari perangkat desa. Mereka yang tau saya pernah berprofesi sebagai wartawan, langsung curhat panjang –melebihi jam kuliah- tentang beberapa wartawan tukang tagih di kantor kelurahan. Tentu saja hal ini menggelisahkan, terutama bagi wartawan yang setiap hari bekerja dengan penuh integritas. Wartawan yang serius dan professional sebenarnya menyadari bahwa pekerjaannya amat berpotensi disalahgunakan. Beberapa wartawan yang akhirnya memanfaatkan pekerjaannya sebagai ladang uang tidak ‘sah’ ini biasanya disebut wartawan bodrex . Dan wartawan jenis ini, dapat dipastikan tidak akan pernah bercengkerama dan berkel

About Me

My photo
Fathul Qorib
Lamongan, Jawa Timur, Indonesia
pada mulanya, aku adalah seorang yang cerdas sehingga aku ingin mengubah dunia. lalu aku menjadi lebih bijaksana, kemudian aku mengubah diriku sendiri.