Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2015

50 Jam Kebosanan

Pisang epek di Vietnam seharga 20.000 Dong Seseorang, bagaimanapun akan mengalami salah satu kebosanan yang paling akut dalam hidupnya. Bisa jadi, kebosanan tersebut adalah memiliki pasangan yang sejatinya tidak pernah kita ingini. Atau yang lebih mudah adalah bosan menunggu seseorang yang mengacaukan waktumu yang tertata. Karena kebosanan, sama dengan kesedihan atau kesenangan, pasti akan dirasakan oleh setiap orang. Mengenai kebosanan yang akan saya ceritakan, adalah sungguh kebosanan yang memuakkan, menyakitkan, melelahkan, dan segala jenis ketidakenakan bisa dialamatkan pada 50 jam kebosanan ini. Dan untungnya, bila bisa dikatakan demikian, aku pernah terlatih dengan beberapa kali kebosanan yang hampir mendekatinya. Namun itu cerita lain lagi –diakhir cerita saja. 50 jam kebosanan ini berhubungan dengan perjalanan dan bus. Sudah mulai bisa membayangkannya? 50 jam di dalam sleeper bus yang –katanya- hanya membutuhkan waktu 36 saja. Ini adalah perjalanan dari Hano ke H

Raja dan Biksu di Thailand

for monk only Setiap pukul 06.00 dan 08.00 waktu setempat di Thailand, akan ada moment saat semua orang berhenti beraktifitas. Yang lari di taman berhenti. Yang menyajikan makanan berhenti. Yang sedang ke kamar mandi juga berhenti. Hening. Biasanya, di setiap daerah (atau negara) akan kita temui orang yang sangat dihormati. Dan di thailand, sosok yang sangat di hormati adalah keluarga kerajaan thailand. Mulai dari rajanya, permaisuri, dan anak-anaknya. Sehingga sangat mudah kita temui di sudut negara thailand, akan banyak bertebaran foto keluarga kerajaan yang didekorasi sedemikan rupa. Meskipun hanya beberapa hari di thailand, bisa kusimpulkan bahwa penghormatan kepada raja thailand adalah mutlak. Katanya, setiap nonton bioskop di Thailand, menit pertama kita akan diajak untuk berdiri karena diputarnya lagu untuk kemuliaan raja. Keluarga kerajaan ini, mungkin dianggap sebagai penyelamat bangsa atau lebih lagi, simbol tertinggi agama setempat. Sehingga penghormatan k

Songkran

Festival Songkran : Jalanan dipenuhi warga yang saling siram. Air bagi kebanyakan orang adalah sesuatu yang menghidupkan. Bahkan untuk agama saya, kata Tuhan, dari airlah segala sesuatu yang hidup berasal. Sedangkan bagi masyarakat Thailand, air menjadi sesuatu yang menyucikan, khususnya dalam tahun baru dalam bangsa itu : Songkran. Di belahan dunia lain, orang merayakan tahun baru dengan kembang api dan petasan, dan bangsa Thailand merayakannya dengan air. Air adalah sebuah tanda untuk menyucikan manusia dari dosa-dosanya. Maka dari itulah, di jalanan orang-orang melakukan peperangan dengan amunisi air yang bisa didapat disetiap sudut kota (spesially Chiang Mai). Tidak dapat dibayangkan bagaimana seseorang yang sedang bepergian di jalanan lalu tiba-tiba di guyur dengan air. Tidak ada yang akan marah, dan memang tidak boleh marah. Karena tahun baru thailand memang ditandai dengan “pesta” perang air. Di jalanan mereka menyiapkan ember dan pompa air untuk me”nyemprot” oran

Modus Penipuan di Thailand

Lumphini Park Di Taman Lumphini sore itu, orang –orang sibuk dengan jogging. Ada kira-kira ratusan orang yang berlarian pada jogging track yang telah disediakan, dengan kerimbunan pohon yang menaungi setiap langkah. Tiga kelompok lainnya melakukan senam sore dengan peserta beragam: kakek-nenek, orang dewasa, dan remaja (yang mempesona). Saat foto-foto di taman, datang satu keluarga yang mengaku dari Dubai. Pertama dia tanya kepada kami tentang makanan halal di sekitar Taman Lumphini. Tentu saja kami tidak tahu sembari mengatakan bahwa kami dari Indonesia. Seketika itu, mereka menyebut Jakarta, dan bilang bahwa mereka akan ke Jakarta besok. Sok tidak tahu, mereka bertanya apakah kami punya uang rupiah karena belum pernah melihatnya. Aku menunjukkan uang 10 ribu rupiah dari dalam dompet. Karena uang dolar yang kumiliki tidak banyak yang kubawa, si bapak-bapak Dubai ini tidak begitu tertarik. Namun saat temanku menunjukkan uang 100 ribu dari dalam dompet, dan sekilas uang

Backpacker Berjilbab

2 Jilbab Backpacker di Phuket Melakukan Backpacker bukanlah melulu pekerjaan orang kaya dan atau orang yang hobi dengan kesederhanaan. Sejak memiliki cita-cita ke luar negeri pada jaman kuliah dulu, memang yang kulihat para backpacker adalah orang yang modis dengan dandanan khas. Kalau boleh lebih tegas, biasanya dilakukan oleh orang yang sulit menjalankan agama islam secara baik. Namun dalam perjalananku yang pertama ini, tiga orang berjilbab ikut rombongan dengan diet keagamaan yang lumayan ketat. Diet keagamaan ini adalah melakukan shalat lima waktu dengan tertib, menggunakan jilbab (lebar) dengan tas carrier ukuran 50+5 Liter, plus salah satu teman rombongan harus puasa seharian. Memang mungkin agak dungu kalau saya tidak tahu bahwa sudah banyak jilbab backpacker yang menjelajahi negara ini. Namun saya tidak benar-benar melihatnya sehingga membuat sangsi. Kali ini, mereka benar-benar ada dan agaknya aku berharap betul bahwa mereka akan menunjukkan kualitas kemuslimaha

Keteraturan

MRT Singapura sebagai lambang modernisme dan keteraturan Orang indonesia pada umumnya tidak bisa hidup dengan keteraturan. Begitulah yang kita fahami bersama selama ini. Prasangka ini karena berkaitan dengan tata cara kehidupan orang luar negeri yang hendak kita pinjam. Sekaligus untuk menyalahkan bahwa karena tidak bisa hidup teratur, maka tidak bisa diatur, dan suka ngawur. Akibatnya, lalu lintas macet. Orang miskin yang bertempat tinggal di lingkungan kumuh menumpuk. Pembuatan SIM dan KTP dan dokumen lainnya ribet berbelit. Ketidakteraturan ini disalahkan kepada penduduk Indonesia yang tidak bisa hidup teratur. Padahal jika kita tahu, petani di kampung selalu bangun pagi. Pedagang pasar juga selalu buka dagangannya pagi-pagi. Orang bekerja juga berangkat pukul 07.00 dari rumah lalu pulang pukul 16.00 setiap harinya. Sebagian lagi berangkat lebih pagi agar tidak ketinggalan bus yang tidak bisa diatur itu. Orang-orang yang hendak bepergian juga selalu datang lebih c

Imigrasi dan Lamongan

Benar bahwa lebih mudah berurusan dengan tuhan, dari pada berurusan dengan manusia. Dan manusia yang paling susah kita takhlukkan adalah saat mereka tidak membutuhkan kita, dan kita (sangat) membutuhkan mereka. Ternyata psikologis kebutuhan mempengaruhi sikap dan penilaian seseorang. Hal inilah rasa-rasanya yang kurasakan di imigrasi indonesia. Persis saat pertama kali aku mengurus pasport tahun 2012 lalu, kejadian itu terjadi kembali. Saat aku mengurus pasport, aku ditanya tujuan dan tiket keberangkatan. Tentu aku berbohong bahwa aku akan ke Malaysia dan hendak kuliah. Setelah berbagai macam basa-basi, aku diminta menunggu hingga dua hari ke depan untuk kembali lagi. Secara singkat, sudah dua kali diminta menunggu dua hari-dua hari, tetap juga diminta menunggu. Akhirnya aku putus asa karena aku harus bolak-balik Lamongan-Surabaya hanya untuk mengurusi hal ini. Berakhirlah aku di calo pasport yang membutuhkan waktu hanya sehari, langsung foto, dan punyalah saya sebuah K

About Me

My photo
Fathul Qorib
Lamongan, Jawa Timur, Indonesia
pada mulanya, aku adalah seorang yang cerdas sehingga aku ingin mengubah dunia. lalu aku menjadi lebih bijaksana, kemudian aku mengubah diriku sendiri.