Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2013

Mendidik Papua Melalui Media

Salah satu fungsi media massa adalah sebagai pendidikan bagi khalayaknya. Jika suatu media masa tidak benar-benar mendidik maka dia tidak memiliki tanggung jawab sosial kepada masyarakatnya, juga tidak melaksanakan amanat dalam UU Pers Nomor 40 Tahun 2009 pada Bab II Pasal 3 Ayat (1) yang berbunyi bahwa pers nasional memiliki fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial. Fungsi seperti ini, bagi media massa yang ada di daerah-daeah dengan khalayak yang masih belum memiliki budaya literasi (baca-tulis) yang baik, memang membutuhkan keberanian. Keberanian dalam artian, tantangan yang dihadapi oleh sebuah media massa sebagai perusahaan pers bisa terancam. Dengan biaya produksi yang lebih mahal, belum tentu khalayak akan menerima jenis pendidikan yang diberikan oleh sebuah perusahaan pers. Maka dari itu diperlukan berbagai macam penelitian dan survey pembaca sebelum memutuskan pendidikan seperti apa yang akan dilakukan oleh media massa dalam memberikan fu

Quo Vadis Motivasi

Banyak hal yang tidak terselamatkan dalam kehidupan ini. Banyak pula hal yang tidak tercapai,banyak orang gagal, banyak yang mati ditengah perjuangan. Tetapi orang yang positif terhadap kehidupannya masih sangat banyak, melebihi batas keyakinannya sendiri. Dia selalu mengelus dadanya dan berkata: sabarlah hatiku, kegagalan ini adalah sebuah jalan menuju kesuksesan. Tetapi tetap saja dia akhirnya gagal. Saya kemudian mengingat lagunya jamrud yang liriknya bertolak belakang dengan mindshet orang selama ini. Liriknya seperti ini : berakit-rakit kita ke hulu, berenang-renang ke tepian, bersakit dahulu senangpun tak datang, malah mati kemudian. Itu faktanya. Sungguh berbeda dengan lagunya Rhoma Irama yang optimis bukan? Bagaimana dengan buku-buku motivasi yang memuat fakta mengenai kekuatan harapan dan cita-cita? Bagaimana dengan kisah-kisah motivasi mengenai kekuatan sebuah mimpi sehingga mereka benar-benar menjadi orang besar? Juga bagaimana energi positif yan

Mempertanyakan "Utamakan Orang Asli Papua"

Hidup di Papua memang menyenangkan. Banyak hal yang menyenangkan daripada yang menyengsarakan. Tetapi lama kelamaan, aku agak sinis terhadap tuntutan dari setiap orang untuk mengutamakan Papua di atas segalanya. Kalimat-kalimat seperti : utamakan orang asli papua yang muncul dalam setiap pembahasan tentang kemajuan masyarakat ujung timur Indonesia ini, memiliki kelemahan yang fatal dari segi psikologis. Berdasarkan fakta kita bisa melihat bahwa bangsa Papua itu bangsa yang tertinggal. Hal yang menonjol adalah cara mereka menghabiskan uang dalam sekali pakai. Di daerah-daerah tertentu yang menjadi tempat pendulangan emas, seperti Timika, penduduk asli yang mendapatkan serpihan emas dan kemudian menjualnya seharga 2-5 juta, maka akan langsung dihabiskan dalam sekali pakai. Yang intinya dalam pemakaian tersebut, semuanya untuk bersenang-senang. Selama mereka tidak belajar menjadi orang modern, dalam artian yang sepositif mungkin, maka pengutamaan orang asli papu

Membuka Dunia di Papua

Pendidikan yang ada di Papua ini miris. Jika kita berfikir bahwa anak-anak yang putus sekolah itu hanya ada di pelosok Papua, terutama di Pegunungan, kita salah. Karena bahkan di Kota Jayapura sekalipun, yang notabenenya Ibu Kota Provinsi Papua, masih banyak kita temukan anak-anak yang tanpa malu-malu mengaku putus sekolah. Praktis, sekolah hanyalah milik segelintir orang. Di samping hal itu, bisa dikatakan kalau pendidikan di Propinsi Indonesia paling timur ini berjalan mundur. Mundur karena pendidikan pada masa sekarang amat berbeda kualitas dengan pendidikan di masa dulu, terutama ditunjukkan ketika masa belanda. Paling tidak 50 tahun yang lalu, pendidikan amat diperhatikan karena orang Belanda yakin hal tersebut bisa membuat orang Papua dipekerjakan –ironis tapi manis. Hal tersebut dengan gamblang disampaikan oleh beberapa tokoh adat maupun tokoh gereja ketika melakukan pertemuan dengan Gubernur Papua. Dikatakan oleh mereka bahwa dahulu, orang Belanda membuat as

About Me

My photo
Fathul Qorib
Lamongan, Jawa Timur, Indonesia
pada mulanya, aku adalah seorang yang cerdas sehingga aku ingin mengubah dunia. lalu aku menjadi lebih bijaksana, kemudian aku mengubah diriku sendiri.