Awalnya aku hanya berambisi tidak akan menyulitkan siapapun. Hidup mandiri, di mana saja, dalam kondisi apa saja. Kemudian aku menjadi dewasa dan tidak lagi berfikir sempit seperti itu. Rupanya aku harus lebih bijaksana dengan tidak membiarkan keluargaku hidup sengsara. Karena sejak kecil, hidup begitu menjengkelkan. Mulai dari bangun pagi hingga dalam mimpi sekalipun, urusan perut tak pernah meyakinkan. Kakak lelaki satu-satunya pun diperlakukan takdir secara kasar. Ia polio sejak kecil sehingga harus menggunakan tongkat kemana-mana. Pikirku waktu itu, aku tidak menjadi beban keluarga saja sudah cukup. Dan itu sudah hampir aku lakukan sejak lulus Sekolah Dasar. Aku mandiri, meminimalisasi ketergantunganku dengan keluarga hingga 10 persen saja. Alhamdulillah, tuhan memelukku dan aku berhasil. Dua kakak perempuanku saat ini dalam titik nadirnya. Orang tua semakin sepuh. Dan aku hanya begini-begini saja tanpa mampu berbuat sesuatu yang luar biasa. Aku hanya dikagumi sebagian
Avonturir | Reader | Writer