Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2012

wake me up when desember ends

Pagi itu jam tujuh, aku masih belum juga tidur. Angin masih berhembus, begitu dingin. Aku kedinginan tapi tidak ada yang kulakukan, aku hanya mematung. Angin itu, datang melewati pikiranku, menembus badanku, dan aku tetap tidak bergerak. Aku seperti menunggu sebuah janji, namun yang kulihat hanyalah kenangan yang semakin menjauh. Seseorang yang aku cintai, menikah pagi itu, dengan orang lain. Aku ingin berbohong bahwa aku akan bahagia kalau ia bahagia, kemudian tersenyum. Tapi itu hanyalah perkataan indah dari kumpulan kata mutiara cinta. Pada keadaan yang sesungguhnya kata mutiara tidak mampu menyelamatkan apapun. Kita tidak bisa mengukur bagaimana cinta ataupun rasa sakit. Dan apa yang kurasakan sekarang adalah suatu keadaan yang tak terdefinisikan, tak terbahasakan, dan tak tertahankan. Ada yang menggelegak dalam dada, entah itu apa. Satu yang kusadari, kesempatan telah hilang bersama angin yang menembus tubuhku. Itulah keadaan yang mengawali desember terburu

Manusia

Kehidupan selalu berubah setiap detiknya. Bahkan diri kita sekarang adalah berbeda dari diri kita sedetik yang lalu juga sedetik yang akan datang. Namun apakah ini penting untuk kita ketahui? Bahkan kita tidak tahu bahwa kita sedang berubah. Dan pengetahuan-pengetahuan tentang jati diri kita sebagai manusia kadang juga tidak berarti apa-apa. Tidak lebih sebagai omong kosong science yang hanya berfungsi untuk penyandangan gelar akademis. Dan terhadap apapun yang kita perlakukan sebagai ilmu pengetahuan, kita tidak pernah tahu kesejatian fungsinya hingga kita benar-benar merasa bahwa kita ‘berubah’ ke arah yang lebih baik. Kita adalah manusia, yang bahkan disebut sebagai makhluk yang paling sempurna. Kemudian, apakah kita bisa menyebutkan sesuatu tentang ‘manusia’ itu sendiri? Saya hari ini berfikir tentang manusia yang terdiri dari fisik dan non fisik. Namun yang saya temukan malah ketidaktahuan mengenai  keduanya. Kita sebagai manusia modern, dalam banyak hal lebih tidak berp

Mengenal Hujan

"orang-orang yang mencintai hujan adalah orang-orang melankolis adalah orang-orang lembut adalah orang-orang yang hidup dengan puisi dalam tubuhnya" Hujan, agaknya telah menjadi penyihir paling magis dari seluruh makhluk ciptaanNya. Jika pembaca pernah, suatu kali, sedang sibuk mengerjakan sesuatu, lalu hujan turun, dan seketika anda tersenyum sambil meninggalkan pekerjaan tersebut hanya untuk memandangi hujan yang jatuh; berarti pembaca adalah salah satu makhluk yang mencintai hujan. Dan pecinta hujan tidaklah sendiri, ia ada dimana-mana, dalam tubuh-tubuh yang menggeliat dengan puisi memenuhi kalbunya. Pecinta hujan sama banyaknya dengan pecinta buku-buku Harry Potter, sama juga dengan  fans club  selebritis, atau juga sama seperti tetes yang jatuh dari hujan tersebut. Hujan, membangkitkan semua kenangan yang pernah hinggap dalam cerita kehidupan kita. Ia serupa ibu kedua yang membangkitkan nuansa rindu nan syahdu, juga kelembutan hati dari pendar cahaya yang

Di Makassar 2

Gunung tegak berdiri. Ia tidak landai, ia seperti karang yang berdiri sombong diterba dedaunan yang jatuh menuju lembah. Hijau, bersanding burung-burung yang beterbangan membawa sisa-sisa pagi yang masih terasa di puncak gunung. Embunnya menetes seperti keran air yang lupa ditutup, betapa dinginnya, betapa sejuknya, siang yang masih juga dingin, apakah disini pernah mengenal matahari? Aku menyusuri jalannya yang berkelok, persis menapaki jalan naga yang curam –antara jatuh ke jurang atau tertabrak tebing, tidak ada pilihan yang lebih baik kecuali hati-hati. Mobil yang kunaiki merayap dengan lihai, kawanku ini memang sudah ahli menapaki jalanan seram di sini. Ini adalah perjalananku yang beruntung. Makassar, akhirnya aku sampai di Makassar dengan kondisi yang luar biasa. Aku tidak mengenal seorangpun kecuali perempuan yang pernah ketemu di pare, Kediri. Ia tinggal di Makassar dan berjanji untuk menjemputku. Selebihnya aku mengandalkan insting backpackerku untuk survive di neg

24 Jam Yang Membosankan

Kapal Lambelu Hatiku bersorak ketika hujan datang, namun suasana bertambah miris karena hanya hujan yang mengantar kepergianku. Aku meninggalkan pulau Jawa seperti meninggalkan seorang kekasih yang telah lama menghuni dadaku. Kapal Lambelu yang kutunggu sejak pukul 18.00 baru saja datang. Ini jam 24.30. Bunyi sirinenya membahana seperti mengajak perang seluruh penghuni pelabuhan. Kurir-kurir berlarian, berteriak, mengoyak pendatang. Baju mereka berwarna kuning dengan angka-angka besar berada di dada dan punggung mereka. Itu nomor keberuntungan nasib yang akan membawa mereka kepada harapan. Nomor yang akan selalu diingat oleh orang-orang dengan cemas, orang-orang yang bertanya; akankah barangnya lenyap atau selamat? –sementara televisi masih suka mewartakan untuk berhati-hati dengan kurir-kurir pembawa barang yang tidak kenal. Aku telah berada di sini selama lima jam setengah, tapi aku tidak tahu apa yang telah terjadi pada diriku sendiri yang malas menceritakan situasi. I

Di Makassar

Aku masih di Makassar dalam kondisi kehabisan uang. Aku tidak janji bahwa aku akan melanjutkan perjalanan ke kota yang lain. Agak nya aku sudah senang karena menginjakkan kaki di Sulawesi, meskipun itu hanyalah Makassar dan sekitarnya. Paling tidak ini adalah langkah pertamaku dari jejak panjang yang ingin kubuat. Kemarin langkah pertama juga telah menapaki Sumatera, dan waktu itu, saya juga merasa cukup untuk singgah sebentar. Meskipun di sana juga hampir kehabisan uang, aku bisa mengatasinya dengan baik. Tapi disini, aku telah satu minggu. Dengan keadaan ekonomi yang mendesak, akhirnya aku melakukan hal yang biasa kulakukan di kota-kota yang lain. Aku bekerja. Mengajukan diri ke beberapa tempat, dan akhirnya aku memilih satu, dengan jam kerja paling mengerikan ;12 jam. Ini hampir seperti kerja Rodi. Sebelumnya aku pernah merasa aneh dengan orang-orang (teman-temanku sendiri bahkan) yang mengeluh setelah ia bekerja. Banyak sekali orang yang mengeluh atas pekerjaan mereka,

Ada dan tidak ada

Sungguh mati, saya sangsi apakah bisa menulis sebuah ada dan ketiadaan. Satu-satunya ke- ada -an yang saya suka adalah sebuah kutipan dari 100 tokoh yang paling berpengaruh versi Michael H. Hart terhadap Newton (manusia paling berpengaruh No. 2 setelah Nabi Muhammad) “ Alam dan hukum alam tersembunyi di balik malam. Tuhan berkata, biarlah Newton ada! Dan semuanya akan terang benderang” selain kalimat itu, bahkan tentang ‘ada’nya alam semesta melewati proses ledakan besarpun saya tidak berminat. Oleh karena itu, mungkin ada dan ketiadaan yang saya tulis, berkaitan erat dengan kondisi fisik saya yang lelah akibat perjalanan jauh dan mabuk laut. Ketika saya tahu bahwa kapal saya bergerak sedangkan dalam mata saya kapal yang saya naiki hanyalah diam saja, maka saya merasakan ketiadaan diri saya sendiri. Jika itu terlalu sulit ditangkap, demi pemahaman, oke saya beri perumpamaan kereta api. Ketika kita naik kereta api, yang bergerak adalah? Tentu saja anda tahu, yang bergerak ada

Universitas Indonesia

Lima hari aku berada di Universitas Indonesia. Sebuah kampus besar yang dengan berani menggunakan nama bangsa kita sebagai namanya. Dengan penyandangan nama itu sesungguhnyalah terletak tanggung jawab yang besar pula. Meskipun saya menulis mengenai kampus ini, namun saya tidak menjamin bahwa saya tahu semua mengenai kampus tersebut. Jadi tulisan ini hanyalah parsial, sebuah tulisan logis yang tidak akurat yang menggambarkan Universitas Indonesia. Hal-hal yang patut di banggakan dari sebuah kampus adalah cara dia bergaul dengan lingkungan masyarakatnya. Itu hal yang paling penting. Maka dari itu kunci dari Tri Dharma perguruan tinggi adalah pengabdian, penelitian, dan pengajaran. Kesemuanya di tujukan untuk masyarakat. Untuk kegiatan pendidikan berbasis masyarakat, UI memang tidak diragukan lagi. Saya acungi empat jempol sekaligus. Kampus UI, menurut seorang supir angkutan kota (bahkan supir angkotpun tahu) yang kuajak bicara adalah kampus yang paling sejuk dari seluruh t

About Me

My photo
Fathul Qorib
Lamongan, Jawa Timur, Indonesia
pada mulanya, aku adalah seorang yang cerdas sehingga aku ingin mengubah dunia. lalu aku menjadi lebih bijaksana, kemudian aku mengubah diriku sendiri.