Skip to main content

Posts

Showing posts from 2017

Nikah

Bagiku, menikah adalah hal yang biasa. Sehingga kumaklumi keputusanku yang enggan menyebar undangan, bahkan untuk orang yang paling dekat denganku sekalipun. Banyak orang yang akhirnya bertanya-tanya, curiga, penasaran, dan beberapa dari teman dekat ini marah lalu enggan menyapaku lagi. Tampaknya, diantara teman-teman menganggap bahwa undangan adalah sebentuk pengakuan pertemanan sehingga tidak adanya undangan dianggap sebagai pemutusan hubungan silaturahim. Aku menghargai keyakinan-keyakinan macam itu, meskipun aku tidak ingin mengakuinya. Sejak remaja aku memahami bahwa suatu saat aku akan menikah, dan aku juga memahami bahwa aku pernah dilahirkan, suatu saat akan beranak pinak, menjadi tua, lalu mati dan hilang tak berbekas. Aku akan menjadi debu, beberapa masih mengingatku dan banyak manusia yang lupa bahwa aku pernah ada. Hal itu sama dengan menikah. Minggu lalu aku telah menikah, lalu sekarang beranda Facebookku telah berganti dengan puisi lain dan atau foto narsis yang

Jurnalis

Calon mertua saya, memandang jurnalis sebagai tukang tagih bulanan di kantor kedinasan. Menurutnya, jurnalis adalah sosok yang menjengkelkan. Ia merasa aneh karena jurnalis tampaknya seperti orang-orang baik, dipuja dan dilindungi, tetapi kenyataannya beberapa jurnalis yang ia temui berperilaku nggateli . Hal yang sama terjadi ketika saya mengajar kelas sore yang terdiri dari perangkat desa. Mereka yang tau saya pernah berprofesi sebagai wartawan, langsung curhat panjang –melebihi jam kuliah- tentang beberapa wartawan tukang tagih di kantor kelurahan. Tentu saja hal ini menggelisahkan, terutama bagi wartawan yang setiap hari bekerja dengan penuh integritas. Wartawan yang serius dan professional sebenarnya menyadari bahwa pekerjaannya amat berpotensi disalahgunakan. Beberapa wartawan yang akhirnya memanfaatkan pekerjaannya sebagai ladang uang tidak ‘sah’ ini biasanya disebut wartawan bodrex . Dan wartawan jenis ini, dapat dipastikan tidak akan pernah bercengkerama dan berkel

Kekeliruan Penelitian Teks Media

Penelitian sosial adalah aktivitas ilmiah yang didalamnya terdapat beberapa syarat utama: logis, empiris, dan universal. Sebuah penelitian harus menerapkan dasar keilmiahannya sehingga dapat dipercaya sebagai suatu kebenaran ‘subyektif’. Kenapa subyektif? Karena penelitian memiliki batas permasalahan, baik itu kajian, teori, metode, tempat, hingga waktu. Seluruh penelitian akan dipandang memiliki hasil yang berbeda jika ditempatkan dalam konteks yang berbeda pula. Dalam keilmuan komunikasi, banyak sekali kajian yang menjadi obyek penelitian, misalnya psikologi, kelompok, politik, opini publik, gender, perilaku, hingga cultural studies . Mereka semua memiliki kekhasan tersendiri yang kadang unik, dan kadang dicampuradukkan dengan metode yang tidak cocok. Namun semuanya menjadi sah jika melihat tidak ada yang benar-benar benar di Indonesia. Jadi kita akan memakluminya sampai masing-masing dari kita paham bahwa kebodohan manusia tidak ada batasnya (menurut Einstein). Salah s

Overview : Merekam Peradaban Melalui Teknologi

Identitas Buku Judul Buku                         : Perkembangan Teknologi Komunikasi Penulis                                : Nurudin Penerbit                              : Rajagrafindo Persada Tahun Terbit                       : 2017 Jumlah halaman                 : XV + 217 Pemikiran paling fenomenal yang sering dikutip untuk membahas perkembangan teknologi manusia adalah Marshall McLuhan (1911-1980). Konsepnya tentang determinisme teknologi membuatnya dikenal karena telah menyadarkan banyak orang bahwa kehidupan manusia salah satunya dibentuk dan ditentukan oleh teknologi. Padahal sebelum McLuhan mempopulerkan konsep itu, banyak pemikir yang sepakat teknologi dikendalikan oleh manusia bukan malah sebaliknya. Penggunaan teknologi oleh manusia sangat menentukan bagaimana mereka bertindak. Penggunaan smartphone yang massif di zaman modern, membuat orang lebih sedih kehilangan telepon selulernya dibanding kehilangan dompet berisi uang. Di zaman tribal (kesuku

Menjaga Kewarasan

Kehidupan ini penuh dengan hal-hal yang tidak masuk akal. Kita tidak bisa menambah mengurangi mengali dan membagi dengan tepat segala sesuatu. Kehidupan sosial kita berkembang secara alamiah –dengan beberapa konstruksi yang saya kira tetap bisa dikatakan sebagai ‘apa adanya’. Kita sebagai manusia mengalami kebahagiaan juga kesakitan, mengalami masa penuh semangat dan motivasi, tapi juga pernah terpuruk pada suatu lembah tanpa dasar. Jika kita bahagia kita akan lupa pernah susah, dan jika mengalami kesusahan kita akan lupa bahwa kebahagiaan pernah kita alami. Semua hal itu normal selama kita menerimanya sebagai gambaran obyektif sehingga tidak bisa kita tolak. Itulah kerja-kerja tuhan yang ilmuwan sosial sebut sebagai realitas. Ada pernyataan-pernyataan pesimistis yang diakui secara berjamaah: jika kita tidak bisa mengubah realitas, maka ubahlah cara pandangmu terhadap realitas itu. Asal kalimat tersebut adalah 'karena kita benar-benar tidak bisa mengubah realitas itu&#

Inovasi Clash of Clan

Gagasan akan inovasi terus dipercayai oleh komunitas ilmuwan ekonomi dan komunikasi sebagai aspek penting melanggengkan suatu produk. Di mana-mana orang membicarakan inovasi, meskipun para inventor (penemu) dan inovator (orang yang penuh ide) sangat sedikit jumlahnya. Kebanyakan perusahaan memang tidak membuat inovasi karena segala sesuatu sudah berjalan. Tidak jarang, tidak adanya kebaruan ini membuat karyawan seperti robot: karyawan di sini berarti dari jenjang direktur sampai cleaning service . Perusahaan yang terus berinovasi cenderung akan lebih bertahan lama dibanding dengan perusahaan yang stagnan. Beberapa perusahaan telah terbukti mati karena tidak berinovasi, misalnya Kodak, Nokia, Blackberry, dan yang tahun 2016 sempat menggemparkan adalah ‘kematian’ Yahoo. Ke depan, perusahaan-perusahaan lain akan bertumbangan karena tidak ada inovasi. Menariknya, semua perusahaan yang mati tersebut karena tidak berinovasi untuk ‘menciptakan’ dan atau ‘mengikuti’ perkembangan t

About Me

My photo
Fathul Qorib
Lamongan, Jawa Timur, Indonesia
pada mulanya, aku adalah seorang yang cerdas sehingga aku ingin mengubah dunia. lalu aku menjadi lebih bijaksana, kemudian aku mengubah diriku sendiri.