Skip to main content

Posts

Showing posts from December, 2014

Sayonara; Pangdam Cenderawasih yang Dibenci dan Dihormati

Menuliskan kesan terhadap seorang tokoh publik bisa menjadikan kita seperti memakan buah simalakama; serba salah. Namun ketika diminta untuk menuliskan kesan kepada sosok Jenderal Bintang Dua ini, tampaknya saya tidak perlu merasakan itu karena pada setiap kalimat yang dilontarkan olehnya tercermin pertemanan, kebapakan, juga ketegasan. Maka dari itulah saya asal saja bicara bahwa Mayjend TNI Drs. Christian Zebua,MM adalah seorang 'tokoh Papua' yang dihormati sekaligus dibenci. Ada banyak orang yang membencinya, namun lebih banyak lagi yang menghormatinya. Dalam beberapa wawancara kepada narasumber, saya melihat ada dua hal ini yang terpatri di hati orang Papua. Pangdam Dibenci Saya menyadari bahwa saya tidak lama mengenal Mayjend TNI Christian Zebua, sehingga tidak terlalu dalam juga menyelaminya. Namun kesan paling mendalam yang saya rasakan adalah sikapnya yang tegas terhadap anggota kelompok Organisasi Papua Merdeka atau biasa disebut pihak kepolisian sebagai Kel

Sejenak Kalah

Suasana kantor lengang. Sudah dua jam aku ngobrol dengan Direktur Utama Cenderawasih Pos, Suyoto, dan menelan banyak hal. Mulai dari pencerahan hingga obrolan tanpa mutu antara dua orang lelaki –satu muda dan satu tua. Setiap redaktur datang, aku hanya merasa bahwa mereka tahu bahwa mulai hari ini aku menerima punishment , karena aku melakukan kesalahan dalam pemuatan berita. Kesalahan pemuatan berita ini membuat nama baik diriku meluncur ke liang kecoa. Aku dianggap tidak kredibel, membuat berita bohong, memuat foto palsu, dan lain sebagainya, bahkan dianggap lari dari tanggung jawab pada saat berita itu sudah menyebar luas. Pas sekali dengan tugas yang dibebankan padaku untuk pergi ke Makassar dengan waktu kemunculan berita itu. Aku lemah, kalah, terbodohi, dan merasa goblok sejak pemuatan berita itu, terjerembab. Sementara yang lebih mengerikan adalah kredibilitas koran, dimana saya bekerja di dalamnya, digugat oleh banyak orang. Aku menjadi merasa bersalah, koran besa

Menulis Biar Gaya

Sejak hilangnya blog-ku beberapa bulan lalu, aku kehilangan semangat menulis. Alasannya menjadi sederhana karena aku tidak bisa memposting tulisan itu ke dalam blogku. Ada semacam alasan yang tersembunyi, yang seharusnya aku tahu; bahwa salah satu alasanku menulis adalah agar tulisanku dibaca. Mungkin ada yang menulis dengan ikhlas, tanpa mengharapkan apa-apa entah dibaca orang atau tidak –dan aku sadar bahwa itu bukanlah aku. Sesekali aku ingin menulis tentang hidupku, sesekali aku ingin menulis tentang kehidupan orang lain. Banyak tulisan yang mustinya aku buat karena setiap hari aku menghabiskan 24 jam untuk melakukan pekerjaan sebagaimana orang dewasa. Pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan dunia tulisan ini seharusnya membuatku semakin produktif menulis, bukannya malah mengatakan “aku setiap hari sudah menulis, tetapi menulis berita,”. Banyak hal yang seharusnya kutulis, iya benar, banyak hal. Kadang aku bertemu dengan orang-orang yang menjengkelkan karena memil

Absurditas Kosong Kosong

lelaki tua dan beban, karya basuki abdullah Manusia yang memiliki akal budinya merantau dari masa ke masa, dari langit hingga ke bumi terdalam. Aku adalah mata yang berjumpalitan oleh waktu, menari dalam paruh yang hari-harinya menjadi bisu. Virus yang telah lama mengendap dalam ruang di mana relikui menjadi lagu dan nyanyian para pendosa. Dan jika simalakama datang lagi sebagai manusia kelas atas, maka aku adalah dewa yang menjadi mimpi skali lagi. Lalu bilamana aku akan mencari jati diri jika anjing dan bulu-bulu menjadi kutu yang tidak pernah beranak pinak menjadi hama. Dan tiba saatnya semua harus menghalangi ketakutan seperti panah-panah yang menjilati seluruh luka batin. Karena dalam setiap keadaan, aku akan dapat melihat tumpukan buku, dan barisan prajurit yang tidak akan pernah mampu melawan kebenaran. Dan bila benar juga, bahwa kenyataan adalah tekanan hidup paling retak. Jika membuatnya lemah, maka kelemahan akan menggerogoti jiwamu, dan jika kuat kau koya

Jurnalis Wajib Sebar Gagasan Kesetaraan Gender

Para perempuan yang ikut tergabung dalam Sekolah Politik Perempuan Maupe di Kabupaten Maros Posisi perempuan yang selalu dianggap lemah menjadi agenda penting yang dibahas dalam diskusi tiga hari, antara tiga pemateri On Track Media Indonesia dan 15 Jurnalis Lokal Indonesia Timur. Padahal perempuan telah berkontribusi aktif dalam segala bidang, namun mereka juga yang terpinggirkan dalam setiap pengambilan keputusan. Fathul Qorib - Makassar Rombongan wartawan dari 5 media lokal kawasan Indonesia Timur dibawa menuju Desa Majannang , Kecamatan Maros Baru , Kabupaten Maros , Provinsi Sulawesi Selatan dalam rangka pelatihan menjadi jurnalis yang berwawasan responsif gander. Jalan menuju ke kampung ini cukup jauh, memakan waktu sekitar 4 jam dari Kota Maros dan harus melewati persawahan yang luas. Perjalanan itu tentu saja tidak mulus. Jalanan sempit dengan kondisi bebatuan yang tidak rata membuat perut mual, belum lagi kubangan-kubangan yang membuat perut seperti diaduk.

Menjadikan Wacana Papua Lebih Humanis

Cintanya kepada Nueva sesederhana buah kira-kira, yang menyimpan jalur-jalur rahasia untuk dipersatukan kembali oleh tangan jernih anak-anak Patipi. Dari Konflik ke Konflik Orang yang telah membaca novel ini, pasti akan jatuh cinta dengan tokoh-tokoh   yang dipajang rapi oleh penulis bak porselen di toko barang antik. Pun jatuh cinta dengan keindahan alam, keindahan budaya, kekuatan adat, dan juga cara-cara menyelesaikan persoalan bagi masyarakat adat Patipi di Semenanjung Onim, Fak Fak, Papua Barat. Tampaknya kekuatan penulis adalah dalam hal mendiskripsikan realitas yang ada dalam angannya. Realitas ini, bisa jadi adalah realitas yang diharapkan oleh penulis terhadap sesuatu. Termasuk tokoh-tokoh yang dihadirkan oleh penulis, adalah merupakan orang-orang yang diharapkan untuk tumbuh dan dewasa dalam diri penulis. Lelaki dan perempuannya, perangai dan tabiatnya juga. Selain tokoh ini, ada beberapa keindahan alam yang masuk menjadi latar yang seksi bagi adegan

Masjid Tertua Kota Jayapura

Juli 2014 anak-anak bermain bola di halaman, maknya msjid kemudian ditinggikan ke lntai 3   Tidak ada yang menyangka bahwa di sudut Kota Jayapura berdiri sebuah masjid yang memiliki catatan gemilang pada tahun 1940-an. Di sana adalah pusat kegiatan umat muslim yang ada di Kota Jayapura waktu itu. Namun menghadapi zaman yang baru, masjid itu, meskipun susah, tetap bertahan dengan segala cara. Suasana lengang pada siang Bulan Ramadhan waktu itu. Yang terdengar hanyalah koor nyanyian siswa-siswi SMP Nurul Huda yang sedang melafalkan surat-surat pendek dari Al Quran. Ketika waktu Shalat Dzuhur tiba, H. Suyono keluar dari rumahnya yang ada di samping bangunan sekolah sekaligus bangunan Masjid Jami Kota Jayapura itu. “Kita shalat dulu,”ucapnya singkat ketika ditemui oleh wartawan Cenderawasih Pos. Dia adalah Ketua Takmir Masjid Jami Kota Jayapura yang sehari-sehari berada di sana untuk meramaikan masjid. Suyono merupakan salah satu saksi sejarah berkembangnya umat musli

Bus Anti Peluru Hingga Truk Bermuatan 310 Ton

Agustus 2014   Haull Truck yang mampumemuat 310 ton batu tambang Berwisata adalah hal biasa bagi setiap orang di indonesia. Tetapi wisata tambang, mungkin adalah hal baru yang dikenalkan oleh Freeport Indonesia. Raksasa tambang asal negeri Paman Sam ini mengajak beberapa jurnalis untuk melihat langsung operasional pertambangan mereka dari dekat. Bagaimana kisahnya? Tepat ketika cuaca sedang panas-panasnya di Timika, wartawan Cenderawasih Pos mendarat dengan selamat di bandara Mozes Kilangin. Cuaca panas bukan hanya karena matahari, tetapi juga karena sedang terjadi konflik sosial yang sempat menghilangkan beberapa nyawa dan membuat belasan warga lain terluka. Setelah menunggu setengah jam di bandara, seorang staf Corporate Communication (Corcom) PT Freeport Indonesia datang sambil bertanya dengan sopan, dia adalah Kare Tulungan yang nantinya akan menjadi seamcam tour guide bagi wartawan. Setelah berbasa-basi sejenak, kami langsung berangkat menuju Kota Tembagapura,

About Me

My photo
Fathul Qorib
Lamongan, Jawa Timur, Indonesia
pada mulanya, aku adalah seorang yang cerdas sehingga aku ingin mengubah dunia. lalu aku menjadi lebih bijaksana, kemudian aku mengubah diriku sendiri.