Skip to main content

Jika Bahagia Itu Sederhana

Beberapa hari yang lalu, juga hari ini, aku melihat ada banyak orang yang berfikiran yang sama, yaitu sebuah kesimpulan bahwa bahagia itu sederhana. Tidak tahu dari mana mereka menyimpulkan seperti itu. Yang aku bingungkan adalah mengapa hal tersebut diungkapkan dalam waktu yang bersamaan, maksudku, mungkinkah karena mereka melihat sebuah acara secara bersamaan? Dulu-dulu tidak satupun dari mereka yang menggumamkan hal tersebut.

Kejadiannya seperti virus yang ditularkan oleh berbagai macam iklan atau film yang sedang ngetrend. Jadi bahkan, untuk menyimpulkan sebuah kebahagiaan saja, butuh semacam trend. Aku tidak tahu yang berada dalam lingkup lebih besar karena aku hanya membaca status-status yang terpampang di beranda facebookku. Apakah mereka –secara kebetulan adalah anggota penyala makassar- mengikuti grup motivasi yang sama?

Kebahagiaan sungguh merupakan sebuah misteri, dia bisa saja sederhana, sesederhana sesuatu yang tidak pernah kita pikirkan. Bahwa setiap kita bernafas di pagi hari, ketika kita bisa memejamkan mata untuk tidur malam, ketika kita menggandeng tangan sahabat, atau ketika kita tahu ada orang yang begitu mencintai kita; semua itu adalah kebahagiaan yang mungkin bisa menjadi sangat sederhana dan bisa juga menjadi sangat rumit. Karena meskipun rasanya sepele, banyak manusia yang tidak memperolehnya karena memang belum beruntung. Jadi kebahagiaan yang bagaimanakah yang di cari oleh manusia?

Bahagia itu tidak hanya bersifat sesaat. Bahagia itu seharusnya sesuatu yang dalam dan berpengaruh besar pada kejiwaan kita. Kita ambil contoh saudari Ikes Dwiastuti yang menulis status pagi ini: bahagia itu jika saya memandangi payung di bawah hujan dan payungku berubah menjadi berbunga, lalu memasang hastag #bahagiaitusederhana. Ini menjadi sesuatu yang membinngungkan. Saya menjadi agak kecewa dengan pemahaman ini. Saya jadi menyimpulkan bahwa kepercayaan semacam bahagia itu sederhana merupakan hal abstrak yang perlu dicarikan pencerahan.

Ini mengingatkanku akan tulisanku masa lampau yang berjudul “Aku Ingin Mencintaimu Denga Sederhana” yang saya sadur dari pamahamanku akan puisinya Sapardi yang berjudul “Aku Ingin”. Buktinya, dalam puisi tersebut, cinta itu tidak sesederhana seperti yang dituliskan oleh Sapardi. Bahkan dalam puisi tersebut, sebenarnya menggugat bahwa cinta itu tidak sederhana sama sekali. Mungkin seorang perempuan akan mabuk kepayang ketika diucapkan puisi tersebut kepadanya, namun kita sangat tahu bahwa cinta yang seperti apa yang bisa dihadirkan oleh kekasihnya. Pasti sangat jauh dari apa yang diucapkan oleh Sapardi dalam puisi tersebut. Sederhana dalam puisi tersebut, berarti rela mati demi kekasihnya, rela tetap mencintai meski di hujat, diinjak, dibakar dalam nyala api. Apakah itu sederhana?

Kita mungkin berada dalam suatu pemahaman yang sangat sulit ketika mencatutkan kalimat bahagia itu sederhana. Kita bisa memudahkan diri sendiri dengan mencari-cari hal yang memang menyenangkan, tapi apakah itu membahagiakan? Misalnya, bahagia itu jika aku berada di puncak bukit dan merasakan angin yang menampar-nampar wajahku, dan menghirup oksigen alam yang begitu nikmat. Apakah itu berarti kamu ingin selamanya berada di sana untuk merasakan kebahagiaan tersebut? Tentu tidak, itu tidak membahagiakan, melainkan menyenangkan, karena kau secara kebetulan berada di sana untuk hanya melakukan hal tersebut. Bukan hidup di sana.

Jadi bagini, okelah anda tetap percaya kepada posisi bahagia itu sederhana sebagaimana yang sudah-sudah. Namun saya ingin mengajukan usulan yang menurut saya lebih masuk akal.  Bahagia yang sebenarnya adalah ketika kita ingin hidup di dalamnya. Bahagia itu ketika bersama seorang sahabat, sekaligus bersama keluarga, berada di tempat yang baik dan tepat. Jadi memang tidak sederhana. Yang ingin saya ajukan adalah mengganti kata bahagia menjadi menyenangkan. Jadi senang itu sederhana. Cukup sederhana bukan?

Sungguh bahagia itu tidak sederhana sama sekali. Sean, dalam film Good Will Hunting mengatakan kepada seorang anak muda : kau mungkin pernah, atau sering tidur bersama wanita, tapi kau tidak pernah merasakan bagaimana bahagianya bangun tidur di samping seorang wanita seakan-akan kau terlahir kembali. Sepertinya saya percaya bahwa Sean atau siapapun lelaki itu, jika menemukan perempuan yang tepat, akan bangun secara membahagiakan ketika pagi bersamanya. Itulah bahagia, kita ingin hidup di dalamnya, menjaganya setiap waktu agar tetap menjadi kebahagiaan yang kekal.

Jadi, menurut saya, kebahagiaan itu, meski bisa disederhanakan oleh para motivator, tidak bisa dilakukan serta merta menjadi sesuatu yang sederhana –untuk tidak menyebut kata sepele.

Comments

  1. memang ndak pernah ada kesederhanaan itu mas. sederhana itu rumit

    ReplyDelete

Post a Comment

semoga artikel ini berniat baik pada pembaca, komentar pembaca akan membangun blog ini.

About Me

My photo
Fathul Qorib
Lamongan, Jawa Timur, Indonesia
pada mulanya, aku adalah seorang yang cerdas sehingga aku ingin mengubah dunia. lalu aku menjadi lebih bijaksana, kemudian aku mengubah diriku sendiri.