Ia menundukkan kepala. Di seberang meja dalam sebuah acara resmi. Senyumnya sesekali kepadaku. Ia adalah mantan kawanku, yang kini kawanku itu duduk di sebelahku. Kawanku ini sosok yang bagi sebagian besar perempuan, adalah lelaki keren. Wajahnya ganteng, puisinya jago, paling kinclong kalau sudah dandan. Tentunya, kemampuan otaknya membesar karena teman-temannya tidak sejago dirinya. Minunsnya hanya satu: dia sudah menikah. Sementara perempuan di seberang meja adalah remaja centil yang digemesin banyak orang. Entah bagaimana hubungan mereka itu tiba-tiba selesai. Karenanya, siang ini terjadi kecanggungan yang hendak ditepis dalam diam keduanya. Mereka berhasil, untung saja. Meskipun aku melihat isyarat-isyarat yang tak bisa dijelaskan. Sehingga tiba-tiba aku ingin bertanya pada mereka, bagaimana kita bisa berhadapan dengan mantan? Menghadapi mantan, sebagian besar perempuan akan kesulitan, berbeda dengan lelaki. Karena seorang perempuan lebih bisa menghargai sebuah hubu
Avonturir | Reader | Writer