Intan H Jihane Ketika pesawat mendarat di Bandara Juanda Surabaya, perasaanku bercampur aduk. Hal ini tidak seperti pulang dari traveling kepada keluarga dengan happy ending . Aku sadar bahwa tepat tidak tepat, aku telah memutuskan untuk pulang. Kali ini aku masih menyusun rencana guna memantapkan hatiku bahwa kepulanganku adalah suatu keharusan –paling tidak adalah suatu kepatutan. Hujan deras. Surabaya meraung dalam kegelapan. Dua tas ransel kupanggul dengan hati-hati karena di sanalah seluruh kehidupanku selama dua tahun di Papua. Melewati beberapa petugas yang jaga sembari tersenyum membuat susana menjadi sedikit tenang. Paling tidak aku tidak mengalami pikiran negatif sehingga menimbulkan kenegatifan dalam diriku pula. Di Bandara Juanda rupanya mirip seperti mall. Ini adalah kedua kalinya aku menginjakkan kaki sini. Saat berjalan tanpa tujuan ini, ku tatap “warung kopi” Starbuck lalu masuk ke dalamnya dan mendapati satu mug besar Vanilla Latte dari tangan seoran
Avonturir | Reader | Writer