Skip to main content

Resensi Count of Monte Cristo


Pada mulanya adalah sebuah kebahagiaan, kepulangan yang ditunggu-tunggu oleh semua orang. Edmond Dates pulang menaiki Le Pharaon (kapal dagang kebanggaan Merssailess) untuk menyusul sebuah kebahagiaan. Ia akan menemui ayahnya yang sudah tua dan sakit-sakitan, dan dalam waktu dekat, seorang gadis yang dicintainya –yang juga mencintainya, akan segera dipinangnya dan melakukan upacara pernikahan. Dalam waktu yang teramat singkat, kita benar-benar dibuat takjub bahwa kejadian-kejadian berlarian dengan cepat. Singkatnya; Dantes pulang- memberi ayahnya uang yang banyak – akan menikah dengan Marcedes yang cantik – sekaligus ia akan diangkat menjadi Kapten Kapal karena Kapten Leclere telah meninggal dan Dantes merupakan Juru Mudi pertama.

Tetapi, “kata tetapi selalu menggambarkan sesuatu yang bertolak belakang”, tetapi, nasib kemudian merubahnya menjadi nasib yang amat sangat buruk. Sebab pesan yang diamanatkan oleh Kapten Leclere untuk mengunjungi Pulau Elbaf itu kemudian membawa petaka –akibat kelicikan, ketidaksukaan, iri dengki, fitnah, dan semua sifat buruk yang pernah dimiliki oleh seseorang yang sedang iri kepada Dantes yang dengan begitu mudahnya mendapatkan keberuntungan yang teramat besar dalam usianya yang muda.

Edmond kemudian dituduh sebagai orang yang bersalah, yang telah melakukan hubungan dengan kaum pemberontak di Pulau Elbaf itu. Kejadian seperti ini bisa kita fahami karena Paris pada masa itu sedang bergolak, ada sebagian pemberontak yang menentang pemerintahan Raja Louis XVIII –dan pemberontaknya adalah para pengikut setia Napoleon Bonaparte, kita bisa tahu bagaimana ketegangan yang terjadi. Dan nasib sial bagi Dantes adalah mendapatkan kepercayaan dari Kapten Leclere untuk mengantarakan bungkusan dan surat darinya ke Elbaf dan Paris. Jadilah mala petaka itu. Ditengah Dantes melakukan upacara pernikahannya dengan Marcedes, komisaris polisi dan beberapa anggotanya menangkap Dantes, dan tanpa pengadilan yang jelas, Dantes masuk ke penjara selama 14 tahun.

Dipenjara selama 14 tahun, tanpa bersalah, dalam keadaan yang hampir-hampir ia akan mendapatkan kebahagiaan yang luar biasa. Ini hanya pada bagian awal novel ini. Awal yang membuat jantung kita meremuk pelan-pelan, juga seperti ingin jungkir balik melihat kehidupan yang sebegitu mengerikan. Dan di dalam penjara ini jugalah, Dantes akhirnya belajar kepada pesakitan yang lain (dengan cara yang yang luar biasa akhirnya ia bisa bertemu dengan orang ini –memiliki saudara yang baru) tentang beragam bahasa dan beragam kepandaian hingga ia mampu berbicara dalam beberapa bahasa. Dan yang paling penting; ia diberikan sebuah peta harta karun terbesar yang berada di pulau Monte Cristo, yang ketika Dantes keluar penjara dengan penyamaran, Dia menjadi kaya raya, dengan kepandaian yang tiada tara, dan dalam tempo singkat mampu menjadi orang nomor satu di seluruh dunia.

Ia menjadi Count “Tuan” of Monte Cristo (nama pulau). Lalu seolah menjadi perwakilan Tuhan di muka bumi, ia mulai membantu keluarga Morrel (pemilik kapal ketika Dantes masih menjadi pekerja di sana) dan membatu orang-orang yang pernah berjasa kepada dirinya pada masa dahulu; dengan bantuan yang tidak pernah mereka sangka sehingga mereka tidak akan pernah melupakan jasa Count Monte Cristo. Setelah semua usahanya menjadi Tuhan yang Baik kepada orang yang baik, lalu ia mulai menjadi Tuhan yang maha penghukum kepada orang-orang yang jahat. Ia mencari mantan-mata kawannya yang telah memfitnahnya, juga hakim yang dengan licik menjebloskan ke penjara bawah tanah karena untuk menyelamatkan dirinya sendiri, dan seluruh orang yang yang membuat dia berpisah dengan Marcedes –kekasihnya yang juga hampir gila karena Dantes tak kunjung datang.

perjalanan tokoh dan peristiwa dalam novel ini benar-benar rumit dan saling terhubung satu sama lain. ini seperti pepatah; siapa menanam api, ia akan menuai asapnya. Orang-orang yang kaya dan pejabat tinggi hanyalah merupakan representasi dari mereka yang mampu mengelabuhi banyak orang. Ini seperti hampir terjadi di belahan bumi manapun, bahwa kebusukan orang, fitnah, dan laku-laku jahat terjadi untuk menjadikan diri sendiri kaya dan terhormat.

Dan di sini, semuanya dirangkai menjadi plot panjang dan penting. Kita seolah-seolah diajak langsung mengetahui setiap jejak yang dilakuka Dantes yang telah menghilang dan berubah menjadi Monte Cristo; sosok yang namanya dikenal di seluruh Paris. Tidak ada yang mengetahui masa lalu Monte Cristo, dan demikian pula tidak ada yang mengetahui masa lalu para bangsawan Prancis yang bobrok.

Apa yang kita dapat dari membaca buku ini? saya tidak bisa menjaminnya secara pasti apa yang akan segera kita dapat selain ketegangan dan keinginan terus membaca. Inilah kekuatan novel. Kadang kita dibuat merasa bahwa kehidupan novel itu benar-benar nyata, dan kehidupan nyata menjadi semu. Sebenarnya, kita akan lebih banyak faham tentang kehidupan jika kita membaca novel-novel yang berbasis kenyataan seperti ini. Bukan berarti based on true story, namun buku yang tidak mengada-ada, tidak merupakan fiksi imajinatif liar. Dengan membaca buku ini kita akan tahu kehidupan yang licik dan penuh kepentingan.

Salah satu bagian yang saya suka adalah ketika Edmon Dantes pertama kali di penjara dan ia mencoba bertahan hidup dengan segala akalnya. Lalu ketika ia akan benar-benar hilang kesadaran, ia dipertemukan dengan Abbe Faria yang mengajarkan kepadanya berbagai bahasa dan kepandaian. Dan kemudian Dantes keluar dari penjara itu benar-benar menjadi orang yang baru. Hal ini hampir sama dengan kejadian ketika Takezo (dalam buku Musashi) yang bengis itu di suruh oleh gurunya berada dalam kamar yang di dalamnya disediakan berbagai macam buku dan disuruh merenungi hidupnya lagi; lalu ia keluar menyandang nama baru : Miyamoto Musashi yang kemudian menjadi legenda Dewa Pedang di daratan Jepang.

Dari sini, saya bisa membayangkan bagaimana buku bisa membentuk orang yang sama sekali jika ia benar-benar tekun dalam mempelajari sesuatu. Edmond Dantes belajar selama 10 tahun di dalam penjara, dan Takezo belajar selama 3 tahun di dalam kamar. Merekalah yang kemudian menguasai dunia. Bagaimana jika anda yang berada dalam kamar selama itu? Apakah anda akan benar-benar menjadi orang yang baru, atau malah sebaliknya?

Comments

About Me

My photo
Fathul Qorib
Lamongan, Jawa Timur, Indonesia
pada mulanya, aku adalah seorang yang cerdas sehingga aku ingin mengubah dunia. lalu aku menjadi lebih bijaksana, kemudian aku mengubah diriku sendiri.