Skip to main content

Menyibak Cinta Menuju Cita-Cita


Cinta, katanya tidak bisa di definisikan dengan kata-kata, namun semua orang percaya dan merasakan bagaimana cinta membuat hidupnya berubah menjadi sesuatu yang lebih bermakna. Cinta merupakan representasi dari Tuhan yang paling tinggi yang ada dalam diri manusa, dimana dengan cinta tersebut, Tuhan menciptakan kita menjadi makhluk-Nya yang paling sempurna. Aristoteles mengatakan “Tuhan adalah sesuatu yang tidak bergerak, namun menggerakkan segala sesuatu yang berada di luar dirinya melalui energi abstrak besar bernama cinta”. Cinta juga menjadi tema universal yang tidak pernah usang untuk ditulis dan dikaji, lalu melahirkan Kahlil Gibran yang menjadi rujukan paling menakjubkan bagi remaja-remaja yang sedang jatuh cinta. Ia juga melahirkan Shakespeare dengan Romeo-Julietnya, atau An Nizami dengan Laila-Majnunya serta sastrawan-sastrawan lokal di sekolah-sekolah karena mereka sedang jatuh cinta dengan teman sekelas mereka. Ia sebagaimana hidup itu sendiri, sangat berarti dan begitu bermakna, tidak terlihat namun dampaknya luar biasa.

Meskipun tidak terdefinisikan secara jelas, saya yakin setiap orang memiliki definisi tentang cinta menurut perkiraan, pemikiran, dan pengalamannya sendiri. Begitu pula Aristoteles diatas, demikian pula Plato atau filusuf-ilmuwan yang lain. 

Saya akan mencoba mencuplik arti cinta dari Wikipedia untuk menyamakan persepsi kita tentang cinta : cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang diinginkan objek tersebut. Alasan saya menggunakan definisi diatas adalah karena saya setuju mengenai dua hal dalam definisi diatas, yaitu, pertama, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan. Sementara sebagian orang menganggap bahwa cinta adalah masalah hati, kita akan beranjak dan menyangkal bahwa cinta harus di wujudkan dalam kenyataan. Hati hanyalah tempat dimana cinta bersemayam, jika demikian maka cinta hanya akan mewujud sebagai penyakit yang akan menyiksa majikannya. Karena itu, satu hal yang sangat diharapkan oleh pecinta adalah ‘mengatakannya’. Cinta dari hati kepada tindakan konkrit. 

Kedua, cinta diartikan sebagai pemberian. Mulai dari pengorbanan, empati, kasih sayang, dan mau melakukan apapun yang diinginkan seseorang yang dicintainya, itu semua adalah pemberian. Sehingga seseorang yang berkata “aku cinta kamu”, sejatinya ia sedang memberikan segala hal dalam hidupnya untuk yang dicintainya. Disinilah kemudian orang-orang, terutama anak muda mengatakan bahwa cinta itu membebaskan, bukan mengekang.

Berdasar dua kesimpulan tentang cinta diatas, kita bisa membuat setiap pecinta memberikan kekuatannya kepada obyek cintanya agar berhasil menapaki kehidupan yang dahsyat dan luar biasa. Dua orang yang saling mencintai akan mampu membuat setiap percikan cintanya menjadi kekayaan, kecerdasan, kekuatan, dan tercapainya cita-cita. Cinta yang akan kita bicarakan, bukan hanya cinta semu antar remaja (cinta erotik), namun lebih dari itu, cinta ibu kepada anak, cinta guru kepada murid, cinta persaudaraan (philia), cinta spiritual (agape) lebih-lebih cinta kepada nusa dan bangsa –nasionalisme/patriotism (storge). Cinta, dimanapun ia tumbuh, akan menimbulkan perubahan yang besar menuju hal yang positif.

Menyibak Cinta Sejati

Untuk mengetahui bagaimana cinta sejati berproses dalam diri seorang anak Adam, kita harus melihat hasil temuan Sternberg (1988) yang terkenal dengan a triangular theory of love (segitiga cinta)nya. Ia menyimpulkan bahwa cinta itu bisa tersusun dari salah satu atau gabungan dari tiga elemen. Jika salah satu elemen cinta ini lebih besar atau hilang, maka cinta yang tumbuh akan pincang dan pada suatu saat akan gagal menjalin hubungan yang lebih baik dan atau lebih lama. Tiga komponen cinta tersebut adalah intimacy (keakraban/keintiman), passion (gairah), dan commitment (komitmen). Untuk lebih memahami segitiga cinta, gambar dibawah ini akan sangat membantu :



Dari ketiga hal diatas, bisa didapatkan tujuh macam kombinasi pengalaman cinta, yaitu :
a.   Liking ; ini bisa dicirikan sebagai sebuah bentuk yang murni persahabatan.
b.   Infatuation : ini adalah gairah cinta yang menggebu-gebu sebagaimana cinta monyet, menyebabkan tidak enak makan dan tidur serta selalu terbayang-bayang.
c.    Empty : cinta yang kosong terjadi karena tidak ada gairah maupun keakraban. Biasanya terjadi karena sistem perjodohan orang tua sebagaimana kakek buyut kita.
d.   Romantic love : gabungan dari liking dan passion menghasilkan cinta yang lebih tinggi dari sekedar cinta monyet. Cinta jenis ini akan saling perhatian sebagaimana persahabatan namun dibarengi gairah cinta yang membara.
e.   Fatuous love : cinta jenis ini bisa dilukiskan sebagai pasangan yang sebenarnya tidak mudah untuk saling mengerti, namun mereka memiliki komitmen dan gairah sehingga bisa berlanjut ke tahap yang lebih tinggi.
f.     Companionate : secara sederhana ini adalah pernikahan dua orang yang telah menjalin persahabatan sejak lama. Tidak ada gairah, namun mereka ingin berkomitmen untuk saling berdekatan sebagaimana sahabat. Tinggal menanam gairah, cinta akan menjadi sempurna.
g.    Consummate love : ini adalah cinta sempurna menurut Sternberg. Dua orang akan saling mencintai dengan penuh semangat, akrab, dan bergairah meski sudah bertahun-tahun.

Penutup ; Menuju Cita-Cita

Erich Fromm menyebutkan bahwa cinta yang produktif harus terdiri dari empat hal yaitu : Care (perhatian), Responsibility (tanggung jawab), Respect (saling menghormati), dan Knowledge (pengetahuan). Jadi secara sederhana maupun kompleks, rambu-rambu untuk menjadikan cinta sebagai pondasi awal menuju cita-cita. Seseorang yang mencintai berlandaskan pada perhatian yang penuh tentu akan menimbulkan kenyamanan kepada yang dicintai, begitu pula jika tanggung jawab, saling menghormati/menghargai, dan keinginan untuk terus-menerus belajar dari masing-masing pribadi, akan menimbulkan suasana yang sangat aktif produktif sehingga seakan-seakan tidak ada halangan yang berarti jika ada pasangan kita. Bila keempat hal tersebut bisa di jadikan landasan bercinta oleh kedua pasangan, maka bukan hal yang mustahil jika mereka berdua bisa menggapai cita-cita dengan penuh kebahagiaan.

Semoga anda mengenal Warren Buffet, ia adalah orang terkaya di dunia menurut majalah Forbes pada tahun 2010 setelah menendang Bill Gates dari posisi nomor satu. Salah satu ungkapan hidupnya yang terkenal adalah “Saya tidak berbeda dari anda sekalian,jika ada, perbedaannya hanyalah bahwa saya bangun setiap pagi dan memiliki kesempatan untuk mengerjakan apa yang saya cintai”. Begitulah, mengerjakan segala sesuatu dengan cinta membuat kita mampu mengendalikan kehidupan dunia kita dengan sangat bijak.

Pada zaman yang sudah terang benderang ini, seharusnya kita telah menyadari kekuatan cinta sebagai energy abstrak yang menggerakkan seluruh persendian tubuh kita untuk menumbuhkan produktifitas yang luar biasa, bahkan yang mustahil sekalipun. Sejalan dengan kesimpulan Howard –doctor Harvard University, bahwa salah satu upaya signifikan yang berpeluang untuk mengarahkan dan menjadikan setiap individu pada posisi teta, yaitu dengan cinta. Cinta dapat memicu energy yang besar dari tubuh kita, ia adalah kekuatan terdahsyat yang pernah dikenal manusia setelah Tuhan.

Untuk menutup tulisan ini, saya ingin menyajikan sebuah puisi karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul sajak kecil tentang cinta, semoga bisa menginspirasi pembaca.

mencintai angin harus menjadi siut
mencintai air harus menjadi ricik
mencintai gunung harus menjadi terjal
mencintai api harus menjadi jilat
mencintai cakrawala harus menebas jarak
mencintaimu harus menjelma aku

Comments

About Me

My photo
Fathul Qorib
Lamongan, Jawa Timur, Indonesia
pada mulanya, aku adalah seorang yang cerdas sehingga aku ingin mengubah dunia. lalu aku menjadi lebih bijaksana, kemudian aku mengubah diriku sendiri.