Skip to main content

Membaca 5cm



Download ebooknya 5cm di sini :
part 1 -------- part 2


Tiga tahun yang lalu aku membaca buku 5cm, menikmati alurnya sebagaimana aku menikmati buku-buku lainnya. Kemudian aku membaca lagi beberapa hari yang lalu, aku seperti tidak mengenal bacaanku yang dulu. Ada beberapa hal yang membuatku faham dengan novel ini, sekaligus masih menyisakan pertanyaan.

Ini masih belum mengenai filosofi hidup, ini masih berupa hal teknis yang sering membuatku gagap dalam membaca buku. Sejak tiga tahun yang lalu itu, aku mulai mengoleksi film dan menontonnya sepenuh hati, -kujadikan kegiatan rutin yang membuatku gelisah kalau sampai aku tidak memiliki stok film baru. Juga beberapa novel yang sebenarnya sudah agak kutinggalkan karena aku tengah berkecimpung di dunia perkuliahan, dimana, membaca novel dan puisi tidak membuatku mampu menulis artikel, jurnal, dan skripsi dengan baik.

Lalu aku membaca buku ini, 5cm, dan aku menemukan pemahaman baru. Karena di buku tersebut juga banyak sekali film-film serta sutradara yang disebutkan, bagai kerlip bintang menghiasi langit. Cuplikan-cuplikan itu membuat buku ini semakin manis dan hidup –hanya jika kita pernah menonton apa yang mereka sebutkan, atau pernah mengenal apa yang mereka tulis. Misalnya, yang sampai sekarang belum membuatku menikmati buku ini adalah nama-nama tokoh musik dengan ciri khasnya. Dan aku bukanlah penggemar musik yang serius, sehingga aku tidak seberapa mengena ketika mereka membicarakan beberapa musik. Jujur, ini kesalahanku sebagai pembaca yang tidak memiliki pengalaman banyak, bukan kesalahan buku yang tidak membuataku faham.

Film pertama yang di sebut adalah before sunrise dan before sunset. Aku telah menontonnya, dan ikut membayangkan bagaimana film itu –meskipun tidak dideskripsikan- mampu membawa imajinasiku sendiri. Kalau kita tidak pernah kenal sama kedua film ‘yang gak boleh dihapus dari laptopmu’ tersebut, kita tidak akan memiliki gambaran apapun tentang cerita ini, sebagaimana aku tiga tahun yang lalu. Memang, 5cm, meskipun bacaan novel ringan, ini menjadi bacaan berat.

Ringan dari segi alur dan cerita, namun berat dari segi isi dan komposisi. Kita lihat saja betapa banyak hal yang bertebaran yang hanya mampu difahami oleh anak kuliahan –dan bahkan anak kuliahan inipun terpaksa harus ku batasi karena tidak semua anak kuliahan ‘bisa membaca’. Baik itu yang secara langsung menyebutkan tentang terori, maupun tentang filosofi keindonesiaan, atau juga syair-syair yang memikat. Data dalam novel ini begitu banyak, dan sangat menunjukkan keilmuan pengarang yang juga besar. Rajin membaca buku, rajin diskusi, menonton film, dan juga mendengarkan musik.

Kita pembaca, yang tidak rajin melakuka keempat hal diatas, pasti ada salah satu bagian yang membuat kita kosong. Kalaupun tidak merasakan hal itu, disebabkan alur ceritanya yang bagus, atau kita yang tidak mau tahu tentang makna dari setiap yang kita baca. Karena aku mengalaminya, tiga tahun yang lalu, khatam dan tidak tahu apa-apa kecuali hal-hal penting yang disebutkan berulang-ulang; seperti, jargon dalam buku ini, sebagai berikut :

“…sehabis itu yang kamu perlu cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas, lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja, dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya, serta mulut yang akan selalu berdoa…

Padahal seni membaca karya sastra adalah benar-benar membaca, bukan sekedar membaca cepat untuk memahami alur cerita sebagaimana kita membaca karya ilmiah. Membaca novel harus membaca huruf, kalimat, bagian per bagiannya hingga benar-benar larut. Maka dari itu, seperti yangaku sebutkan di atas, ketika kita banyak membaca karya sastra, tulisan kitapun akan mengikutinya. Bahkan untuk menulis artikel tugas kuliahpun, bahasanya akan terlihat hancur dan langsung dibuang dihadapan kita sama dosen.

Membaca 5cm ini memang membutuhkan keilmuan khusus, tidak hanya sekedar memahami gambaran ceritanya yang mengguncang. Memang, buku seperti ini menjadi langka, bahkan yang sekelas laskar pelangi; yang inspirasinya sebanyak ikan lautan, juga kalah cemerlang jika memandang keluasan jangkauan ilmunya. Namun dalam hal tertentu, tentu 5cm tidak bisa mengalahkan apa yang telah dilakukan oleh laskar pelangi, misalnya; karya sastra yang cemerlang, karena meskipun salah satu tokoh 5cm adalah sastrawan kampus, tidak ada satupun tulisannya yang membuat seorang sastrawan perlu mengomentarinya.

Buku tentang mimpi sudah seperti sampah diperpustakaan, semua orang berlomba untuk menaikkan cita-cita menjadi sesuatu yang spektakuler. Dan memang semua buku itu berhasil membawa semangat baru bagi para pemuda yang sedang galau mencari jati diri dan butuh motivasi. Salah satu kunci keberhasilan 5cm ini adalah bahasanya yang familiar dengan kehidupan anak muda. Jadi, jika dijumlah dari kalangan pemuda kota, rasa-rasanya penggemar 5m lebih banyak dari buku yang lain.

Kelemahan yang ku dapat dari buku ini adalah konflik yang dibangun kurang berkesan. Yang harus diperkuat lagi adalah cerita tentang cinta mereka yang segi dua (meskipun cerita macam ini sudah basi), kisah mereka yang memutuskan harus berpisah sementara waktu, juga ketika salah satu tokoh hampir mati di mahameru. Tiga hal tersebut bisa menggoncang emosi pembaca sejadi-jadinya. Tapi dilihat secara keseluruhan, buku ini memang luar biasa, dan pantas masuk dalam daftar wajib buku baca sebelum kau meninggal; jika kau orang indonesia.

Dan mengenai bahasa inggris yang bertebaran, ini adalah nilai plus, sekaligus kelemahan fatal karena sebagai negara berkembang, masih banyak pemuda indonesia yang belum bisa bahasa inggris. Ini menyulitkan pemahaman, karena bahasa inggris di sana (yang kebanyakan hanyalah merupakan lagu-lagu) menjadi komposisi yang indah buat memahami perasaan tokoh-tokohnya. Dan bagi yang tidak bisa bahasa inggris, memang harus kecewa.
Aku rasa demikian saja.

Comments

About Me

My photo
Fathul Qorib
Lamongan, Jawa Timur, Indonesia
pada mulanya, aku adalah seorang yang cerdas sehingga aku ingin mengubah dunia. lalu aku menjadi lebih bijaksana, kemudian aku mengubah diriku sendiri.