Skip to main content

Representasi media

Dunia berkembang pesat menuju peradaban media. Informasi telah benar-benar menjadi raja pada era ini. Inilah abad media yang diramalkan oleh para futurolog, ketika orang yang menguasai informasi menjadi berkuasa, persis sebagaimana para kapitalis yang menjalakan sistem kapitalisme tanpa ampun. Bahkan dalam menjalankan media, mereka juga akan menggabungkan semua sistem yang mungkin untuk menetapkan diri mereka sebagai penguasa sesungguhnya. Pemilik media disamping menguasai informasi yang ada, mereka juga menguasa perekonomian dengan tetap menjaga kapitalisme media dan membangun perusahaan multinasional segala bidang. Mereka menjadi raja baru dalam perta perpolitikan, semena-mena terhadap pencitraan dirinya dengan media yang dimiliki, bahkan posisinya disebuah negara mengalahkan presiden yang hanya menjadi simbol bagi negara. 

Membincang media, kita akan berhadapan dengan realitas yang dipaparkan didalamnya. Entah itu realitas pertama (nyata) ataupun realitas kedua (berita). Biasanya, sebagian dari kita ada yang masih menganggap bahwa berita yang di layangkan oleh media ;baik itu televisi, surat kabar, berita internet, hingga selebaran dan spanduk yang bertebaran, merupakan realitas sebenarnya yang ada dalam masyarakat. Berita invansi Amerika ke Palestina misalnya, ini tentu sarat dengan kepentingan politik luar negeri paman sam (AS). Bahkan ketika saya menuliskan kalimat ;“invansi” Amerika Serikat kepada Palestina saja sudah mengandung ideologi saya sebagai orang Islam. Jika kata “invansi” tersebut diganti dengan dengan “perang” maka maknanya tentu berbeda, kalimat pertama berarti penjajahan, kalimat kedua berarti konflik yang setara. 

Ulasan-ulasan diberbagai media massa menjadi simpang siur, meskipun kebenaran hanya satu, jika sudah memasuki mata wartawan maka akan menjadi berlainan tergantung dari mana wartawan tersebut berasal. Wartawan dalam memproses berita yang ditermuinya dilapangan akan memasukkan ideologi yang dibawanya dalam menulis. Ini adalah keniscayaan, meskipun ada konsep cover both side dalam ideologi jurnalisme, namun kenyataannya, konsep tersebut belum bisa terpenuhi sebagai standar etika menulis berita. Salah satu prinsip dalam jurnalisme tersebut seringkali di abaikan oleh wartawan sebagai mata dari media massa. Seimbang itu berarti menulis dari berbagai sisi yang berseberangan dan yang kontra terhadap permasalahan yang sedang ditulis. Cover both side bukan berarti hanya dua sisi, namun yang diambil adalah beberapa orang yang pendapatnya sama dan saling menguatkan. Untuk sebagai panduan sederhana, untuk bisa menulis secara cover both side (seimbang) adalah : 
1. Tampilkan fakta
2. Tidak memuat informasi yang salah
3. Tidak menyesatkan atau menipu khalayak
4. Tidak memasukkan emosi, pendapat pribadi, ataupun pendapat editorial.
5. Menampilkan semua sudut pandang dari isu yang diangkat 
Dengan lima hal tersebut, wartawan akan menemukan jati dirinya sebagai penjaga kebenaran. Memang hal ini dilematis, namun pekerja media kan memang harus ideologis. Kita semestinya mendahulukan ideologi kita sebagai manusia daripada menjual ideologi kita hanya karena karir dan uang yang ditawarkan. 

Inilah yang dinamakan representasi. Bahwa segala informasi yang dimuat oleh media massa boleh jadi telah dikonstruksi sedemikian rupa untuk menguatkan satu golongan tertentu (ideologi tertentu) dan melemahkan golongan yang lain. Bahkan dalam media massa kita juga mengenal istilah gate keeper yang artinya sama dengan penjaga gawang ideologi media. Berita-berita yang dibawa oleh wartawan akan tersaring dalam kelompok ini, dialah yang menentukan suatu berita layak muat atau harus dibuang. Sehingga dari sini kita seharusnya faham bahwa apa yang ada dalam media bukan merupakan cermin dari realitas. Ia adalah sebuah konstruksi ideologis yang merupakan representasi dari realitas.
13 Februari 2012

Comments

About Me

My photo
Fathul Qorib
Lamongan, Jawa Timur, Indonesia
pada mulanya, aku adalah seorang yang cerdas sehingga aku ingin mengubah dunia. lalu aku menjadi lebih bijaksana, kemudian aku mengubah diriku sendiri.