Skip to main content

Mempertanyakan Feminisme

feminism

Saya pernah membaca beberapa tulisan hasil analisis dari pakar-pakar gender. Mereka mengatakan bahwa dalam bidang teknologi, perempuan selalu di marginalkan. Mesin-mesin yang berkembang tidak sesuai dengan fisik perempuan karena laki-laki terlalu egois untuk memikirkan kepentingan perempuan. Teknologi yang dimaksud bukan hanya teknologi soft seperti hp dan internet, namun lebih umum kepada seluruh penemuan mengenai teknologi yang pernah dikenal manusia :komputer, pesawat terbang, motor/mobil dst hanyalah sebuah contoh kecil. Kita bisa memperbesar pada peta keilmuan, mulai dari mesin produksi, teknologi pertanian, teknologi informasi dan komunikasi, dan teknologi media, juga tidak ramah terhadap perempuan . Mereka juga mengkritik bahwa ahli-ahli mesin selalu di dominasi oleh kaum pria, lihat saja teknisi dan mekanik.

Saya sebenarnya sepakat dengan pendapat seluruh pergerakan feminisme yang menginginkan kesetaraan perempuan dengan laki-laki. Tapi kesetaraan yang seperti apakah yang seharusnya terjadi? Jika laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki kualitas rasional yang sama, maka sapakah yang akan dengan sabar menemani anak-anak yang suka membandel? Jika sama-sama memiliki kasih sayang yang besar, maka siapakah yang akan menjewer telinga anak-anak yang nakal? Ada kalanya, perempuan dan laki-laki memang harus berbeda, jika sama, maka betapa tidak punya kreativitasnya Sang Tuhan itu. Perbedaan inilah yang harus kita maksimalkan agar menimbulkan hubungan timbal balik yang baik. Perbedaan inilah yang harus dipertahakan sehingga sebuah keluarga bisa saling mengisi, satu untuk mencari nafkah, satu untuk mengurus rumah.

Sesungguhnya, feminisme masih akan terus berkembang. Ia bukan satu jalan yang pejal. Pemikiran ini berdasar pada keadilan yang diinginkan kaum perempuan yang selama ini tidak dianggap berpihak kepada mereka. Kaum lelaki terlalu angkuh dengan dominasinya dengan sistem patriarki sehingga bisa dengan seenaknya mensubordinasi keberadaan perempuan. Alhasil, terjadilah banyak pemerkosaan terhadap perempuan, terjadinya kekerasan rumah tangga, serta posisi perempuan yang dijadikan komodifikasi oleh media massa modern.

Namun setujunya saya terhadap feminisme, haruslah ada batasnya. Ia harus dijaga oleh psikolog-psikolog yang telah mengarang buku menganai perbedaan psikologi antara laki-laki dan perempuan. Salah satu buku psikologi yang saya baca, membenarkan bahwa memang ada perbedaan mendasar dalam diri dua makhluk berbeda ini. Untuk membuat perbedaan itu bisa dipahami oleh seluruh laki-laki dan perempuan –bahkan oleh penggerak feminisme sendiri, permulaan buku menceritakan mengenai “kamar kecil”

“Ketika seorang laki-laki pergi ke kamar mandi, ia biasanya memang pergi hanya untuk satu alasan. Namun, perempuan menggunakan kamar kecil sebagai pertemuansosal dan ruang terapi. Para wanita yang semula tidak saling mengenal, jika mereka pergi ke kamar kecil, maka bisa saja mereka keluar dari kamar kecil itu sebagai sahabat abadi yang akur sepanjang umur”

Saya membacanya dan langsung menyadari bahwa saya dan pacar saya memang berbeda, begitupula anda dengan istri anda. Atau anda dengan teman perempuan anda yang meminta dibelikan coklat untuk mengusir ketegangan dan masalahnya. Anehnya, jarang ada laki-laki yang menyukai coklat dan es krim sedangkan wanita menjadikan benda-benda tersebut (bunga, coklat, esk krim, dan boneka) sebaga lambang-lambang persahabatan dan cinta kasih. Sebenarnya laki-laki tidak pernah peduli dengan semua remeh tanah itu, laki-laki membeli hanya karena kasihan melihat rengekan perempuannya. Inilah laki-laki dan perempuan itu.

Sesungguhnya banyak di ulas dalam berbagai buku yang tidak mempersoalkan ideologi di dalamnya. Saya menganggap, munculnya buku-buku psikologi perempudan dan laki-laki bebas ideologi sebagaimana munculnya buku-buku kritis seperti feminisme thought ataupun buku-buku sastra mainstream. Buku-buku psikologi muncul sebagai pelengkap sebuah ilmu pengetahuan yang memang terus menuju keseimbangannya. Setelah adanya fakta mengenai perbedaan otak yang ada didalam laki-laki dan perempuan ini, maka saatnyalah kita juga kritis terhadap apa yang diperjuangkan oleh pemikir-pemikir feminis.

Kita harus kembali bertanya kepada mereka. Bahkan saya menyangsikan bahwa feminis berawal dari pergerakan ideologis, bisa-bisa ini adalah faktor ekonomi kapitalisme yang menginginkan perempua-perempuan keluar rumah, lalu mencekoki mereka dengan berbagai macam produk kecantikan yang harus dipakai oleh perempuan-perempuan itu. Apakah anda juga curiga?
13 Februari 2012

Comments

About Me

My photo
Fathul Qorib
Lamongan, Jawa Timur, Indonesia
pada mulanya, aku adalah seorang yang cerdas sehingga aku ingin mengubah dunia. lalu aku menjadi lebih bijaksana, kemudian aku mengubah diriku sendiri.