Skip to main content

Review Brave (2012)


Film Brave yang saya prediksi akan memuaskan imajinasi saya akan sebuah keberanian, malah mengacaukan harapan tersebut. Bagaimana tidak, kisahnya yang mentah tidak layak jual, dan saya kira tidak memenuhi kualifikasi untuk cerita yang memukau. Bahkan lebih buruk dari cinderela ataupun si rambut emas panjang –rapunzel. Fantasi oke, I like it more that the realityI like everything which makes me shockwheter it’s fantasy or reality show, but not in this one.

Mari kita buat beberapa catatan mengenai film ini :

Pertama, cerita yang penuh dengan keberuntungan. Maka tidak ada yang bisa dipelajari menonton film yang mendasarkan diri dari keberuntungan sebuah cahaya biru yang muncul dalam hutan, lalu cahaya itu menuntunmu menuju takdir. Seharusnya cahaya biru ini menjadi kunci utama dari sebuah ‘misteriusisasi’ takdir, tapi yang terjadi malah sebaliknya; keanehan. Cahaya itu menunjukkan ke rumah seorang nenek penyihir, yang nenek penyihir itu menghilang setelah mengubah sang ratu menjadi beruang. Mengecewakan, padahal cahaya biru ditengah hutan + bertemu penyihir ajaib bisa menjadi cerita yang memukau.

Kedua, tidak ada adegan yang membuat dada kita berdenyut. Ini semacam shock therapy yang biasanya dimiliki oleh sebuah cerita, sebutlah itu seperti konflik. Konflik yang terjadi hanyalah seputar putri Merrida yang tidak mau menikah sebagaimana tradisi, lalu meminta bantuan seorang tukang sihir yang aneh, dan ibunya berubah menjadi beruang. Ia melakukan berbagai cara agar ibunya kembali seperti semula, tapi tidak ada cara yang lebih berani untuk membuat kita menjadi penasaran.

Ketiga, beberapa hal janggal dan tidak terungkap dengan tidak sengaja seperti tidak pernah difikirkan akan bisa mengacaukan film tersebut. Hal ini memang penting dalam sebuah cerita, di mana kemunculan dari tokoh, legenda, ataupun detil yang lain merupakan sesuatu yang berhubungan erat dengan kisah yang diangkat. Bahkan hal yang tidak berhubungan sama sekali, bisa mendukung cerita agar lebih berkesan. Misalnya saja, beberapa pemusik yang ada dalam film Titanic. Tidak ada kisah semacam itu dalam kapal besar tersebut, tapi demi menunjukkan efek dramatis, maka kisah pemusik yang terus memainkan musiknya dalam situasi yang berbahaya itu menjadi penting.

Itu adalah tiga gambaran umum yang bisa saya uraikan bahwa hal tersebut menjadi kekurangan terbesarnya. Ada teman saya yang sudah menonton film ini lalu merekomendasikan bahwa ini film yang mengharukan tentang mengeratkan hubungan anak dan ibu. Saya kira tidak seberapa, itulah jawabannya. Kita harus menonton film yang lain, membandingkannya dengan “sinetron indonesia” misalnya. Maaf, saya mual menyebut tentang sinetron. Namun sinetron indonesia lebih baik versi cerita hubungan ibu dan anak ketimbang film ini.

Namun saya harus menambahkan cepat-cepat bahwa film ini masihlah layak untuk ditonton karena, animasinya yang hampir tanpa cacat. Animasi milik ‘pixar’ yang telah menelurkan beberapa film lain; up, toy storywall-eMonster.inc, dan Finding Nemo, semua memiliki kualitas animasi yang amazing. Namun seharusnya animasi yang menunjang sebuah cerita, bukan cerita yang menunjang animasi. Sebagus apapun animasinya, kalau ceritanya memuakkan, ya tetap saja film jelek.

Namun begini, ada satu hal yang saya catat, yang membuat saya harus menulis resensi ini, adalah dialognya. Yah, kemenangan mutlak yang diraih film ini atas hatiku adalah, dialognya yang lumayan luar biasa untuk mengisi otak saya yang sudah penuh catatan.

Ini semua masalah takdir, dan film Brave ini sejatinya bukan berani (brave) untuk menghadapi beruang, singa, hutan rimba, atau apapun, tapi agar berani untuk merubah takdir. Bahwa kita kadang terjebak pada pengertian-pengertian tentang takdir, itu memag benar. Karena hidup kita telah dibatasi oleh takdir maka kita tidak bisa melakukan dan memilih apapun. Ada satu kalimat “ada beberapa orang yang tidak bisa menemukannya takdirnya, namun ada beberapa orang yang sudah ditentukan takdirnya”. Maka Putri Merrida inilah yang sudah ditentukan takdirnya –takdir menjadi putri yang sudah bisa kita duga, penuh dengan peraturan.

Lalu Putri Merrida ini berkehendak untuk merubah takdirnya, ini garis besar yang hendak dicapai oleh Brave –namun sayangnya tidak berhasil. Dialognya memang keren, kata-kata narator luar biasa, tapi tidak bisa diaplikasikan ke dalam film ini.

Jadi, bagaimanapun film ini masih memiliki kemungkinan untuk menyembuhkan kesalahan umum tentang takdir. Pesan nenek sihir itu kepada si putri agar si ibu sembuh adalah “fate be changed, look inside, mend the bond torn by pride”. Dengan ini, resensi ini bisa ditutup dengan harapan kita lebih berani untuk merubah takdir, karena kata Kiyai Mario Teguh, “takdir itu belum final”, maka siapa yang bisa menyangka takdir kita sendiri kalau kita tidak berusaha merubahnya?

Comments

About Me

My photo
Fathul Qorib
Lamongan, Jawa Timur, Indonesia
pada mulanya, aku adalah seorang yang cerdas sehingga aku ingin mengubah dunia. lalu aku menjadi lebih bijaksana, kemudian aku mengubah diriku sendiri.