Skip to main content

Catatan Lagi


Aku ingin menceritakan tentangmu kepada setiap orang yang mungkin ada disampingku kelak. Tapi itu tidak mungkin, karena menceritakanmu kepadanya akan membuat dia sakit hati karena cemburu. Aku juga ingin menceritakanmu kepada setiap orang yang mungkin menjadi sahabat perempuanku. Tapi itu juga tidak mungkin karena itu akan membuat mereka tidak berguna karena tidak bisa menjadi sepertimu.

Jika aku menceritakanmu kepada mereka seperti yang selalu dibayangkan oleh laki-laki, maka mereka akan cemburu. Bahwa kau cantik dan berbakti, bahwa kau baik dan shalihah, bahwa kau menarik dan puitis, bahwa kaulah lukisan bunga-bunga, bahwa kaulah pahatan berukir, bahwa kaulah maha karya abadi, bahwa kaulah masterpiece keindahan, bahwa kau lah perempuan yang tidak pernah terbayangkan dalam setiap kehidupan laki-laki.

Jika aku menceritakan mengenai hal itu kepada setiap orang yang pernah ada disampingku, maka mereka akan cemburu –sebagaimana cemburunya sikap Aisah kepada Khadijah yang selalu di ceritakan oleh Muhammad kepada setiap istrinya.

Tapi apa yang lebih di rasakan oleh laki-laki selain dari kebaikan perempuan? Tidak ada yang lain. Jikapun cantik adalah abadi, maka kecantikan bagaimanapun akan menimbulkan kebosanan. Jika pemahaman agama adalah suatu tolak ukur kebaikan seseorang, berapa banyak orang yang keseleo karena ahli agama? Namun kau bukanlah dua hal yang selalu ku idamkan itu, karena kau perempuan dan kau baik.

Seseorang yang baik hatinya, bagaimanapun dia berupa, bagaimanapun dia beragama, dia akan membaktikan dirinya untuk orang lain. dan nyata sekali kau tidak memikirkan dirimu sendiri, bahkan ketika detik terakhir masa lajangmu, aku semakin ragu.

Jika aku menceritkanmu kepada setiap orang, mengenai setiap kebaikan yang kau pupuk di dalam hatimu, maka setiap orang akan bersedia menyuntingmu. Jika aku menceritakan kepada setiap orang mengenai kepolosanmu terhadap dunia ini, maka setiap orang akan berlomba mencarimu lalu menjadikanmu benda seni yang abadi.

Namun, aku tahu, aku tahu, ada beberapa hal yang akan membuat orang-orang mati kebosanan ketika menemanimu. Ada beberapa dari kehidupanmu yang tidak diketahui oleh orang-orang yang iri kepadamu. Ada beberapa kemungkinan dari setiap perkataanmu, perbuatanmu, yang tidak mudah ditafsirkan sehingga membuat orang kebingungan setengah mati.

Kau suka mematikan lampu kamarmu, suatu hal yang aku pahami sebagai siksa batin yang pahit. Kau menikmati diam-mu, menjadi hal yang ku pahami sebagai tidak ada pilihan untuk menjadi yang lain. Bagaimana bisa seorang perempuan yang hendak kuceritakan kepada orang lain, dan membuat orang lain iri setengah mati itu, ternyata memiliki kehidupan yang lebih gelap daripada kelam itu sendiri?

Aku merasakannya, aku menangisinya sebagai kenyataan. Ada beberapa kehidupan yang mendungnya tidak pernah berakhir. Kau, berakhirlah segala kepedihan ketika menemukan seorang lelaki yang akan memapahmu menuju langit.

Tapi yang kudapat bukanlah harapanku. Kau mengatakan kepadaku bahwa dia bahkan tidak tahu apa-apa tentangmu. Dia tidak mengenal hatimu? Kenapa kau lakukan ini pada dirimu sendiri, adik kecilku? Aku berharap bahwa dia akan menggenggam tangamu ketika kalian berdiri di stasiun dan terminal yang ramai. Aku berharap dialah yang menyalakan lampu-lampu kamarmu yang gelap, lalu menceritakanmu mengenai pagi. Aku sungguh-sungguh berharap bahwa dialah masa depan, yang membawamu mengitari lautan lalu berakhir di sebuah masjid di India.

Aku berharap dialah orang yang akan menumbuhkan bunga-bunga keabadian dihatimu, lalu memelukmu sepanjang hidupnya, menjadi orang yang tidak pernah melepasmu meskipun sedetik. Menjadi orang yang memberimu kebebasan dan kepercayaan, memberimu kekuatan dan kelembutan, memberimu doa dan pengertian, serta memberimu anak-anak kecil yang kelak kau sebut mereka sebagai lambang kasih sayang Allah.

Inilah harapan seorang sahabat kepada sahabatnya, harapan seorang kakak kepada adiknya, harapan seorang kekasih kepada kekasihnya, sehingga tidak ada yang lain dari harapan itu kecuali ridlo dari Allah. Ini adalah doaku.

Comments

About Me

My photo
Fathul Qorib
Lamongan, Jawa Timur, Indonesia
pada mulanya, aku adalah seorang yang cerdas sehingga aku ingin mengubah dunia. lalu aku menjadi lebih bijaksana, kemudian aku mengubah diriku sendiri.