Skip to main content

Perempuan dijantung Abad


Sekarang, wanita sudah tidak perlu merasa resah lagi. Semua orang ramai-ramai menempatkan perempuan sebagai ikon perubahan. Meskipun kita semua tahu bahwa budaya/sistem patriarki tidak akan pernah bisa hilang di Indonesia. Perempuan, dijadikan mulia dan tokoh luar biasa yang sangat berbeda dengan laki-laki. Dalam posisi yang sama, tidak ada pahlawan kemerdekaan Indonesia yang mengalahkan popularitas Kartini. Laki-laki yang memerdekakan indonesia melalui berbagai cara: fisik (perang) dan non fisik (perundingan, penulisan, pendidikan) tetap tidak ada yang seterkenal Kartini yang hanya memperjuangkan pendiidkan (kesetaraan perempuan dalam hal pendidikan).

Kartini djadikan tonggak sejarah perjuangan perempuan dalam membebaskan dirinya. Sekarang, sisa-sisa perjuangan itu kemudian diteruskan dengan lebih luar biasa lagi. Berbagai penghargaan kepada perempuan-perempuan yang memiliki semangat perubahan pun diadakan. Seminar, pelatihan perempuan (entrepreneur, pendidikan, training, pengabdian), dan berbagai acara diselenggarakan atas nama perempuan. Yang ironis, acara seperti itu bukan tidak berarti apa-apa, malah seakan-akan perempuan melakukan reformasi/revolusi demi membebaskan dirinya dari cengkeraman laki-laki.

Di dunia ini tidak ada istilah man first, selalu saja ladies first. Dalam acara seminar umum pun kerap saya temui pembicara yang ketika membuka pertanyaan mengatakan : yang perempuan mungkin?

Perjalanan saya dari Jakarta – Surabaya suatu hari, menemukan sebuah kereta api bertuliskan “Kereta Khusus Perempuan”. Ini menambah daftar fasilitas yang khusus disediakan untuk perempuan (termasuk ASI room –ruang untuk menyusui). Memang ada anggapan bahwa perempuan tidak aman naik angkutan umum sendirian sehingga perlu adanya angkutan massal khusus perempuan. Ini menambah beban lelaki yang selalu dituding terhadap segala kejahatan yang menimpa perempuan. Laki-laki menjadi selalu salah. Memang ini harus dibicarakan karena perempuan punya alasan yang jelas terhadap tudingan itu. Yang perlu saya yakinkan, tidak semua laki-laki bersalah kepada perempuan.

Feminisme
Sebagai lulusan Komunikasi, saya patut berharap bahwa perempuan yang bergerak untuk membebeaskan perempuan dari berbagai hal yang tidak disukainya, tidak terjebak ke dalam ideologi feminisme yang kerap berakhir anarkis. Anarkis dalam pemikiran, anarkis dalam menganggap bahwa perempuan membutuhkan segala hal mengenai kebebasan. Pemikiran-pemikiran kaum feminis kadang terlampau jauh dalam menanggapi realitas yang terjadi. Ini terutama terjadi pada kaum feminism radikal yang rela menjadi lesbian untuk menghukum laki-laki. Ini juga terlihat tidak masuk akal melihat ada dualisme yang tidak mungkin dipisahkan dari kehidupan dunia ini :laki-laki dan perempua.

Laki-laki dan perempuan ibarat siang dan malam, kiri dan kanan, serta pancaindera, yang kesemuanya diciptakan untuk saling melengkapi. Untuk itulah, seluruh ras manusia yang mengatakan bahwa kaum perempuan terancam dengan kehadiran kaum laki-laki adalah bullshit. Laki-laki memiliki sifat bawaan yang hanya bisa lengkap jika hanya dipasangkan dengan perempuan (yang juga memiliki sifat bawaannya).

Jari-jemari yang kita miliki membuktikan hal itu. Lihat saja bagaimana sela-sela jari kita diciptakan, ada ruang kosong yang tidak dapat dijangkau dari jari kejari. Ruang kosong iitu ibarat hati yang tidak dapat dibendung untuk mengatakan cinta kepada orang lain, sehingga timbullah pasangan yang kekal menjajal zaman. Jika tidak percaya, cobalah menangkupkan jari-jarimu kepada kekasih yang kau cintai, niscaya iu akan merembet ke hati dan membuat kehidupan lebih bersinar.

Jika perempuan masih saja melingkarkan dirinya ke ideologi feminisme, itu sama dengan menjauhkan diri dari realitas. Perempuan pejuang feminisme yang tanpa didasari oleh realitas sudah tentu akan selalu dikejar-kejar oleh kebohongan yang dibuatnya sendiri. Mereka sengaja merangkai sejarah dimana perempuan pernah dilecehkan, cerita sejarah mulai dari bangsa Arab hingga bangsa Amerika. Dan acara-acara menggugat patriarki yang bekembang di negara-negara Asia juga tidak luput dari kajian mereka.

Sudah saatnya kita menjadi perempuan yang cerdas. Saya yakin, Kartini (jika beliau yang dijadika sebagai rujukan) juga tidak menginginkan kaumnya terjebak ke dalam feminisme karena beliau mendasarkan perjuangannya pada adat-istiadat bangsa Indonesia.

Biodata Penulis
Fathul Qorib, lahir di Lamongan pada 20 Januari 1989. Menulis esai, cerpen, puisi, dan beberapa naskah pementasan. Ketua Forum Lingkar Pena Bangkalan 2011-2012, Ketua Studi Bahasa dan Sastra Univ Trunojoyo Madura 2010. Email : qorib.indonesia@gmail.com

Comments

About Me

My photo
Fathul Qorib
Lamongan, Jawa Timur, Indonesia
pada mulanya, aku adalah seorang yang cerdas sehingga aku ingin mengubah dunia. lalu aku menjadi lebih bijaksana, kemudian aku mengubah diriku sendiri.