Skip to main content

Masjid Tertua Kota Jayapura


Juli 2014

anak-anak bermain bola di halaman, maknya msjid kemudian ditinggikan ke lntai 3
 Tidak ada yang menyangka bahwa di sudut Kota Jayapura berdiri sebuah masjid yang memiliki catatan gemilang pada tahun 1940-an. Di sana adalah pusat kegiatan umat muslim yang ada di Kota Jayapura waktu itu. Namun menghadapi zaman yang baru, masjid itu, meskipun susah, tetap bertahan dengan segala cara.

Suasana lengang pada siang Bulan Ramadhan waktu itu. Yang terdengar hanyalah koor nyanyian siswa-siswi SMP Nurul Huda yang sedang melafalkan surat-surat pendek dari Al Quran. Ketika waktu Shalat Dzuhur tiba, H. Suyono keluar dari rumahnya yang ada di samping bangunan sekolah sekaligus bangunan Masjid Jami Kota Jayapura itu. “Kita shalat dulu,”ucapnya singkat ketika ditemui oleh wartawan Cenderawasih Pos.

Dia adalah Ketua Takmir Masjid Jami Kota Jayapura yang sehari-sehari berada di sana untuk meramaikan masjid. Suyono merupakan salah satu saksi sejarah berkembangnya umat muslim di Kota Jayapura dalam usianya yang saat ini mencapai 62 tahun. Ingatannya masih tajam menceritakan bagaimana Kota Jayapura waktu itu masih sepi dan masih ada dalam pemerintahan Hindia Belanda.

Banyak pedagang dari berbagai belahan nusantara yang datang ke Kota Jayapura untuk berdagang, kata Suyono, namun tidak menemukan satupun masjid untuk digunakan sebagai ibadah maupun istirahat. Pada tahun 1943, banyak pedagang muslim dari Ternate, Tidore, dan Waigeo, yang melakukan perdagangan di Kota Jayapura sehingga mencari-cari masjid untuk melakukan shalat lima waktu di sela-sela berdagang.


Saat itulah timbul inisiatif dari para sesepuh untuk membangun sebuah masjid pertama-tama di Kota Jayapura, yang kemudain diberi nama Masjid Jami Kota Jayapura. “Namanya sederhana, tidak seperti di daerah lain yang pemeluk islamnya banyak, tapi di sini namanya Masjid Jami saja, karena di Kota Jayapura, jadi namanya Masjid Jami Kota Jayapura,”sambung lelaki asal Ngawi, Jawa Timur itu.

Selain itu, Masjid Jami Kota Jayapura waktu itu digunakan pula sebagai sentral masjid-masjid lain yang berikutnya dibangun, termasuk juga pusat kegiatan keislaman yang ada di Provinsi Papua. Maka dari itu, Suyono pernah mengenang bahwa di masjid itu juga ada sebuah mesin telepon menggunakan tenaga gerak yang diputar dengan tangan, termasuk Radio Republik Indonesia yang suka menyiarkan secara langsung khutbah jumat di sana.

foto masa muda Suyono bersama teman-temannya di depan Masjid Jami
 “Itu dulu,” tegas Suyono. Pada tahun-tahun terakhir ini Masjid Jami Kota Jayapura hanya digunakan untuk jamaah shalat lima waktu, shalat jumat, dan shalat tarawih jika waktu Ramadhan. Bahkan jamaahnya semakin berkurang karena banyak masjid yang dibangun di tempat lain. Waktu ada perencanaan untuk pelebaran masjid pada tahun 1975, Masjid Jami tidak bisa lagi direnovasi karena lokasi tanahnya yang sempit.

Maka dari itu, kemudian ada orang yang mewakafkan tanah yang saat ini dibangun Masjid Raya Kota Jayapura yang bangunannya belum finish. Bahkan sejak tahun 1975 berdirinya Masjid Raya, Masjid Jami tidak pernah melaksanakan jamaah shalat jumat lagi. Hingga pada tahun 1996 pihaknya menghadap ke Kanwil Agama Provinsi Papua untuk meminta ijin agar Masjid Kota Jayapura kembali bisa melakukan Shalat Jumat, karena bagaimanapun, sebagai masjid tertua harus dilestarikan.

“Ramadhan ini kita tingkatkan tadarusannya setiap malam. Shalat tarawih juga setiap malam, takjil kalau menjelang waktu berbuka puasa. Kami berharap saja agar pemerintah bisa memperhatikan masjid ini karena ini masjid punya sejarah juga,”ujar Suyono yang telah berada di Kota Jayapura selama 36 tahun itu.

Dari tahun ke tahun, masjid yang dibangun pada 1943 tersebut terus mengalami perubahan dan renovasi. Pertama-tama masjid berdiri hanya terdiri dari lantai satu saja. Lama kelamaan, pada tahun 1990-an kebutuhan pendidikan bagi putra-putri mereka yang ada di sekitar masjid juga meminta perhatian, maka dibangunlah Madrasah Diniyah yang khusus mempelari agama-agama islam. Berturut-turut berdirilah MI Nurul Huda, SD Nurul Huda, SD Nurul Huda II, dan jenjang paling tinggal adalah SMP Nurul Huda.

Saat ini, Masjid Jami Kota Jayapura berada di lantai tiga dari kompleks gedung tersebut. Dinaikkan ke lantai tiga karena kebanyakan anak-anak bermain di halaman masjid sehingga akan mengotori masjid. Bukan hanya itu, anak-anak yang bermain kadang lupa waktu sehingga ketika saat shalat masih berlangsung malah bermain bola. Maka dari itulah, dengan beberapa pertimbangan, akhirnya masjid di letakkan di lantai tiga sementara lantai dua dan satu digunakan untuk kantor dan sekolah.

“Di belakang Asuransi Jiwasraya yang di APO itu ada makam-makan yang mereka adalah generasi pertama kali meramaikan masjid di sini. Itu sejarah kita, kalau ada yang punya sumber sejarah atau informasi lain ya silahkan di masukkan ke kami,”lanjut Suyono.

Bahkan beberapa anekot disampaikan oleh Suyono bahwa Masjid Jami adalah masjidnya kaum pedagang, masjid yang merakyat. Pasalnya, yang datang untuk melakukan shalat di sana kebanyakan adalah para pedagang kaki lima, pedagang keliling, dan juga buruh serta karyawan yang ada di pertokoan sekeliling Masjid Jami.

Jika dulu adalah buruh pelabuhan yang pertama shalat di sini, maka saat ini tetap saja buruh, karyawan, dan pedagang yang shalat di sana. Tapi Suyono tetap bangga dengan itu semua.

Comments

  1. Salam buat Pak Suyono. Saya Muhammad Arief Albani putranya Bapak H. Muslimin Dirdjo dan Cucunya KH. Manshur D. Rahmat.
    Mungkin nama itu tidak asing bagi warga sekitar Masjid Jami' hingga Masjid Raya Baiturrahim.

    ReplyDelete
  2. Bagaimana dengan Masjid Al Fatah Abepantai? Di Sana ada kuburan muslim tertua di Kota Jayapura.... beberapa tokoh Agama, Ulama salah satunya Gus Anom Dari Jawatimur datang ke Masjid Abepantai di Tahun 2014. Saya ingat betul beliau sampaikan tentang Masjid Abepantai,,, para tetua di Abepantai juga sampaikan ada 3 Masjid tertua di Kota Jayapura, Masjid Abepantai, Masjid Panti Asuhan Muhammadiyah dan Masjid Jami Kota Jayapura...

    ReplyDelete

Post a Comment

semoga artikel ini berniat baik pada pembaca, komentar pembaca akan membangun blog ini.

About Me

My photo
Fathul Qorib
Lamongan, Jawa Timur, Indonesia
pada mulanya, aku adalah seorang yang cerdas sehingga aku ingin mengubah dunia. lalu aku menjadi lebih bijaksana, kemudian aku mengubah diriku sendiri.