Skip to main content

Sebuah Langkah


"Ini adalah catatan untuk menyemangati diri saya sendiri, bukan berniat mendramatisir kehidupan"
 
Setelah menulis status seperti “centini, 19.25 bulan jatuh, aku lelah, bermimpi” seperti menyadarkanku akan banyak hal. Saya benar-benar lelah berkeliling dan ingin segera menatap kedepan, tapi aku malah memperoleh bayangan kabur. Aku menjadi tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Saya di rumah, paspor untuk berangkat ke luar negeri sudah ditangan, dan saya tersandung batu lagi, ah, bukan tersandung, batunya sedemikian besar, ini terhalang –dan saya lelah untuk mengitarinya.

Saya ingat sebuah film, Africa United : “Sebagai seorang manajer, Dudu akhirnya mengantarkan timnya (lima anak berusia sekitar 12-tahun) menuju Piala Dunia di Afrika Selatan. Ia menempuh perjalanan sejauh 3.000 mil dari Zimbabwe menuju Stadion Nasional di Afrika Selatan. Perjalanan yang tidak mungkin dilakukan tanpa mimpi besar”

Lama saya berfikir, mengapa mereka akhirnya sampai ke Afrika Selatan? Ada apa dengan segala keterbatasan yang dimiliki mereka? Mereka jelas-jelas miskin, dan mereka tentunya tanpa pengetahuan, usia  12 tahun lagi. Jika ada orang seperti mereka disini, tentu mereka sudah di depak dan diolok-olok. Mereka berhadapan dengan perampokan yang kejam, penipuan ;sehingga mereka kehilangan semua uang, juga dudu yang akhirnya diketahui terserang AIDS sehingga dia harus dirawat di sebuah rumah sakit, lalu dia memaksa dan mereka akhirnya berujung di perbatasan yang tidak bisa mereka lewati karena bermasalah dengan keimigrasian.

Ujung dari semua itu, mereka berhasil masuk ke tim impian, Africa United. Saya masih meraba-raba, apakah itu murni karena mimpi yang besar? Lalu mengapa masih banyak orang dengan mimpi yang nyaris sama, tersesat dan tidak menemukan mimpi itu?

Saat saya terkantuk-kantuk berfikir mengenai ini, saudara saya yang ikut menemani menonton film ini berkomentar, bahwa semua itu terjadi karena mereka tidak berhenti berjalan. Ya, tentu saja, karena mereka tidak berhenti berusaha menemukan jalan sehingga mereka bisa mendapatkan tim impian mereka, meski betapa mustahil hal tersebut untuk dilakukan.

Ya, mengapa tidak, benar mimpi yang besar harus ditopang oleh sebuah perjalanan panjang tanpa henti. Banyak orang bermimpi besar tetapi harus kandas ditengah jalan. Inilah kunci itu, tidak pernah berhenti. Karena jika kita berhenti ditengah jalan, meski sudah sedemikian dekat tujuan kita, kita akan tetap gagal.

Tokoh yang sering dibuat contoh sebagai orang yang tidak pernah menyerah adalah Thomas A. Edison. Dia telah membuat percobaan sebanyak 9.999 kali dan kesemuanya tidak menemukan hasil yang memuasakan hingga ia membulatkan jumlah menjadi 1.000 kali. Saya bisa membayangkan jika saja Edison berhenti melakukan percobaannya yang ke 8.000 atau 9.999, maka bisa dipastikan bahwa penciptaan Bola Lampu akan tersendat entah berapa puluh tahun lagi sepeninggal beliau. Sehingga muncullah katanya "Saya tidak patah semangat, karena setiap usaha yang salah adalah satu langkah maju".

Memang tidak semua orang ditakdirkan berhasil memenuhi semua keinginannya. Ini disebabkan karena usaha mereka berhenti ditengah jalan hampir ketika mereka akan berhasil. Kita harus selalu mengingat kisah-kisah bagaimana orang berhasil karena terus melangkah, melakukan percobaan, dan komitmen bahwa dia akan terus melakukannya hingga dia berhasil.

Sebagai manusa biasa, kita memang diharuskan untuk terus melangkah. Lakukan langkah itu meskipun sangat kecil. Dengan terus melangkah kita akan melakukan perubahan, paling tidak, dengan langkah kecil kita akan terus belajar daripada kita berhenti sama sekali. Langkah-langkah kecil ini yang kebanyakan membuahkan hasil gemilang daripada sekali langkah besar dan kemudian mandeg. Kita adalah manusia biasa, itu yang harus dicatat. Berbeda jika orang tua kita kaya raya yang mampu membeli sebuah pulau, ataupun kita keturunan Presiden suatu negara sehingga kita akan tetap dipakaioleh orang lain meskipun tidak punya keahlian.

Kita adalah penentu masa depan kita sendiri. Dengan melakukan langkah kecil tersebut kita akan menjaga diri kita agar terus mengingat mimpi kita seberapapun jauhnya jarak tempuh yang harus kita jalani.

Saya juga memiliki mimpi yang saat ini menemui jalan buntu. Tepat saat saya menulis ini saya tidak tahu arah mana yang harus saya tempuh. Namun saya memiliki beberapa cadangan mempertaruhkan hidup saya jika mimpi ini tidak terwujud. Tidak peduli betapa jauh jalan itu, tidak peduli seberapa dalam samudera, saya akan melayang menuju mimpi itu. Jika anda juga mengalami jalan buntu, mungkin sebaiknya kita mulai melihat lagi semua yang telah kita lalui.

Ada duri yang telah tersingkir? Adakah sesuatu yang membuat kedua orang tua kita bangga? Adakah pujian tulus dari tema-teman kita? Jika semua itu sudah ada, maka lihatlah, langkah besar sudah terbentuk meski kita tidak menyadarinya. Namun bagaimana jika tidak? Duri masih belum kita lewati, kedua orang tua kita masih belum tersenyum, juga teman-teman kita belum tahu kehebatan kita. Yang perlu kita lakukan adalah mengambil langkah. Ambil langkah itu,
genggam erat, dan jangan pernah lepaskan. Katakan itu kepada diri anda dalam-dalam, lalu rasakan getaran energi yang membuatmu bangkit dari semua kegelisahan.

Kita sama, pengejar mimpi. Yang membedakan adalah, seberapa berani kita melangkahkan kaki untuk mengejarnya…

Comments

About Me

My photo
Fathul Qorib
Lamongan, Jawa Timur, Indonesia
pada mulanya, aku adalah seorang yang cerdas sehingga aku ingin mengubah dunia. lalu aku menjadi lebih bijaksana, kemudian aku mengubah diriku sendiri.