Skip to main content

Kesadaran



Orang-orang yang gelisah, bisa jadi adalah orang yang paling sadar dalam berkehidupan. Ia terus berfikir,  terus menerus melihat ada yang tidak beres dalam dunia ini. Sementara yang lain sibuk dengan pekerjaan dan cintanya, orang yang sadar ini sibuk dengan memikirkan cara menyelamatkan dunia.

Ia menulis puisi, lalu berkelana. Ia membaca cerpen dan buku-buku sastra yang tinggi bahasa hingga merasakan dunia yang sesungguhnya merapat dalam sanubarinya. Orang-orang ini begitu yakin bahwa dunia bisa diubah menjadi lebih baik. Bersama beberapa orang lain yang memiliki hobi yang sama, ia merumuskan cara dan metode menyelamatkan dunia.

Lalu suatu ketika ia ditampar kenyataan. Menyelamatkan dunia adalah misi impossible yang berada di awang-awang. Semua orang yang sadar akan segera terbelalak karena dunia teramat bulat dan sukar dicari sudut-sudutnya. Kesadaran mula, yang dimiliki oleh mahasiswa dan pemuda bisa tiba-tiba menjadi kerdil saat ia keluar dari almamaternya. Dunia tampak congkak, dan butuh kecongkakan yang lain untuk menindihnya.

Jadi apakah bisa seorang yang sadar ini mengalahkan dan mengubah dunia?

Sudah lama kerendah hatian hanya menjadi bulan-bulanan. Orang baik tidak melulu harus bersinderela. Tidak perlu lagi sinetron menuntut laku kehidupan. Hanya sebuah pembodohan yang nyata.  Kebaikan-kebaikan hanya berakhir dalam ruang kosong, kejujuran menuju jurang, kerja-kerja kesenian yang pailit, tata kerama yang baik menyelimpet kerja-kerja taktis dan tidak efektif.

Jaman kekakank-kekanakan ini, orang baik perlu kuat, perlu pengikut sebanyak-banyaknya untuk meluluhkan kecongkakan dunia. Banyak kesombongan yang tak perlu obat, bahkan menjadi candu. Bisa dilihat, bagaimana cara mereka duduk di kafe-kafe dengan dompet menjerit. Orang-orang menakdirkan Minggu untuk berwisata dalam kepenuhan detik dan menit tiap harinya.

Sebetulnya, apa yang hendak kita perbuat untuk dunia ini? Kesadaran, mengandalkan kesadaran hanyalah menindihkan luka di atas luka. Berlipat-lipat kesadaran pun hanya akan menjadi pemuas saat menulis di blog lalu dibaca beberapa orang. Kita musti berubah, menjadi manusia super yang dapat memegang segala keangkuhan. Dengan begitu, keserakahan yang sudah lama berdiam dalam dada manusia akan menemukan tandingannya.

Orang-orang akan menemukan perpektif baru lagi. Mereka yang sudah punya kecenderungan serakah akan face to face dengan bangunan yang kokoh. Sementara orang-orang yang sudah lama di warung kopi dengan keluh kesah khas pemuda akan menemukan pahlawannya. Orang yang sadar, sekali lagi, orang yang sadar lalu memiliki segalanya akan berubah menjadi hebat.

Tetapi tidak semua orang sadar adalah orang yang tangguh, bukan? Ketangguhan adalah hal yang berbeda dengan kesadaran. Sementara sadar adalah pekerjaan mental, ketangguhan adalah mental dan fisik. Orang yang sadar bisa saja berfikir menyelamatkan dunia, tapi tidak ada jaminan bahwa ia akan mampu menanggungnya selama bertahun-tahun.

Ketangguhan datang dari kesungguh-sungguhan. Sehingga tuhan tidak menciptakan ketangguhan kepada setiap orang, karena kesadaran tidak dibangun di atas kata-kata, melainkan perbuatan.

Membangun ketangguhan, itu peniting. Orang yang penuh kesadaran lalu belajar tangguh, itu lebih penting lagi. Saat semua orang sadar menggeser kursinya guna di pakai orang yang sombong, orang yang tangguh ini menggeser kursi orang lain agar ia bisa duduk mewakili seluruh bangsa Indonesia. Tidak lagi dengan kata-kata, bahkan kebenaran menunjukkan kekuasaannya dengan tindakan yang tepat, terorganisir, dan terus menerus.

Comments

About Me

My photo
Fathul Qorib
Lamongan, Jawa Timur, Indonesia
pada mulanya, aku adalah seorang yang cerdas sehingga aku ingin mengubah dunia. lalu aku menjadi lebih bijaksana, kemudian aku mengubah diriku sendiri.