Skip to main content

Diskursus Lockdown di Indonesia


Fathul Qorib*

Dunia sedang panik menghadapi pandemic Coronavirus Diseas 2019 (Covid-19). Virus ini pertama kali ditemukan pada sekelompok orang yang terkena pneumonia di Wuhan, Cina, tanggal 29 Desember 2019 (Chen et al., 2020; Zhu et al., 2020). Pakar menyebutkan bahwa virus ini ditularkan dari kalelawar ke hewan yang dikonsumsi manusia (El Zowalaty and Järhult, 2020). Kalelawar ini yang paling banyak membawa zoonotic viruses dibandingkan hewan mamalia lain yang berinteraksi dengan manusia (Olival et al., 2017).

Karena itu dunia kesehatan harus dapat memprediksi dan melakukan pencegahan agar virus yang sama tidak hinggap ke tubuh manusia (Morse et al., 2012). Paling ada lima hewan yang bisa menjadi penghantar coronavirus pada manusia meskipun untuk Covid-19 memiliki pola virus berbeda, paguma larvata, paradoxurus hermaphroditus, civet, aselliscus stoliczkanus dan rhinolophus sinicus (Li, Yang and Ren, 2020). Prediksi relasi manusia-hewan untuk beberapa dekade ke depan akan terus meningkat karena kebutuhan manusia terhadap sumber protein hewani melalui peternakan juga semakin besar (Wilson and Chen, 2013).

Tapi yang paling berbahaya adalah ketika bahwa penularan virus terjadi dari manusia ke manusia dengan tingkat efektifitas yang tinggi (Zhou et al., 2020). Manusia menjadi penghantar Covid-19 paling pesat karena kemampuan manusia untuk berpindah tempat dengan efektif dan efisien (Wilson and Chen, 2013). Hanya dalam waktu tiga bulan virus ini telah menyebar ke lebih dari 200 negara di seluruh dunia dengan total kematian mencapai 46.764 jiwa (WHO, 2020). Kematian akibat Covid-19 jauh melebihi coronavirus terdahulu, yaitu SARS pada tahun 2002-2003 dan MERS pada tahun 2012.

Penyebaran Covid-19 memang luar biasa dengan tingkat kematian korban sangat tinggi. Karena itu, World Health Organization (WHO) mengumumkan status public health emergency of international concern (PHEIC) pada tanggal 31 Januari 2020 karena Covid-19 telah menyerang 10.000 orang, menyebar pada 18 negara, dan angka kematian hingga 213 di Cina (BBCNews, 2020; Wee, Jr and Hernandez, 2020). Dengan pengumuman darurat tersebut, seluruh negara di dunia harus menyiapkan skema penanganan kesehatan yang dapat mengurangi risiko penyebaran coronavirus.

Sayangnya, tidak semua negara mematuhi ‘saran’ dari WHO, termasuk di Indonesia. Negara dengan jumlah penduduk mencapai 270 juta ini bahkan membuat kebijakan yang banyak dikiritik oleh masyarakatnya sendiri. Seperti kebijakan pemerintah Indonesia yang memberi diskon penerbangan ke Indonesia mulai Maret sampai Mei 2020 di tengah ketidakpastian pandemic Covid-19 (Ananda, 2020; Briantika, 2020). Indonesia dituding lebih memperhatikan bisnis dan ekonomi dibandingkan keselamatan warganya (Syakriah, Cahya and Pinandita, 2020)

Bahkan sejak beredar kasus corona di berbagai negara, Pemerintah Indonesia sangat yakin bahwa corona tidak akan masuk ke Indonesia. Optimisme Pemerintah Indonesia tersebut malah dianggap sebagai ignorance oleh masyarakat internasional. Padahal banyak laporan terkait negara di kawasan Asia yang menemukan kasus positif Covid-19 seperti Cambodia, Jepang, Nepal, Singapura, Korea Utara, Thailand, Taiwan, dan Vietnam. Bahkan Vietnam menjadi negara pertama setelah Cina yang warga negaranya positif Covid-19 (Phelan, Katz and Gostin, 2020).

Beberapa pakar telah melakukan analisis mendalam terkait dengan kemungkinan negara-negara yang menjadi sasaran coronavirus selanjutnya, dan Indonesia termasuk di dalamnya (McVeigh and Graham-Harrison, 2020; Salazar et al., 2020). Peneliti mendasarkan analisisnya pada penerbangan dunia yang berhubungan dengan Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Analisis ini memiliki argumentasi yang kuat karena seluruh penerbangan dari dan ke Wuhan diindikasikan membawa virus. Dari data penerbangan internasional, Indonesia masuk dalam lima besar negara yang memiliki akses langsung ke Cina setelah Thailand, Jepang, Malaysia, Singapura, dan Hongkong (The Moodie Davitt Report, 2020)

Banyak analis yakin bahwa ketiadaan kasus Covid-19 dikarenakan alat pendeteksi coronavirus belum tersedia di Indonesia, bukan karena zero case. Apalagi fasilitas kesehatan di Indonesia juga tidak memenuhi standar keamanan dan kesehatan untuk penanganan Covid-19 sehingga Indonesia dianggap belum siap menghadapi coronavirus. Indonesia juga dikritik karena anggaran penelitian ilmiah sangat kecil bahkan salah satu negara paling rendah di kawasan Asia. Sehingga disangsikan munculnya penelitian berkaitan dengan pencegahan dan pengobatan virus jenis baru ini (Firdaus, 2020; Massola, 2020; Mulyanto and Firdaus, 2020)

Kebijakan pemerintah Indonesia sejak awal munculnya kasus Covid-19 terus menuai kontroversi. Mulai dari menertawakan corona (Renaldi, 2020), ketidakpercayaan terhadap riset analisis penerbangan internasional dari Cina ke Indonesia (Syakriah, Cahya and Pinandita, 2020), penyediaan diskon untuk penerbangan ke Indonesia dan lokasi wisata hingga Mei 2020 (Briantika, 2020), kebijakan lockdown hingga pengadaan rappid test massal. Sehingga tidak mengherankan seluruh sebagian besar masyarakat Indonesia mempertanyakan keseriusan pemerintah dan menganggap ketidaksiapan tersebut sebagai –penyebab Covid-19 menyebar.

Menurut Data Center penanganan Covid-19 Republik Indonesia, sejak tanggal 2 Maret 2020 hingga artikel ini ditulis, ada 1.986 warga Indonesia yang positif Covid-19, 134 diantaranya sembuh dan 181 jiwa meninggal. Ketakutan meluas di seluruh Indonesia sehingga masing-masing kepala daerah menerapkan lockdown terbatas pada wilayahnya masing-masing. Seruan untuk social distancing –lalu diibah menjadi physical distancing- ramai disuarakan di media sosial. Seluruh warga Indonesia merasa perlu menjaga diri dan keluarganya dari penularan virus yang tidak kasat mata ini.

Penelitian tentang Covid-19 di Indonesia belum dilakukan dalam skala besar. Misalnya terkait kebijakan lockdown atau karantina wilayah yang telah menjadi agenda besar seluruh negara-negara di dunia, tetapi Indonesia tidak mau segera menerapkan kebijakan tersebut. Belajar dari Pemerintah Cina dalam menghadapi Covid-19, mereka langsung menyiapkan rumah sakit yang mampu menampung pasien dalam jumlah besar dengan spesifikasi ruangan yang baik. Mereka juga menerapkan travel restriction bagi semua perjalanan sehingga mitigasi pasien Covid-19 dapat dilacak dengan cepat.

Penyebaran Covid-19 outbreak lebih mirip pada pandemic influenza yang terjadi di London, United Kingdom, pada tahun 1918, dibandingkan dengan pandemic yang disebabkan coronavirus lainnya seperti SARS dan MERS (Lin et al., 2020). Di negara tersebut lockdown diberlakukan agar pandemic tidak menyebar. Australia ketika di

Mengatasi coronavirus ini, pakar juga menyarankan agar menerapkan kebijakan yang sanggup menghalangi penyebaran korona lebih luas dengan cara karantina wilayah.

Kebijakan lockdown di Cina dapat mengatasi penambahan kasus positif dan kematian akibat Covid-19 hingga 60% (Shen et al., 2020). Bahkan efeknya jangka panjang karena dapat menghentikan laju perkembangan Covid-19, lalu pemerintah bisa fokus pada rapid test sehingga seluruh warga yang dalam pengawasan dapat teridendifikasi. Apalagi puluhan negara di dunia juga sudah menerapkan lockdown, termasuk negara di Asia Tenggara seperti Malaysia, Filipina, sementara Indonesia menerapkan physical distancing dan partial isolated (Intan, 2020; Kompas, 2020).

Pemerintah yang tidak mau menerapkan kebijakan lockdown mendapat tantangan publik Indonesia di media sosial. Keputusan pemerintah untuk menerapkan lockdown sepenuhnya atau hanya partial isolated mengundang banyak kontoversi. Tagar #lockdownindonesia di Twitter menunjukkan adanya gerakan dari masyarakat yang ingin pemerintah bersikap tegas terhadap Covid-19. Mereka menyuarakan pemberlakuan lockdown karena dampaknya dapat mengurangi kasus Covid-19 yang sudah menyebar ke banyak provinsi di Indonesia.

Media sosial di Indonesia dibiarkan merdeka tanpa intervensi dari pemerintah. Padahal media sosial memudahkan interaksi antara pemerintah dan masyarakat juga kelompok lain dalam bernegara (Khan, Swar and Lee, 2014). Sebuah studi di Aceh bahkan menyebutkan bahwa banyak legislator (terutama perempuan) yang tidak menggunakan media sosial padahal penting untuk menyampaikan tugasnya kepada konstituennya (Mardhiah et al., 2019). Media sosial juga banyak berjasa untuk mengatasi manajemen krisis di berbagai bidang, termasuk bencana banjir Kerala, Hindia Selatan (Varghese and A, 2019).

Karena itu Pemerintah Indonesia perlu menggunakan Twitter untuk menyebarkan gagasan yang mendukung kehidupan lebih baik. Apalagi di masa pandemic Covid-19 yang menimbulkan panic attact sebagian besar masyarakat Indonesia, pemerintah perlu menyapa dan mengklarifikasi banyak hal.

Masyarakat yang menggunakan media sosial sebenarnya sudah membentuk cluster yang berisi orang-orang sepemahaman sehingga mudah dipengaruhi. Dalam pemahaman komunikasi krisis, pemerintah Indonesia dapat memengaruhi masyarakat melalui clustering yang sudah otomatis terjadi di media sosial. Seseorang yang percaya dengan pemerintah akan saling follow dan retweet aktivitas yang berhubungan dengan kepercayaan terhadap pemerintah. Hal itu juga akan terjadi sebaliknya. Karena individu butuh penguatan sosial dari lingkungannya untuk mengetahui, mempercayai, atau melakukan suatu tindakan. Penyebaran perilaku akan lebih cepat dan lebih luas ketika mereka mendapatkan penguatan dari sesama kelompok di media sosial (Centola, 2010)

Dalam konteks lockdown yang diterapkan di Indonesia, pemerintah tidak cukup siap untuk melakukan penyebaran pemahaman sebagaimana yang dipahami pemerintah. Jika membaca ‘cuitan’ di Twitter, maka kita akan mengetahui ketidakpuasan masyarakat terhadap kebijakan pemerintah. Media massa memang sudah menerbitkannya tetapi jangkauan media massa hanya pada kelas khusus masayarakat dan tidak dapat melakukan interaksi secara langsung dengan pembuat kebijakan. Media sosial yang telah menjangkau ke sisi-sisi terdalam manusia dan lingkungan sosialnya harus dimasuki oleh pemerintah dalam rangka menjaga akal sehat publik (van Dijck, 2019).

Perjalanan singkat tapi menghebohkan Covid-19 di Indonesia memiliki banyak aspek yang perlu dikaji guna menghadapi tantangan kesehatan di masa mendatang. Pemerintah perlu menyiapkan basis data dan basis komuninasi interaksional yang jelas menyangkut kehidupan masayarakat. Kebijakan pemerintah dalam penanggulangan wabah yang mengancam kesehatan seluruh masayarakat harus tampak dalam setiap langkah yang mereka ambil. Media sosial telah berkembang menjadi platform digital life yang mengungkap seluruh kehidupan pribadi dan sosial penggunanya.

Tulisan ini ingin mengungkap bagaimana usaha Pemerintah Indonesia dalam menangani pandemic Covid-19 yang dapat ditangkap dalam wacana-wacana media sosial, khususnya Twitter. Kebijakan yang akan dianalisis menggunakan Social Network Analysis adalah’ lockdown’ karena kami menganggap kebijakan ini paling urgent dibanding kebijakan lainnya dalam menghadapi Covid-19. Data-data didapatkan dari Twitter yang merupakan media sosial yang memiliki ciri interaktif, sharing content, terbuka, penggunannya tidak dibatasi oleh tempat dan waktu, sehingga Twitter dapat digunakan oleh siapapun (Mishra and Maharana, 2019; Siyam, Alqaryouti and Abdallah, 2020).

Mengapa Twitter menjadi penting dalam kontelasi kebijakan publik Indonesia? Karena pengguna Twitter saat ini menempati posisi terbesar ke tiga media sosial di Indonesia setelah Facebook dan Youtube, yaitu sebesar 22.8 juta sehingga menempati hampir 11 persen marketshare (Statista, 2015; StatCounter Global Stats, 2020). Dengan jumlah pengguna sebanyak itu, Twitter menjadi salah satu public sphere yang dapat digunakan pemerintah untuk diseminasi Covid-19 meskipun hal itu tidak dilakukan pemerintah secara terencana. Wacana publik yang dishare melalui media sosial akan mengubah pendapat umum di berbagai bidang, baik soal lingkungan, kesehatan, politik, hingga huburan (Nwachi and Igbokwe, 2019).

Apalagi pengguna Twitter merupakan generasi milenial yang memiliki idealisme dan kepercayaan diri tinggi sehingga tidak mudah terpengaruh oleh buzzer politik ataupun berita hoax (Lukman, 2014). Analiisis isi Twitter akhirnya dapat menggambarkan kebijakan Pemerintah Indonesia sekaligus memperoleh deskripsi gagasan masyarakat Indonesia dalam rangka merespon otoritas negara. Covid-19 masih terus menghantui masyarakat dunia sehingga Pemerintah Indonesia harus merumuskan penanganan secara komprehensif dan dapat dipertanggungjawabkan.

Fathul Qorib, Dosen Prodi Ilmu Komunikasi, UNITRI Malang. IG - @fathul_indonesia

Daftar Pustaka

Ananda, A. (2020) Jurus Jokowi Lawan Virus Corona dengan Diskon Tiket Pesawat, CNN Indonesia2. Available at: https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200226091352-532-478192/jurus-jokowi-lawan-virus-corona-dengan-diskon-tiket-pesawat (Accessed: 3 April 2020).

BBCNews (2020) Coronavirus declared global health emergency by WHO - BBC News, BBC News. Available at: https://www.bbc.com/news/world-51318246 (Accessed: 3 April 2020).

Briantika, A. (2020) Tiket Pesawat Murah Jadi Biang COVID-19 Masif di Indonesia? - Tirto.ID, Tirto Id. Available at: https://tirto.id/tiket-pesawat-murah-jadi-biang-covid-19-masif-di-indonesia-eELB (Accessed: 3 April 2020).

Centola, D. (2010) ‘The spread of behavior in an online social network experiment’, Science. American Association for the Advancement of Science, 329(5996), pp. 1194–1197. doi: 10.1126/science.1185231.

Chen, N. et al. (2020) ‘Epidemiological and clinical characteristics of 99 cases of 2019 novel coronavirus pneumonia in Wuhan, China: a descriptive study’, The Lancet. Lancet Publishing Group, 395(10223), pp. 507–513. doi: 10.1016/S0140-6736(20)30211-7.

van Dijck, J. (2019) ‘Governing digital societies: Private platforms, public values’, Computer Law and Security Review. Elsevier Ltd. doi: 10.1016/j.clsr.2019.105377.

Firdaus, F. (2020) Indonesia’s Zero Coronavirus Cases May Be Bad Screening, Foreign Policy. Available at: https://foreignpolicy.com/2020/02/19/indonesia-coronavirus-screening-may-miss-virus-carriers/ (Accessed: 3 April 2020).

Intan, G. (2020) Kenapa Indonesia Tidak ‘Lockdown’? Ini Jawaban Jokowi, VOA Indonesia. Available at: https://www.voaindonesia.com/a/kenapa-indonesia-tidak-lockdown-ini-jawaban-jokowi/5343239.html (Accessed: 4 April 2020).

Khan, G. F., Swar, B. and Lee, S. K. (2014) ‘Social Media Risks and Benefits’, Social Science Computer Review. SAGE Publications Inc., 32(5), pp. 606–627. doi: 10.1177/0894439314524701.

Kompas (2020) Update 23 Negara Berlakukan Lockdown Guna Hentikan Penyebaran Virus Corona, Kompas.com. Available at: https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/30/161900865/update-23-negara-berlakukan-lockdown-guna-hentikan-penyebaran-virus-corona (Accessed: 4 April 2020).

Li, C., Yang, Y. and Ren, L. (2020) ‘Genetic evolution analysis of 2019 novel coronavirus and coronavirus from other species’, Infection, Genetics and Evolution. Elsevier B.V, 82, p. 104285. doi: 10.1016/j.meegid.2020.104285.

Lin, Q. et al. (2020) ‘A conceptual model for the coronavirus disease 2019 (COVID-19) outbreak in Wuhan, China with individual reaction and governmental action’, International Journal of Infectious Diseases. Elsevier B.V., 93, pp. 211–216. doi: 10.1016/j.ijid.2020.02.058.

Lukman, E. (2014) Twitter Has Close to 20 Million Active Users in Indonesia, TechinAsia. Available at: https://www.techinasia.com/twitter-close-20-million-active-users-indonesia (Accessed: 3 April 2020).

Mardhiah, A. et al. (2019) ‘Utilization Of Social Media In Giving Information Related To Activities And Performance Of Legislative Members (-A Case Study of Women Legislative Members in the Aceh People’s Representative Council (DPRA)’, Library Philosophy and Practice (e-journal). Available at: https://digitalcommons.unl.edu/libphilprac/2849 (Accessed: 4 April 2020).

Massola, J. (2020) ‘That’s a problem’: Indonesia’s Coronavirus Vulnerability Revealed, The Sydney Morning Herald. Available at: https://www.smh.com.au/world/asia/that-s-a-problem-indonesia-s-coronavirus-vulnerability-revealed-20200130-p53wc9.html (Accessed: 25 March 2020).

McVeigh, K. and Graham-Harrison, E. (2020) Academic stands by research querying Indonesia’s claim to be coronavirus-free, The Guardian. Available at: https://www.theguardian.com/world/2020/feb/14/indonesia-coronavirus-academic-harvard-marc-lipsitch (Accessed: 3 April 2020).

Mishra, C. and Maharana, B. (2019) ‘Impact of Social Media on Academic  Business School Libraries in India: An Empirical Study’, Library Philosophy and Practice (e-journal). Available at: https://digitalcommons.unl.edu/libphilprac/2871 (Accessed: 4 April 2020).

Morse, S. S. et al. (2012) ‘Prediction and prevention of the next pandemic zoonosis’, The Lancet. Elsevier, pp. 1956–1965. doi: 10.1016/S0140-6736(12)61684-5.

Mulyanto, R. and Firdaus, F. (2020) Why are there no reported cases of coronavirus in Indonesia?, Al Jazeera. Available at: https://www.aljazeera.com/news/2020/02/reported-cases-coronavirus-indonesia-200218112232304.html (Accessed: 3 April 2020).

Nwachi, C. and Igbokwe, J. (2019) ‘The Impact of Social Media in Research Publicity and Visibility’, Library Philosophy and Practice (e-journal). Available at: https://digitalcommons.unl.edu/libphilprac/2298 (Accessed: 4 April 2020).

Olival, K. J. et al. (2017) ‘Host and viral traits predict zoonotic spillover from mammals’, Nature. Nature Publishing Group, 546(7660), pp. 646–650. doi: 10.1038/nature22975.

Phelan, A. L., Katz, R. and Gostin, L. O. (2020) ‘The Novel Coronavirus Originating in Wuhan, China: Challenges for Global Health Governance’, JAMA - Journal of the American Medical Association. doi: 10.1001/jama.2020.1097.

Renaldi, A. (2020) Simak Kompilasi Guyonan Pejabat Indonesia Soal Virus Corona, Agar Harimu Lebih ‘Cringy’, Vice. Available at: https://www.vice.com/id_id/article/pkeqag/guyonan-pejabat-indonesia-soal-virus-corona (Accessed: 4 April 2020).

Salazar, P. M. De et al. (2020) ‘Using predicted imports of 2019-nCoV cases to determine locations that may not be identifying all imported cases’, Journal MedRxiv. Cold Spring Harbor Laboratory Press, p. 2020.02.04.20020495. doi: 10.1101/2020.02.04.20020495.

Shen, M. et al. (2020) ‘Lockdown may partially halt the spread of 2019 novel coronavirus in Hubei province, China’, medRxiv. Cold Spring Harbor Laboratory Press, p. 2020.02.11.20022236. doi: 10.1101/2020.02.11.20022236.

Siyam, N., Alqaryouti, O. and Abdallah, S. (2020) ‘Mining government tweets to identify and predict citizens engagement’, Technology in Society. Elsevier Ltd, 60. doi: 10.1016/j.techsoc.2019.101211.

StatCounter Global Stats (2020) Social Media Stats Indonesia, Statscounter.com. Available at: https://gs.statcounter.com/social-media-stats/all/indonesia (Accessed: 10 February 2020).

Statista (2015) Twitter: Number of Users in Indonesia 2019, Statista.com. Available at: https://www.statista.com/statistics/490548/twitter-users-indonesia/ (Accessed: 19 February 2020).

Syakriah, A., Cahya, G. H. and Pinandita, A. (2020) Experts warn against complacency as Indonesia reports zero cases of coronavirus - National - The Jakarta Post, The Jakarta Post. Available at: https://www.thejakartapost.com/news/2020/01/27/experts-warn-against-complacency-as-indonesia-reports-zero-cases-of-coronavirus.html (Accessed: 3 April 2020).

The Moodie Davitt Report (2020) Coronavirus Update: China Duty Free Group closes Haitang Bay store as crisis escalates., The Moodie Davitt Report. Available at: https://www.moodiedavittreport.com/coronavirus-update-china-duty-free-group-closes-haitang-bay-store-as-crisis-escalates/ (Accessed: 3 April 2020).

Varghese, R. and A, Y. T. (2019) ‘Role of social media during Kerala floods 2018’, Library Philosophy and Practice (e-journal). Available at: https://digitalcommons.unl.edu/libphilprac/2754 (Accessed: 4 April 2020).

Wee, S.-L., Jr, D. G. M. and Hernandez, J. C. (2020) W.H.O. Declares Global Emergency as Wuhan Coronavirus Spreads - The New York Times, New York Times. Available at: https://www.nytimes.com/2020/01/30/health/coronavirus-world-health-organization.html (Accessed: 3 April 2020).

WHO (2020) Coronavirus disease 2019 (COVID-19) Situation Report – 70. Available at: https://www.who.int/health-topics/coronavirus#.

Wilson, M. E. and Chen, L. H. (2013) ‘Travelers Give Wings to Novel Coronavirus (2019-nCoV)’, Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), pp. 1689–1699. doi: 10.1017/CBO9781107415324.004.

Zhou, F. et al. (2020) ‘Clinical course and risk factors for mortality of adult inpatients with COVID-19 in Wuhan, China: a retrospective cohort study’, The Lancet. Lancet Publishing Group, 395(10229), pp. 1054–1062. doi: 10.1016/S0140-6736(20)30566-3.

Zhu, N. et al. (2020) ‘A Novel Coronavirus from Patients with Pneumonia in China, 2019’, New England Journal of Medicine. Massachussetts Medical Society, 382(8), pp. 727–733. doi: 10.1056/NEJMoa2001017.

El Zowalaty, M. E. and Järhult, J. D. (2020) ‘From SARS to COVID-19: A previously unknown SARS- related coronavirus (SARS-CoV-2) of pandemic potential infecting humans – Call for a One Health approach’, One Health. Elsevier B.V, 9, p. 100124. doi: 10.1016/j.onehlt.2020.100124.

Comments

About Me

My photo
Fathul Qorib
Lamongan, Jawa Timur, Indonesia
pada mulanya, aku adalah seorang yang cerdas sehingga aku ingin mengubah dunia. lalu aku menjadi lebih bijaksana, kemudian aku mengubah diriku sendiri.