Skip to main content

Mencipta Kebutuhan


Handphone telah menjadi sebuah kebutuhan yang menjengkelkan. Kemana-mana kita harus membawanya agar selalu terkoneksi dengan orang-orang. Bahkan sekarang ketinggalan handphone lebih menyengsarakan dibanding ketinggalan dompet berisi uang dan kartu-kartu yang setia mendekam di sana.

Manusia seringkali menciptakan sesuatu yang membantu mereka melewati kehidupan yang rumit. Dengan sesuatu itu manusia bisa hidup lebih mudah. Misalnya terciptanya mesin cetak tahun 1450 oleh Guttenberg yang memudahkan penyebaran dokumen, atau penciptaan telegraf yang memudahkan pengiriman pesan jarak jauh.

Alih-alih menciptakan benda penolong, manusia malah bergantung dengan benda tersebut. Bahkan tingkat keterbutuhan manusia terhadap benda yang diciptakannya sendiri sudah merisaukan. Itulah yang terjadi jika kita ketinggalan handphone, juga ketika seorang mahasiswa malas datang ke tempat demo karena tidak punya sepeda motor.

Manusia menjadi menggantungkan seluruh kehidupannya pada benda-benda ciptaan tersebut. Manusia yang awalnya bisa berjalan melewati bukit dan gunung dengan jalan kaki, sekarang menjadi manja. Bahkan untuk membeli kue atau kue di gang depan rumah saja harus menggunakan kendaraan. Kita menjadi candu dengan hp dan wifi. Kehidupan bahagia kita sudah tidak didasari pada cita-cita mulia, tapi lebih kepada kepemilikan terhadap benda. 

Bagaimana kebutuhan kita terbentuk? Semuanya berkat kapitalisme yang berhasil menjangkau seluruh sendi kehidupan masyarakat di manapun berada. Pada awalnya kebutuhan kita didasarkan pada apa yang dapat kita gunakan untuk hidup, yaitu makan. Selesai. Manusia pertama hanya mengandalkan makanan yang disediakan alam, dari buah sampai daging, dari goa sampai kayu-kayu untuk menyalakan api. 

Tapi manusia, sang sapiens, memiliki kemampuan untuk merangkai sesuatu yang imajinatif. Kita memimpikan jauh ke masa yang belum pernah kita hadapi. Imajinasi ini juga yang menghidupkan dongeng mengenai zeus, sangkuriang, dan semar. Dalam sejarahnya kemudian, imajinasi membuat dunia manusia bukan persoalan yang riil, tapi juga immateriil. Kita tidak hanya dituntut memikirkan makanan yang mengenyangkan, tapi juga berfikir bahwa hewan buruan dan panen padi adalah berkah dari leluhur.

Di masa-masa awal ini, imajinasi yang menghidupkan roh dalam bebatuan dan pohon besar sangat membantu manusia. Alam terjaga karena semua manusia memanfaatkan lingkungannya sekadarnya. Tamak dicaci, abai dikutuk. Tetapi imajinasi yang awalnya baik-baik saja ini menemui masalahnya di zaman modern; suatu masa di mana imajinasi diciptakan untuk menguntungkan pihak tertentu tanpa peduli dengan apapun dan siapapun yang terkena dampak negatifnya. 

Di masa modern inilah, manusia tidak lagi cukup dengan makan jagung mentah yang manisnya sudah ditakar oleh alam. Manusia juga sudah enggan kesulitan memakan daging mentah yang liat, daging harus di bakar agar empuk dan diberi nama 'tenderloin steak' berharga 50 kali lipat harga nasi pecel. Lalu soal komunikasi, sapiens ini mengembangkan huruf -huruf rumit yang hanya dipahami oleh komunitas lokal itu, dan pada perkembangannya menciptakan supporting life yang kokoh. 

Peradaban terus berkembang dan kemanjaan manusia mengikutinya. Jagung tidak cukup menjadi jagung, ia harus diolah menjadi pop corn agar kekinian dan mengikuti tradisi barat. Pop corn sendiri tidak afdol jika dimakan biasa saja sebagaimana makan ketela dan jagung rebus. Makan pop corn harus bersamaan dengan nonton bioskop, dan nonton bioskop tidak keren kalau makannya kuaci dan minuman eh teh Rp 3.500-an.

Contoh ini bisa kita perpanjang ke seluruh benda yang ada di lingkungan kita. Pakaian sekarang tidak jelas fungsinya untuk apa. Kita hanya mampu membedakannya menjadi : pakaian santai, pakaian olahraga, pakaian pesta, dan pakaian ke rumah duka. Saat bertamu ke teman atau ke rumah mertua, pakaian kita akan berbeda. Ketika ospek kita pakaian putih hitam tai cicak dengan asesoris yang merendahkan. Dan untuk menunjukkan kesuksesan, kita pakai dasi dan jas.

Dulu manusia beranak pinak hingga belasan, kemudian diciptakan alat KB untuk mengontrolnya. Alasannya bisa dicari-cari demi kepentingan pabrik dan para politisi dibalik itu. Dulu pemuda desa Indonesia bermain bola di lapangan luas, tapi sekarang malah mengikuti negara tanpa tanah dengan futsal berbayar. Kemudian sekarang hp menjadi kebutuhan dan mobil bukan barang mewah lagi, meskipun masih memukau bagi warga kebanyakan. 

Mengapa terjadi pengkotak-kotakan yang sedemikian? Pop corn keren vs jagung rebus tidak keren. Karena kita manusia menciptakan imajinasi soal kekerenan yang tidak berdasar. Hubungan-hubungan yang kita buat biasanya tidak asosiatif. Misalnya, tidak ada hubungannya antara pop corn, dasi, mobil, dengan kesuksesan. Karena itu, hubungan antara mobil dengan kesuksesan, dan kesuksesan sama dengan bahagia, adalah imajinasi.

Semua kondisi ini kita pelajari dari iklan yang terus-menerus menyeru di media massa untuk begini dan begitu, lalu kita mengamininya dengan bangga. Jika dapat dirangkum, maka perjalanan kebutuhan kita akan begini : pertama, awalnya kita memandang benda sebagai realitas luar yang berbahaya. Kemudian kedua, kita mempelajarinya untuk memenuhi kebutuhan dasar, sandang pangan papan.

Ketiga, karena orang memiliki kekuatan yang berbeda, ruang dan waktu yang berbeda, maka tidak semua orang mempunyai benda yang sama. Terjadilah tukar menukar atau disebut sebagai barter. Keempat, zaman modern mulai muncul. Sebagian orang, yang diuntungkan oleh suatu kondisi khusus, misal perang yang menguntungkan kaum militer, akhirnya punya banyak modal untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Ia membangun pabrik tekstil karena masyarakat butuh pakaian, ia membangun pabrik rokok karena warga butuh rokok. 

Kelima, pemodal sangat menikmati kekayaannya, ingin mempertahankan kekayaan itu. Dia tidak lagi berfikir untuk mengadakan barang yang dibutuhkan oleh konsumen karena itu hanya bertahan jangka pendek. Maka ia mulai mencipta kebutuhan konsumen. Rambut yang rontok sebenarnya masalah sepele, atau kulit sawo matang juga biasa saja. Tapi iklan menunjukkan sesuatu yang lain; bahwa jika memakai losion pemutih maka lelaki mudah nempel, plus rambut hitam lurus membuat semua lelaki bodoh seketika. 

Keenam, iklan ini muncul terus menerus hingga terinternalisasi dalam diri konsumen lalu menjadi suatu kebenaran umum bahwa cantik adalah seperti yang tergambar oleh iklan. Kita akan terus disetir hingga kalian mampu memberontak terhadap kondisi tersebut.

Comments

About Me

My photo
Fathul Qorib
Lamongan, Jawa Timur, Indonesia
pada mulanya, aku adalah seorang yang cerdas sehingga aku ingin mengubah dunia. lalu aku menjadi lebih bijaksana, kemudian aku mengubah diriku sendiri.