Skip to main content

Spiderman





Beberapa hari ini leher kananku terasa gatal. Aku tidak pernah melihatnya di cermin atau mencoba mencari tahu mengapa. Karena aku membayangkan bahwa besok pagi ketika bangun tidur, tanganku bisa lengket ke dinding, lalu tiba-tiba aku merayap di atap rumah. Aku menjadi spiderman.

Tapi jika memang aku memiliki kekuatan super, aku akan ikhlas menerimanya. Tentu saja, menjadi kuat dan keren, bisa melakukan apa yang tidak bisa manusia biasa lakukan; its cool. Berbeda dengan manusia kebanyakan adalah berkah yang kini digunakan motivator untuk kliennya.

Kita semua orang biasa, yang kadang ego membuat kita sok menjadi orang luar biasa padahal palsu. Kita rata-rata akrab dengan seorang lelaki biasa, memiliki istri biasa, anak lima, 2 nakal, 1 pasif, 1 penurut, 1 paling bisa diandalkan. Atau kalian adalah mahasiswa biasa yang berdebar-debar ketika pembayaran semester akan dimulai.

Maka ketika lelaki biasa, mahasiswa biasa, tukang bangunan yang membenahi kusen jendela, atau dia anggota dewan yang rajin ikut rapat tapi minim berpendapat: memiliki kekuatan super bisa menembus tembok, bisa sekuat hulk dan kapten marvell, alangkah bahagia orang biasa tersebut. Bahagia yang paling kecil misalnya bangga dengan diri sendiri, itu juga cukup bagus.

Kekuatan super yang aku kepengen ini bukan dengan rencana menjadi pahlawan. Superhero Spiderman yang terkenal dengan ungkapan 'dibalik kekuatan yang hebat ada tanggungjawab yang besar' memang inspiratif tapi juga lebai. Jijik jijik gimana begitu. Jika aku bisa terbang belum tentu aku juga pengen menyelamatkan pesawat yang mau jatuh gara-gara sistem penerbangan Indonesia yang amburadul.

Kalau gatal di leher kananku ini benar-benar dari laba-laba yang bisa menjadikanku Spiderman, tidak akan menjadi masalah bagi siapapun. Tidak ada yang dirugikan. Keuntunganku hanya bisa merayap tembok. Tapi merayapi tembok tidak bisa digunakan untuk menghasilkan uang banyak karena aku pengajar, bukan tukang sirkus yang dibayar karena melakukan pekerjaan yang lucu atau tipuan canggih.

Tidak akan ada yang berubah dariku, kecuali mungkin agak sombong sedikit karena merayap di tembok adalah sesuatu yang tak lazim. Jika kalian membayangkan menjadi spiderman kemudian bisa loncat indah dari gedung ke gedung menggunakan jaring laba-laba, maka bersiaplah kecewa. Karena di kota ini, atau bahkan Jakarta, tidak ada gedung yang bersisian kanan-kiri jalan sehingga loncatan tampak memukau.

Dengan kondisi ini maka Spiderman jelas dapat dikalahkan oleh Doflamingo, antagonis di anime One Piece yang memiliki kekuatan benang. Benangnya bisa ditarik atau digantungkan di awan sehingga bisa loncat kemanapun asal ada awan. Karena itu, sia-sia juga kekuatan spiderman jika tidak ada gedung-gedung seperti yang ditampilkan Hollywood.

Dan jika memang aku spiderman lalu daftar caleg, mungkin agak repot. Karena di Indonesia, spiderman akan kalah dengan politisi. Bahkan jika Spiderman membantu menumpas kejahatan, semisal korupsi atau menggarong tanah orang untuk korporasi, Spiderman akan kalah dengan tentara. Karena Spiderman tentu saja bisa dituntut secara hukum. Jika tidak percaya, sebaiknya kita tonton superhero beberapa waktu terakhir yang  Spiderman asli yang dihujat media massa, atau Batman dan Superman yang disuruh mundur jadi pahlawan.

Karena itu, aku tidak banyak berharap jika gen laba-laba kemudian menjadikanku punya kekuatan super, yang kemudian bisa digunakan untuk memberantas kejahatan. Sungguh Indonesia lebih dikuasai pemodal yang menanamkan uangnya ke seluruh capres siapapun itu, sehingga superhero juga akhirnya kalah.

Lagipula, bagaimana mungkin spiderman yang pahlawan, baik hati, berbudi pekerti luhur, akan bentrok dengan aparat keamanan? Tidak bisa.

Jadi siap-siap putus asa jika menjadi superhero di Indonesia. Karena melawan gelombang oligarki yang sudah mencengkeram Indonesia butuh atta ashiap dan ria ricis untuk membuatnya jadi lucu. Undang-undang bisa dibuat sesuai pesanan, penjara bisa dibeli fasilitasnya, termasuk hukum yang bisa dibeli, menjadikan superhero pun akan terkejoet dengan sistem tata kelola kenegaraan Indonesia.

Comments

About Me

My photo
Fathul Qorib
Lamongan, Jawa Timur, Indonesia
pada mulanya, aku adalah seorang yang cerdas sehingga aku ingin mengubah dunia. lalu aku menjadi lebih bijaksana, kemudian aku mengubah diriku sendiri.