Skip to main content

Menunggu Teman yang Suka Tidak Tepat Waktu


Banyak hal yang membingungkan selama hidup di dunia in. Sebagaimana sekarang, saya menunggu seorang teman lama yang sudah berjanji akan di sini usai magrib. Ini adalah janji ke sekian yang ia tidak tepati, dan menghubunginya adalah sesuatu yang mustahil. Karena ratusan kalipun aku telpon tetap saja tidak diangkat, dan ribuan PING di bbm tidak ada “read”.

Sebelumnya memang aku tidak pernah janjian dengan orang ini. Hanya berteman akrab dan menghabiskan waktu bersama. Maka dari itu kami tidak pernah saling berjanji untuk bertemu di suatu tempat. Itu dulu, saat masa kuliah. Maka dari itu kami disebut teman akrab, bersama dengan tiga atau empat orang lainnya.

Dan sekarang, setelah bertahun-tahun tidak ketemu, saya mencoba mencarinya. Sebetulnya sudah pernah bertemu di Surabaya sejak kepulanganku dari Papua. Namun hanya sebatas bertemu karena kami punya kesibukan sendiri-sendiri yang tidak bisa diganggu oleh orang lain.

Lalu dia memutuskan untuk mencari peruntungan di Malang, sedangkan aku masih di Surabaya. Aku ke Malang dalam rangka mencari teman-teman lama yang sudah berpisah sejak aku lulus kuliah dan memutuskan keliling Indonesila. Jadi, yang bisa kusebutkan adalah seharusnya dia yang menjadi tuan rumah di sini karena saya adalah kafilah yang akan segera berlalu.

Namun sebagai tamu, ia belum berhasil menepati janjinya untuk bertemu di warung kopi langganannya. Ini adalah warung kopi langganannya. Bukan langgananku, dan aku tidak kenal sama sekali dengan pemilik atau suasananya. Jadi aku berdiam diri sembari menulis.

Jelas bahwa aku akan menulis sesuatu sambil menunggunya datang, atau paling tidak ia membalas bbm dan telponku. Jadi batasannya adalah bila ia datang, maka aku akan berhenti menulis. Dan bila ia tidak datang hingga tulisanku selesai, maka aku akan pulang. Hitung-hitung aku telah menulis sembari menunggu seseorang yang tidak menjengkelkan, tapi terus membuat situasi menjadi menjengkelkan.

Tetapi semakin lama, aku menjadi cemas dan gelisah seperti menunggu seorang perempuan. Lagu dangdut yang diputar oleh muda-mudi di depanku juga membuat suasana menjadi busuk. Entah bagaimana menggambarkannya, dia seperti remaja gaul dan garang, bermain kartu sembari berteriak-teriak seperti penyuka rock, tapi memutar lagu dangdut.

Bukan berarti aku tidak suka dangdut sih, hanya saja aku ingin mengumpat siapapun juga. Jadi tidak masalah ada dua gadis cantik yang suka sekilas memandangiku yang mengetik dengan cepat dan bibir selalu senyum. Mungkin ia heran dan jatuh cinta padaku, meksipun aku tidak meliriknya sama sekali. Nah, akhirnya tulisan ini memiliki penjabaran yang aneh.

***

Sekarang dia sudah datang dengan sepeti alasan, yang konon, alasan selalu benar. Aku mendengar alasannya dengan nada datar. Tidak ada hal yang menarik dari seseorang yang tidak menepati janji, sekecil apapun janji itu. Persoalan janji, tentu saja tokoh-tokoh kartun Jepang sangat memegang janjinya. Maka orang Indonesia, saya kira masih kesulitan memegang janji, sebagaimana orang Jepang kesulitan melafalkan namaku –gak ono hubungane.

Comments

About Me

My photo
Fathul Qorib
Lamongan, Jawa Timur, Indonesia
pada mulanya, aku adalah seorang yang cerdas sehingga aku ingin mengubah dunia. lalu aku menjadi lebih bijaksana, kemudian aku mengubah diriku sendiri.