Skip to main content

Pemimpin yang Lari dari Tanggung Jawab


rombongan backpacker
Seorang lelaki tidak akan menjadi lelaki hingga ia mampu bertanggung jawab terhadap apa yang telah dimulainya. Segala sesuatu yang kita sedang dan akan kerjakan tentunya membawa konsekuensi. Dan kemampuan kita menuntaskan konsekuensi inilah yang akan memberikan penilaian siapa diri kita sesungguhnya.

Hal itulah yang kurasa tidak dimiliki oleh leader kami saat perjalanan backpacker mengelilingi asean. Bagaimanapun aku inginnya bertualang, dengan segala kegagahberanian yang kumiliki, tetap saja keliling negeri orang lain membuatku kecut. Dan memang, kesalahan terbesar manusia –kadang, adalah terlalu mengandalkan orang lain melebihi pengetahuan diri sendiri.

Lagi pula, seseorang yang kita andalkan ternyata memang tidak seharusnya diandalkan. Selain ia tidak kompeten untuk menjadi seorang pemimpin dengan jiwa besarnya, ia juga tidak mendapatkan apa-apa dari yang dipimpinnya. Meskipun tidak pernah berbicara terang-terangan, sepertinya ia merasa bahwa ia bukanlah agen travel sehingga tidak seharusnya memimpin kami dalam sebuah perjalanan.

Namun sebagai seorang lelaki, apakah ia tidak berfikir sebelumnya bahwa keinginannya membuat open trip yang diposting di beberapa grup backpacker adalah sebuah aktivitas yang beresiko? Tentu saja open trip memilikii konsekensi yang hebat. Baik yang diajak maupun yang mengajak memiliki resiko masing-masing. Sang pengajak kuatir mendapatkan teman yang brengsek, dan si pengikut juga rentan mendapatkan leader seorang penipu.

Namun resiko ini tampaknya tidak dapat ditanggung olehnya sehingga kemudian ia ingin melepaskan diri dari kelompok ini. Sebuah kelompok yang terdiri dari orang-orang non pengalaman, lalu ia meninggalkan kami dengan segudang alasan yang “dapat kami terima”; tentu saja.

Yang menyebalkan adalah ia menempatkan diri sebagai sosok yang dibutuhkan. Bagaimana tidak. Saat kita sudah memutuskan bahwa ia bukanlah leader lagi, namun tetap harus berjalan antar negara bersamaan, ia malah mengingkarinya. Ia yang tahu harga bus dan tiket kereta dan sebagainya, malah mengelabuhi kami dengan berkeliling ke stasiun, lalu ke terminal, tanpa pembicaraan sedikitpun.

Pada akhirnyalah, sebagai manusia, kami faham bahwa ia sudah tidak bisa diandalkan lagi. Ia yang melepaskan diri dari tanggung jawab, kusebut sebagai bukan lelaki. Kami akhirnya harus berjalan lagi menyelesaikan misi yang belum tercapai separuhnya. Kami masih di Kuala Lumpur menuju ke Hatyai Thailand. Dan hingga sekarang, usai mengikuti tur membosankan ke Phi Phi Island, kami masih survive dan semua baik-baik saja.

Mulai kemarin, kami sudah mencari seluruh informasi mengenai negara yang akan kami tempuh. Keliling asean bagi orang yang sama sekali baru bukanlah hal yang kecil, meskipun pada sementara ini, hal ini luar biasa mudah. Kami membagi tugas untuk setiap informasi yang dibutuhkan, dan menghemat makan sebisa mungkin karena perjalanana masih jauh.

Satu hal yang menjadi menarik adalah kita menjadi mandiri. Kita melakukannya sendiri sementara pada beberapa hari lalu, setiap hal dilakukan oleh leader. Kenapa kita tidak melakukannya sedari kemarin dan malah menyerahkannya kepada leader? Karena leader tidak terbuka terhadap perjalanannya, dan terlalu sensitif jika ditanya lebih detail soal perjalanan ini.

Kami semua merasakannya. Namun sebagai orang indonesia yang “katanya” memiliki hati lebih lembut, lebih suka membicarakannya di belakang leader dari pada mengungkapkannya kepadanya. Doakan kami untuk menyelesaikan perjalanan ini. Saya yakin, setelah ini, orang yang tidak berpengalamanpun akan menapaki negara-negara di Asean.

1 Bulan Kemudian

Dari total 10 orang yang melakukan perjalanan, akhirnya hanya tiga orang saja yang menapaki negara terakhir: Brunai Darussalam. Ini adalah sebuah karunia besar yang memang kami juga terkesima dengan semua perjalanan yang telah kami lakukan. Kami langsung merayakannya dengan makan di KFC di Bandara Sri Begawan Brunai Darussalam. Sungguh, rasa ayam menjadi berkali lipat di sini.

Saat menyusuri Brunai ini, rasa haru dan rasa bangga menyelinap begitu saja. Ternyata memang seorang amatir bisa menyusuri negara begitu saja. Hal itu membuat mata kami terbuka, dan lebih terbuka lagi. Setelah ini, mungkin negara-negara lain akan menjadi sasaran mudah demi sebuah petualangan.

Comments

About Me

My photo
Fathul Qorib
Lamongan, Jawa Timur, Indonesia
pada mulanya, aku adalah seorang yang cerdas sehingga aku ingin mengubah dunia. lalu aku menjadi lebih bijaksana, kemudian aku mengubah diriku sendiri.