Skip to main content

Selamat Setelah 11 Hari di Lautan




Hanya Makan Ikan Mentah dan Minum Kocokan Air Garam

Tidak pernah terlintas di pikiran Elisa Pihahei (50) bahwa dirinya akan hanyut dan terombang-ambing selama 11 hari di Laut Utara Jayapura. Berhari-hari ia hanya berdoa agar dapat diselamatkan, dan jika tidak selamat, maka ia memohon kepada Tuhan Yesus untuk menyertainya di perahu kecilnya tersebut.


Fathul Qorib – Jayapura

 Selasa (13/1), Elias Pihahei merasa bahwa ia harus pergi melaut untuk menangkap ikan sehingga bisa menghidupi keluarganya. Ia tahu saat itu bahwa laut sedang bergelombang, namun ia tidak rela jika keluarganya akan kelaparan. Maka dari itu, berbekal pancing dan perahu motor kecil dengan mesin 15 PK, ia melaut di perairan antara Biak dan Yapen.

 Malang tidak dapat ditolak, saat ia sudah memenuhi perahunya dengan ikan cakalang, malah perahunya dihantam gelombang hingga mesin perahunya mati. Gelombang disertai angin yang kencang tidak memberinya kesempatan untuk mengayuh sama sekali, bahkan untuk menebar jangkar juga sudah tidak bisa karena perahu terus melaju terbawa angin dan gelombang hingga melewati Pulau Padaido.

 Saat malam mulai datang, Elisa hanya dapat melihat daratan semakin jauh dan tidak mungkin dijangkaunya lagi. Dayungnya patah, mesin perahu mati, dan air memenuhi perahunya hingga hampir tenggelam. Alhasil, satu-satunya yang dapat menolongnya adalah menjaga agar perahu kayunya tersebut tidak tenggelam. Ia terus menguras perahunya meski air yang datang bergelombang terus menghantam.

 “Malam-malam itu saya terus lihat Pulau Yapen sudah tenggelam. Sampai perahu jauh di laut sudah tidak ada lagi daratan yang dapat saya lihat. Saya tidur sebentar, lalu bangun, menguras perahu, tidur sebentar, lalu menguras perahu, terus begitu sampai saya tidak tahu di mana lagi,” kata Elisa kepada Cenderawasih Pos saat ditemui di rumah saudaranya yang ada di Hamadi, Senin (26/1).

 Selama 11 hari terapung di laut, Elisa menceritakan bahwa ia hanya makan ikan yang sudah didapatkannya selama memancing tersebut. Karena perahu tidak tenggelam, sehingga ia bisa menjaga agar masih ada ikan yang ada di dalam perahu. Ketika siang hari, ikan-ikan tersebut akan dijemur di bawah matahari, lalu di makannya sedikit demi sedikit untuk menambah tenaga.

 Sementara untuk minuman ia mengaku kesulitan, karena di laut tidak pernah datang hujan. Maka ia kemudian memasukkan air ke botol minuman, lalu mengocoknya terus menerus hingga rasa air garamnya berkurang lalu diminumnya pelan-pelan. Dengan ikan yang dipanggang matahari dan air garam yang telah dikocok inilah ia hidup selama 11 hari di lautan dari Selasa (13/1) sampai Sabtu (24/1).

 Meskipun makanan dan minuman sudah bisa didapatkannya, namun bukan berarti kekhawatiran akan keselamatan dirinya tidak ada. Elisa mengaku sangat khawatir dengan kondisi dirinya jika tidak mendapatkan pertolongan secepatnya. Hingga hari ke-11 ia terus berdoa agar diberi keselamatan. Lalu ia mulai melihat Pulau Jayapura dari kejauhan yang tampak kecil. Waktu itu air tenang sehingga ia juga tenang.

 “Tubuh saya terlalu lemas sehingga saya tidak berani untuk ambil resiko berenang ke daratan. Jadi saya tetap berjaga di perahu sembari terus menguras. Tapi malam hampir tiba dan angin darat muncul sehingga perahu saya terdorong lagi menjauh dari daratan hingga saya sampai di perbatasan PNG itu. Sudah, saya sudah tidak ada harapan lagi,” ujar Elias.

 Di saat itulah ia kemudian memohon kepada Tuhan agar diberi keselematan jika memang ia memiliki umur panjang. Dan jika memang sampai di sana saja umur Elias, maka Elisa berdoa agar Tuhan turun ke dalam hatinya untuk memberi kedamaian dan menerima semua kenyataan. Ia minta Tuhan mendampinginya di perahu itu untuk menuntunnya menuju kematian yang damai.

 Saat ia berdoa dengan penuh kepasrahan itu, ia tertidur agar lama. Tiba-tiba ia mendengar ada suara mesin motor dari nelayan yang mencari ikan. Sontak ia terbangun lalu berdiri di atas perahu dan mulai mencari sumber suara. Lama kelamaan ia melihat ada perahu nelayan yang mendekat sehingga ia berteriak kepada dua nelayan Hamadi tersebut.

 Dua nelayan yang mendengar teriakan itu langsung menuju ke Elisa dan kemudian membawa Elisa ke daratan untuk mendapatkan pertolongan. Kondisi tubuh Elisa waktu itu sudah sangat lemas sehingga harus dipapah saat ke darat. Namun setelah beberapa waktu istirahat, ia kembali sehat dan sudah dapat dibawa ke RSUD Jayapura untuk melakukan medical check-up guna mengetahui kondisi tubuhnya.

 “Saat ini tenaga sudah seperti semula, saya bilang terima kasih kepada Tuhan, dan kepada nelayan yang menyelamatkan saya. Sekarang saya tinggal di sini dulu, keluarga di rumah juga sudah diberi tahu sehingga semuanya baik-baik saja,”tutup bapak dua anak tersebut.

Comments

About Me

My photo
Fathul Qorib
Lamongan, Jawa Timur, Indonesia
pada mulanya, aku adalah seorang yang cerdas sehingga aku ingin mengubah dunia. lalu aku menjadi lebih bijaksana, kemudian aku mengubah diriku sendiri.