Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2012

Sejarah Televisi

“Televisi, disana ada realitas yang lebih riil dari pada kehidupan sebenarnya” A. Televisi dan Kehidupan Ketika Michael Jackson meninggal dunia, dibelahan bumi lain, termasuk indonesia yang tidak pernah sekalipun orang itu menginjakkan kakinya, seakan-akan merasakan kedukaan yang sama dialami oleh keluarga mendiang Michael Jackson. Diberbagai penjuru dunia yang lain bahkan melakukan doa bersama, menyanyikan lagu sang legenda pop bagi fansnya, dan berbagai kegiatan menyedihkan lainnya. Ketika perang berkecamuk di Baghdad, Irak, di dunia kitapun ikut terusik. Perang itu begitu dekat mengiringi langkah kaki kita, telinga terngiang jerit tangis bocah, ratapan perempuan-perempuan banghdad, dan desingan pelor tajam mengoyak waktu. Kita menjerit, kita ikut menangis sambil berdoa berharap perang usai, dimana-dimana seruan boikot zionis terdengar. Televisi ini akan lebih diakui kedahsyatannya ketika satu peritiwa terjadi saat ini. Sepak bola. Saat piala dunia, ataupun piala Eropa d

Keberpihakan Media

Media massa telah mencapai masa kejayaannya di dunia. Ini adalah zaman informasi, millenium telah berganti menjadi abad yang sangat bergantung kepada adanya informasi. Jalan satu-satunya untuk mengakses informasi adalah media, cetak, elektronik, maupun cyber. Ditengah pusaran arus informasi yang diharapkan kebenarannya inilah kemudian media mass muncul sebagai momok yang tidak disangka-sangka, diharapkan menjadi pelepas dahaga akan infoormasi nyang benar dan akurat, malah menampilkan peristiwa-peristiwa pemberitaan yang telah dikonstruksi. Seharusnya sudah jelas bahwa media adalah satu-satunya alat yang bisa mengontrol dunia agar berjalan dengan baik, namun kepentingan-kepentingan lebih diminati oleh media saat ini. Di satu sisi tentunya media ingin menonjolkan kebebasan, independensi, dan idealismenya, tapi disisi yang lain justru membodohi dirinya sendiri dengan tindakan keberpihakan yang semakin besar pada berbagai kepentingan ; kapitalisme, politik, dan malah tida kehilangan sika

Media : Metafora dan Simulakra

“Aku lebih takut jurnalis dengan pena-nya dari pada seribu tentara dengan bayonetnya” Napoleon Ketika kita duduk santai di rumah sambil mendengarkan music di radio, saat jalan di mall, saat lari pagi, saat duduk dibangku kuliah, maka saat itulah kita sedang mendengar informasi. bahkan kita seringkali tidak menyadari kalau sedang menerima informasi. Misalnya ada koran dimeja, ada gambar full color yang menarik pandangan anda sehingga anda menghampirinya dan membaca sebagian dari berita tersebut. Tentu anda tidak berniat mencari apa-apa. Tiba-tiba saja anda mengangguk-angguk dan faham akan sesuatu yang sebelumnya tidak tahu. Itulah informasi. Informasi, yang kemudian dikonstruksi oleh orang-orang tertentu menjadi media massa telah memasuki hal yang paling privasi dari seseorang. Tidak ada lagi ruang pribadi yang benar-benar pribadi untuk bersembunyi dari segala hiruk pikuk dunia. Semua tingkah laku menjadi representasi dari keterpengaruhan kita dari media. Semuanya, ketika ja

Global Paradox ; small is power

Mengapa buku-buku Naisbitt menjadi fenomenal? Sebelum kita membahasa lebig lanjut tentang Megatrend dan Global Paradox, sebaiknya kita mengenal dahulu bagaimana bigrafi dari John Naisbitt. Biografi John Naisbitt (lahir 15 Januari 1929 di Salt Lake City, Utah) adalah seorang penulis Amerika dan pembicara publik di bidang studi berjangka. Megatrends pertama bukunya diterbitkan pada tahun 1982. Ini adalah hasil dari hampir sepuluh tahun penelitian. Itu di daftar buku terlaris NewYork Times selama dua tahun, kebanyakan sebagai # 1. Megatrends diterbitkan di 57 negara dan terjual lebih dari 14 juta eksemplar. John Naisbitt belajar di Universitas Harvard, Cornell dan Utah. Dia mendapatkan pengalaman bisnis ketika bekerja untuk IBM dan Eastman Kodak. Dalam dunia politik, ia menjadi asisten Komisaris Pendidikan di bawah Presiden John F. Kennedy dan menjabat sebagai asisten khusus untuk Departemen Pendidikan Sekretaris John Gardner selama pemerintahan Johnson. Dia meninggalkan Washingto

About Me

My photo
Fathul Qorib
Lamongan, Jawa Timur, Indonesia
pada mulanya, aku adalah seorang yang cerdas sehingga aku ingin mengubah dunia. lalu aku menjadi lebih bijaksana, kemudian aku mengubah diriku sendiri.