Fathul Qorib*
Dunia sedang panik menghadapi
pandemic Coronavirus Diseas 2019
(Covid-19). Virus ini pertama kali ditemukan pada sekelompok orang yang terkena
pneumonia di Wuhan, Cina, tanggal 29 Desember 2019 (Chen
et al., 2020; Zhu et al., 2020).
Pakar menyebutkan bahwa virus ini ditularkan dari kalelawar ke hewan yang
dikonsumsi manusia (El
Zowalaty and Järhult, 2020).
Kalelawar ini yang paling banyak membawa zoonotic
viruses dibandingkan hewan mamalia lain yang berinteraksi dengan manusia (Olival
et al., 2017).
Karena itu dunia kesehatan harus dapat
memprediksi dan melakukan pencegahan agar virus yang sama tidak hinggap ke
tubuh manusia (Morse
et al., 2012).
Paling ada lima hewan yang bisa menjadi penghantar coronavirus pada manusia
meskipun untuk Covid-19 memiliki pola virus berbeda, paguma larvata, paradoxurus hermaphroditus, civet, aselliscus
stoliczkanus dan rhinolophus sinicus
(Li,
Yang and Ren, 2020). Prediksi relasi
manusia-hewan untuk beberapa dekade ke depan akan terus meningkat karena kebutuhan
manusia terhadap sumber protein hewani melalui peternakan juga semakin besar (Wilson
and Chen, 2013).
Tapi yang paling berbahaya adalah
ketika bahwa penularan virus terjadi dari manusia ke manusia dengan tingkat
efektifitas yang tinggi (Zhou
et al., 2020).
Manusia menjadi penghantar Covid-19 paling pesat karena kemampuan manusia untuk
berpindah tempat dengan efektif dan efisien (Wilson
and Chen, 2013). Hanya dalam waktu tiga
bulan virus ini telah menyebar ke lebih dari 200 negara di seluruh dunia dengan
total kematian mencapai 46.764 jiwa (WHO,
2020). Kematian akibat
Covid-19 jauh melebihi coronavirus terdahulu, yaitu SARS pada tahun 2002-2003
dan MERS pada tahun 2012.
Penyebaran Covid-19 memang luar
biasa dengan tingkat kematian korban sangat tinggi. Karena itu, World Health
Organization (WHO) mengumumkan status public
health emergency of international concern (PHEIC) pada tanggal 31 Januari
2020 karena Covid-19 telah menyerang 10.000 orang, menyebar pada 18 negara, dan
angka kematian hingga 213 di Cina (BBCNews,
2020; Wee, Jr and Hernandez, 2020).
Dengan pengumuman darurat tersebut, seluruh negara di dunia harus menyiapkan
skema penanganan kesehatan yang dapat mengurangi risiko penyebaran coronavirus.
Sayangnya, tidak semua negara
mematuhi ‘saran’ dari WHO, termasuk di Indonesia. Negara dengan jumlah penduduk
mencapai 270 juta ini bahkan membuat kebijakan yang banyak dikiritik oleh
masyarakatnya sendiri. Seperti kebijakan pemerintah Indonesia yang memberi
diskon penerbangan ke Indonesia mulai Maret sampai Mei 2020 di tengah
ketidakpastian pandemic Covid-19 (Ananda,
2020; Briantika, 2020). Indonesia dituding
lebih memperhatikan bisnis dan ekonomi dibandingkan keselamatan warganya (Syakriah,
Cahya and Pinandita, 2020)
Bahkan sejak beredar kasus corona
di berbagai negara, Pemerintah Indonesia sangat yakin bahwa corona tidak akan
masuk ke Indonesia. Optimisme Pemerintah Indonesia tersebut malah dianggap
sebagai ignorance oleh masyarakat
internasional. Padahal banyak laporan terkait negara di kawasan Asia yang menemukan
kasus positif Covid-19 seperti Cambodia, Jepang, Nepal, Singapura, Korea Utara,
Thailand, Taiwan, dan Vietnam. Bahkan Vietnam menjadi negara pertama setelah
Cina yang warga negaranya positif Covid-19 (Phelan,
Katz and Gostin, 2020).
Beberapa pakar telah melakukan
analisis mendalam terkait dengan kemungkinan negara-negara yang menjadi sasaran
coronavirus selanjutnya, dan Indonesia
termasuk di dalamnya (McVeigh
and Graham-Harrison, 2020; Salazar et al.,
2020). Peneliti mendasarkan
analisisnya pada penerbangan dunia yang berhubungan dengan Wuhan, Provinsi
Hubei, Cina. Analisis ini memiliki argumentasi yang kuat karena seluruh
penerbangan dari dan ke Wuhan diindikasikan membawa virus. Dari data
penerbangan internasional, Indonesia masuk dalam lima besar negara yang
memiliki akses langsung ke Cina setelah Thailand, Jepang, Malaysia, Singapura,
dan Hongkong (The
Moodie Davitt Report, 2020)
Banyak analis yakin bahwa ketiadaan
kasus Covid-19 dikarenakan alat pendeteksi coronavirus
belum tersedia di Indonesia, bukan karena zero
case. Apalagi fasilitas kesehatan di Indonesia juga tidak memenuhi standar
keamanan dan kesehatan untuk penanganan Covid-19 sehingga Indonesia dianggap
belum siap menghadapi coronavirus.
Indonesia juga dikritik karena anggaran penelitian ilmiah sangat kecil bahkan
salah satu negara paling rendah di kawasan Asia. Sehingga disangsikan munculnya
penelitian berkaitan dengan pencegahan dan pengobatan virus jenis baru ini (Firdaus,
2020; Massola, 2020; Mulyanto and Firdaus, 2020)
Kebijakan pemerintah Indonesia
sejak awal munculnya kasus Covid-19 terus menuai kontroversi. Mulai dari menertawakan
corona (Renaldi,
2020), ketidakpercayaan
terhadap riset analisis penerbangan internasional dari Cina ke Indonesia (Syakriah,
Cahya and Pinandita, 2020),
penyediaan diskon untuk penerbangan ke Indonesia dan lokasi wisata hingga Mei
2020 (Briantika,
2020), kebijakan lockdown hingga pengadaan rappid test massal. Sehingga tidak
mengherankan seluruh sebagian besar masyarakat Indonesia mempertanyakan
keseriusan pemerintah dan menganggap ketidaksiapan tersebut sebagai –penyebab
Covid-19 menyebar.
Menurut Data Center penanganan
Covid-19 Republik Indonesia, sejak tanggal 2 Maret 2020 hingga artikel ini
ditulis, ada 1.986 warga Indonesia yang positif Covid-19, 134 diantaranya
sembuh dan 181 jiwa meninggal. Ketakutan meluas di seluruh Indonesia sehingga
masing-masing kepala daerah menerapkan lockdown
terbatas pada wilayahnya masing-masing. Seruan untuk social distancing –lalu diibah menjadi physical distancing- ramai disuarakan di media sosial. Seluruh
warga Indonesia merasa perlu menjaga diri dan keluarganya dari penularan virus
yang tidak kasat mata ini.
Penelitian tentang Covid-19 di
Indonesia belum dilakukan dalam skala besar. Misalnya terkait kebijakan lockdown atau karantina wilayah yang telah
menjadi agenda besar seluruh negara-negara di dunia, tetapi Indonesia tidak mau
segera menerapkan kebijakan tersebut. Belajar dari Pemerintah Cina dalam
menghadapi Covid-19, mereka langsung menyiapkan rumah sakit yang mampu
menampung pasien dalam jumlah besar dengan spesifikasi ruangan yang baik.
Mereka juga menerapkan travel restriction
bagi semua perjalanan sehingga mitigasi pasien Covid-19 dapat dilacak dengan
cepat.
Penyebaran Covid-19 outbreak lebih
mirip pada pandemic influenza yang terjadi di London, United Kingdom, pada
tahun 1918, dibandingkan dengan pandemic yang disebabkan coronavirus lainnya
seperti SARS dan MERS (Lin
et al., 2020).
Di negara tersebut lockdown
diberlakukan agar pandemic tidak menyebar. Australia ketika di
Mengatasi coronavirus ini, pakar juga menyarankan agar menerapkan kebijakan
yang sanggup menghalangi penyebaran korona lebih luas dengan cara karantina
wilayah.
Kebijakan lockdown di Cina dapat
mengatasi penambahan kasus positif dan kematian akibat Covid-19 hingga 60% (Shen
et al., 2020).
Bahkan efeknya jangka panjang karena dapat menghentikan laju perkembangan
Covid-19, lalu pemerintah bisa fokus pada rapid
test sehingga seluruh warga yang dalam pengawasan dapat teridendifikasi.
Apalagi puluhan negara di dunia juga sudah menerapkan lockdown, termasuk negara
di Asia Tenggara seperti Malaysia, Filipina, sementara Indonesia menerapkan physical distancing dan partial isolated (Intan,
2020; Kompas, 2020).
Pemerintah yang tidak mau
menerapkan kebijakan lockdown mendapat tantangan publik
Indonesia di media sosial. Keputusan pemerintah untuk menerapkan lockdown sepenuhnya atau hanya partial isolated mengundang banyak
kontoversi. Tagar #lockdownindonesia di
Twitter menunjukkan adanya gerakan dari masyarakat yang ingin pemerintah
bersikap tegas terhadap Covid-19. Mereka menyuarakan pemberlakuan lockdown karena dampaknya dapat
mengurangi kasus Covid-19 yang sudah menyebar ke banyak provinsi di Indonesia.
Media sosial di Indonesia dibiarkan
merdeka tanpa intervensi dari pemerintah. Padahal media sosial memudahkan
interaksi antara pemerintah dan masyarakat juga kelompok lain dalam bernegara (Khan,
Swar and Lee, 2014). Sebuah studi di Aceh
bahkan menyebutkan bahwa banyak legislator (terutama perempuan) yang tidak
menggunakan media sosial padahal penting untuk menyampaikan tugasnya kepada
konstituennya (Mardhiah
et al., 2019).
Media sosial juga banyak berjasa untuk mengatasi manajemen krisis di berbagai
bidang, termasuk bencana banjir Kerala, Hindia Selatan (Varghese
and A, 2019).
Karena itu Pemerintah Indonesia
perlu menggunakan Twitter untuk menyebarkan gagasan yang mendukung kehidupan
lebih baik. Apalagi di masa pandemic Covid-19 yang menimbulkan panic attact sebagian besar masyarakat
Indonesia, pemerintah perlu menyapa dan mengklarifikasi banyak hal.
Masyarakat yang menggunakan media
sosial sebenarnya sudah membentuk cluster
yang berisi orang-orang sepemahaman sehingga mudah dipengaruhi. Dalam pemahaman
komunikasi krisis, pemerintah Indonesia dapat memengaruhi masyarakat melalui clustering yang sudah otomatis terjadi
di media sosial. Seseorang yang percaya dengan pemerintah akan saling follow dan retweet aktivitas yang berhubungan dengan kepercayaan terhadap
pemerintah. Hal itu juga akan terjadi sebaliknya. Karena individu butuh
penguatan sosial dari lingkungannya untuk mengetahui, mempercayai, atau
melakukan suatu tindakan. Penyebaran perilaku akan lebih cepat dan lebih luas
ketika mereka mendapatkan penguatan dari sesama kelompok di media sosial (Centola,
2010)
Dalam konteks lockdown yang diterapkan di Indonesia, pemerintah tidak cukup siap
untuk melakukan penyebaran pemahaman sebagaimana yang dipahami pemerintah. Jika
membaca ‘cuitan’ di Twitter, maka kita akan mengetahui ketidakpuasan
masyarakat terhadap kebijakan pemerintah. Media massa memang sudah
menerbitkannya tetapi jangkauan media massa hanya pada kelas khusus masayarakat
dan tidak dapat melakukan interaksi secara langsung dengan pembuat kebijakan.
Media sosial yang telah menjangkau ke sisi-sisi terdalam manusia dan lingkungan
sosialnya harus dimasuki oleh pemerintah dalam rangka menjaga akal sehat publik
(van
Dijck, 2019).
Perjalanan singkat tapi
menghebohkan Covid-19 di Indonesia memiliki banyak aspek yang perlu dikaji guna
menghadapi tantangan kesehatan di masa mendatang. Pemerintah perlu menyiapkan
basis data dan basis komuninasi interaksional yang jelas menyangkut kehidupan
masayarakat. Kebijakan pemerintah dalam penanggulangan wabah yang mengancam
kesehatan seluruh masayarakat harus tampak dalam setiap langkah yang mereka
ambil. Media sosial telah berkembang menjadi platform digital life yang mengungkap seluruh kehidupan pribadi dan
sosial penggunanya.
Tulisan ini ingin
mengungkap bagaimana usaha Pemerintah Indonesia dalam menangani pandemic
Covid-19 yang dapat ditangkap dalam wacana-wacana media sosial, khususnya Twitter.
Kebijakan yang akan dianalisis menggunakan Social
Network Analysis adalah’ lockdown’
karena kami menganggap kebijakan ini paling urgent
dibanding kebijakan lainnya dalam menghadapi Covid-19. Data-data didapatkan
dari Twitter yang merupakan media sosial yang memiliki ciri interaktif, sharing content, terbuka, penggunannya
tidak dibatasi oleh tempat dan waktu, sehingga Twitter dapat digunakan oleh
siapapun (Mishra
and Maharana, 2019; Siyam, Alqaryouti and Abdallah, 2020).
Mengapa Twitter menjadi penting
dalam kontelasi kebijakan publik Indonesia? Karena pengguna Twitter saat ini
menempati posisi terbesar ke tiga media sosial di Indonesia setelah Facebook
dan Youtube, yaitu sebesar 22.8 juta sehingga menempati hampir 11 persen marketshare (Statista,
2015; StatCounter Global Stats, 2020).
Dengan jumlah pengguna sebanyak itu, Twitter menjadi salah satu public sphere yang dapat digunakan
pemerintah untuk diseminasi Covid-19 meskipun hal itu tidak dilakukan
pemerintah secara terencana. Wacana publik yang dishare melalui media sosial
akan mengubah pendapat umum di berbagai bidang, baik soal lingkungan,
kesehatan, politik, hingga huburan (Nwachi
and Igbokwe, 2019).
Apalagi pengguna Twitter merupakan generasi
milenial yang memiliki idealisme dan kepercayaan diri tinggi sehingga tidak
mudah terpengaruh oleh buzzer politik
ataupun berita hoax (Lukman,
2014). Analiisis isi Twitter
akhirnya dapat menggambarkan kebijakan Pemerintah Indonesia sekaligus
memperoleh deskripsi gagasan masyarakat Indonesia dalam rangka merespon
otoritas negara. Covid-19 masih terus menghantui masyarakat dunia sehingga
Pemerintah Indonesia harus merumuskan penanganan secara komprehensif dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Fathul Qorib, Dosen Prodi Ilmu Komunikasi, UNITRI Malang. IG - @fathul_indonesia
Daftar Pustaka
Ananda,
A. (2020) Jurus Jokowi Lawan Virus Corona dengan Diskon Tiket Pesawat, CNN
Indonesia2. Available at:
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200226091352-532-478192/jurus-jokowi-lawan-virus-corona-dengan-diskon-tiket-pesawat
(Accessed: 3 April 2020).
BBCNews (2020) Coronavirus declared global health emergency
by WHO - BBC News, BBC News. Available at:
https://www.bbc.com/news/world-51318246 (Accessed: 3 April 2020).
Briantika, A. (2020) Tiket Pesawat Murah Jadi Biang
COVID-19 Masif di Indonesia? - Tirto.ID, Tirto Id. Available at:
https://tirto.id/tiket-pesawat-murah-jadi-biang-covid-19-masif-di-indonesia-eELB
(Accessed: 3 April 2020).
Centola, D. (2010) ‘The spread of behavior in an online
social network experiment’, Science. American Association for the
Advancement of Science, 329(5996), pp. 1194–1197. doi: 10.1126/science.1185231.
Chen, N. et al. (2020) ‘Epidemiological and clinical
characteristics of 99 cases of 2019 novel coronavirus pneumonia in Wuhan,
China: a descriptive study’, The Lancet. Lancet Publishing Group,
395(10223), pp. 507–513. doi: 10.1016/S0140-6736(20)30211-7.
van Dijck, J. (2019) ‘Governing digital societies: Private
platforms, public values’, Computer Law and Security Review. Elsevier
Ltd. doi: 10.1016/j.clsr.2019.105377.
Firdaus, F. (2020) Indonesia’s Zero Coronavirus Cases May
Be Bad Screening, Foreign Policy. Available at:
https://foreignpolicy.com/2020/02/19/indonesia-coronavirus-screening-may-miss-virus-carriers/
(Accessed: 3 April 2020).
Intan, G. (2020) Kenapa Indonesia Tidak ‘Lockdown’? Ini
Jawaban Jokowi, VOA Indonesia. Available at:
https://www.voaindonesia.com/a/kenapa-indonesia-tidak-lockdown-ini-jawaban-jokowi/5343239.html
(Accessed: 4 April 2020).
Khan, G. F., Swar, B. and Lee, S. K. (2014) ‘Social Media
Risks and Benefits’, Social Science Computer Review. SAGE Publications
Inc., 32(5), pp. 606–627. doi: 10.1177/0894439314524701.
Kompas (2020) Update 23 Negara Berlakukan Lockdown Guna
Hentikan Penyebaran Virus Corona, Kompas.com. Available at:
https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/30/161900865/update-23-negara-berlakukan-lockdown-guna-hentikan-penyebaran-virus-corona
(Accessed: 4 April 2020).
Li, C., Yang, Y. and Ren, L. (2020) ‘Genetic evolution
analysis of 2019 novel coronavirus and coronavirus from other species’, Infection,
Genetics and Evolution. Elsevier B.V, 82, p. 104285. doi:
10.1016/j.meegid.2020.104285.
Lin, Q. et al. (2020) ‘A conceptual model for the
coronavirus disease 2019 (COVID-19) outbreak in Wuhan, China with individual
reaction and governmental action’, International Journal of Infectious
Diseases. Elsevier B.V., 93, pp. 211–216. doi: 10.1016/j.ijid.2020.02.058.
Lukman, E. (2014) Twitter Has Close to 20 Million Active
Users in Indonesia, TechinAsia. Available at: https://www.techinasia.com/twitter-close-20-million-active-users-indonesia
(Accessed: 3 April 2020).
Mardhiah, A. et al. (2019) ‘Utilization Of Social
Media In Giving Information Related To Activities And Performance Of
Legislative Members (-A Case Study of Women Legislative Members in the Aceh
People’s Representative Council (DPRA)’, Library Philosophy and Practice
(e-journal). Available at: https://digitalcommons.unl.edu/libphilprac/2849
(Accessed: 4 April 2020).
Massola, J. (2020) ‘That’s a problem’: Indonesia’s
Coronavirus Vulnerability Revealed, The Sydney Morning Herald.
Available at:
https://www.smh.com.au/world/asia/that-s-a-problem-indonesia-s-coronavirus-vulnerability-revealed-20200130-p53wc9.html
(Accessed: 25 March 2020).
McVeigh, K. and Graham-Harrison, E. (2020) Academic stands
by research querying Indonesia’s claim to be coronavirus-free, The
Guardian. Available at:
https://www.theguardian.com/world/2020/feb/14/indonesia-coronavirus-academic-harvard-marc-lipsitch
(Accessed: 3 April 2020).
Mishra, C. and Maharana, B. (2019) ‘Impact of Social Media on
Academic Business School Libraries in
India: An Empirical Study’, Library Philosophy and Practice (e-journal).
Available at: https://digitalcommons.unl.edu/libphilprac/2871 (Accessed: 4
April 2020).
Morse, S. S. et al. (2012) ‘Prediction and prevention
of the next pandemic zoonosis’, The Lancet. Elsevier, pp. 1956–1965.
doi: 10.1016/S0140-6736(12)61684-5.
Mulyanto, R. and Firdaus, F. (2020) Why are there no
reported cases of coronavirus in Indonesia?, Al Jazeera. Available
at:
https://www.aljazeera.com/news/2020/02/reported-cases-coronavirus-indonesia-200218112232304.html
(Accessed: 3 April 2020).
Nwachi, C. and Igbokwe, J. (2019) ‘The Impact of Social Media
in Research Publicity and Visibility’, Library Philosophy and Practice
(e-journal). Available at: https://digitalcommons.unl.edu/libphilprac/2298
(Accessed: 4 April 2020).
Olival, K. J. et al. (2017) ‘Host and viral traits
predict zoonotic spillover from mammals’, Nature. Nature Publishing
Group, 546(7660), pp. 646–650. doi: 10.1038/nature22975.
Phelan, A. L., Katz, R. and Gostin, L. O. (2020) ‘The Novel
Coronavirus Originating in Wuhan, China: Challenges for Global Health
Governance’, JAMA - Journal of the American Medical Association. doi:
10.1001/jama.2020.1097.
Renaldi, A. (2020) Simak Kompilasi Guyonan Pejabat
Indonesia Soal Virus Corona, Agar Harimu Lebih ‘Cringy’, Vice.
Available at: https://www.vice.com/id_id/article/pkeqag/guyonan-pejabat-indonesia-soal-virus-corona
(Accessed: 4 April 2020).
Salazar, P. M. De et al. (2020) ‘Using predicted
imports of 2019-nCoV cases to determine locations that may not be identifying
all imported cases’, Journal MedRxiv. Cold Spring Harbor Laboratory
Press, p. 2020.02.04.20020495. doi: 10.1101/2020.02.04.20020495.
Shen, M. et al. (2020) ‘Lockdown may partially halt
the spread of 2019 novel coronavirus in Hubei province, China’, medRxiv.
Cold Spring Harbor Laboratory Press, p. 2020.02.11.20022236. doi:
10.1101/2020.02.11.20022236.
Siyam, N., Alqaryouti, O. and Abdallah, S. (2020) ‘Mining
government tweets to identify and predict citizens engagement’, Technology
in Society. Elsevier Ltd, 60. doi: 10.1016/j.techsoc.2019.101211.
StatCounter Global Stats (2020) Social Media Stats
Indonesia, Statscounter.com. Available at:
https://gs.statcounter.com/social-media-stats/all/indonesia (Accessed: 10
February 2020).
Statista (2015) Twitter: Number of Users in Indonesia 2019,
Statista.com. Available at:
https://www.statista.com/statistics/490548/twitter-users-indonesia/ (Accessed:
19 February 2020).
Syakriah, A., Cahya, G. H. and Pinandita, A. (2020) Experts
warn against complacency as Indonesia reports zero cases of coronavirus -
National - The Jakarta Post, The Jakarta Post. Available at:
https://www.thejakartapost.com/news/2020/01/27/experts-warn-against-complacency-as-indonesia-reports-zero-cases-of-coronavirus.html
(Accessed: 3 April 2020).
The Moodie Davitt Report (2020) Coronavirus Update: China
Duty Free Group closes Haitang Bay store as crisis escalates., The
Moodie Davitt Report. Available at:
https://www.moodiedavittreport.com/coronavirus-update-china-duty-free-group-closes-haitang-bay-store-as-crisis-escalates/
(Accessed: 3 April 2020).
Varghese, R. and A, Y. T. (2019) ‘Role of social media during
Kerala floods 2018’, Library Philosophy and Practice (e-journal).
Available at: https://digitalcommons.unl.edu/libphilprac/2754 (Accessed: 4
April 2020).
Wee, S.-L., Jr, D. G. M. and Hernandez, J. C. (2020) W.H.O.
Declares Global Emergency as Wuhan Coronavirus Spreads - The New York Times,
New York Times. Available at:
https://www.nytimes.com/2020/01/30/health/coronavirus-world-health-organization.html
(Accessed: 3 April 2020).
WHO (2020) Coronavirus disease 2019 (COVID-19) Situation
Report – 70. Available at: https://www.who.int/health-topics/coronavirus#.
Wilson, M. E. and Chen, L. H. (2013) ‘Travelers Give Wings to
Novel Coronavirus (2019-nCoV)’, Journal of Chemical Information and Modeling,
53(9), pp. 1689–1699. doi: 10.1017/CBO9781107415324.004.
Zhou, F. et al. (2020) ‘Clinical course and risk
factors for mortality of adult inpatients with COVID-19 in Wuhan, China: a
retrospective cohort study’, The Lancet. Lancet Publishing Group,
395(10229), pp. 1054–1062. doi: 10.1016/S0140-6736(20)30566-3.
Zhu, N. et al. (2020) ‘A Novel Coronavirus from
Patients with Pneumonia in China, 2019’, New England Journal of Medicine.
Massachussetts Medical Society, 382(8), pp. 727–733. doi:
10.1056/NEJMoa2001017.
El Zowalaty, M. E. and Järhult, J. D. (2020) ‘From SARS to
COVID-19: A previously unknown SARS- related coronavirus (SARS-CoV-2) of
pandemic potential infecting humans – Call for a One Health approach’, One
Health. Elsevier B.V, 9, p. 100124. doi: 10.1016/j.onehlt.2020.100124.
Comments
Post a Comment
semoga artikel ini berniat baik pada pembaca, komentar pembaca akan membangun blog ini.