Skip to main content

Memahami Gagal


Fendi, adik kelasku beda jurusan di Universitas Trunojoyo tiba-tiba mengirim sms yang membangunkanku, “aku tidak berhasil karena aku selalu takut gagal”. Sejenak, saya menyangka semua orang telah sadar bahwa untuk berhasil itu membutuhkan beberapa pengorbanan. Ya, saya bahkan hampir yakin bahwa semua orang tahu bahwa ada harga yang harus dibayar untuk berhasil.

John F Kennedy (1917-1963) berkata “hanya orang yang berani gagal total, akan meraih keberhasilan total”. Berdasarkan kalimat tersebut, juga sesuai dengan pengalaman banyak orang yang tertuang dibuku-buku, bahwa kegagalan pasti mereka rasakan sebelum mereka meraih keberhasilan. Saya juga percaya bahwa orang yang berani gagal akan meraih kesuksesannya, meskipun masih banyak keraguan ganjil yang menunjukkan bahwa ;banyak orang yang gagal akhirnya gagal juga. Sudah usaha mati-matian, kesana-kemari, akhirnya ia gagal juga, dan mati dalam kemiskinannya. Dari sini, kita harus membuat penilaian, kegagalan seperti apa yang menjadikan kita sukses, dan kegagalan seperti apa yang menjadikan kita terus menerus gagal.

Kegagalan adalah masalah bagi semua orang. Kata itu seperti olok-olok yang menyakitkan. Kegagalan yang mampu menjadikan kita berhasil adalah kegagalan yang dijadikan pelajaran sehingga kita tidak terjebak pada kegagalan yang sama. Jika kita mampu menjadikan kegagalan sebagai titik tolak, maka bukan tidak mungkin keberhasilan akan kita rasakan secepatnya.

Pepatah “experience is the best teacher” juga menjadikan segala sesuatunya menjadi optimis. Namun jika kita baca pelan-pelan pepatah tersebut, kita akan mendapatkan pengertian yang sama bahwa keberhasilan harus dibayar dengan beberapa pengorbanan (baca; kegagalan). Bagaimana kita mendapatkan pengalaman jika kita tidak pernah melakukan kesalahan? Jika kita meminjam uang di bank sebesar 200 juta untuk memulai usaha berternak ayam potong, lalu dua bulan kemudian kita panen besar tanpa ada yang mati, kaya raya hingga usia tua dikarenakan sukses yang tidak terputus dari usaha ayam potong tersebut, maka tentu saja itu bukan pengalaman yang mencengangkan –bahkan itu cenderung mengada-ada.

Jika kita pernah gagal dalam meraih Indeks Prestasi di perkuliahan, kita akan tahu apa yang tidak boleh dilakukan. Jika ikan lele yang kita ternak mati sebagian, maka kita seharusnya tahu apa yang membuat mereka mati, lalu kita bisa membuat antisipasinya dikemudian hari. Kalau kita gagal dalam

Sekarang mari kita membayangkan, bagaimana jika ada seorang arsitek yang di disewa oleh seorang konglomerat untuk membuat pertokoan yang sangat menarik, tapi tanpa AC? Dan tempatnya bukan di Indonesia yang sejuk, tapi di Harare, ibu kota Zimbabwe yang panas? Tawaran tersebut adalah sebuah keberhasilan yang bersamaan dengan jurang kegagalan. Padahal gedung tanpa AC namun harus tetap sejuk belum pernah dikenal manusia. Kalau anda menjadi arsitek itu, apakah anda berani menerima tantangan itu? Kalau aku akan menjawab tidak, karena rasa-rasanya hal tersebut mengada-ada. Tidak mungkin.

Berbeda dengan Mick Pearce. Dia menerima tantangan tersebut. Dengan menggabungkan kemampuannya sendiri dan kemampuan (serta pengalaman) rayap yang membangun sarang tanpa AC, jadilah gedung pesanan tersebut. Kompleks pertokoan yang dibuka pada tahun 1996 itu diberi nama Eastgate dan menjadi pusat perdagangan di Zimbabwe. Sebuah mahakarya yang kemudian diulas diberbagai media massa, artikel, jurnal, dan menjadi rujukan arsitektur modern yang meniru “bakat alam”. –sebagai catatan, rayap berhasil mengalirkan udara yang panas ke dalam sarang melalui kamar-kamar berisi lumpur yang dingin, kemudian udara itu disebarkan ke seluruh sarang dengan suhu yang tetap terjaga 310C untuk menumbuhkan cendawan yang penting bagi mereka.

Itulah keberhasilan terbesar yang didapat karena mempertaruhkan kegagalan yang terbesar juga. Jika kita berani berjuang untuk mendapatkan apa yang kita inginkan, maka keberhasilan bukanlah hal mustahil. Kegagalan bukan untuk dihindari tapi diselesaikan. Kita telah banyak melakukan perbuatan yang mempertaruhkan kehidupan kita sendiri, misalnya saja Ujian Nasional saat masih sekolah, memutuskan hidup menjadi istri orang yang sebelumnya tidak kita kenal, dan juga melancong ke negeri yang jauh untuk bekerja. Namun itu semua kita lalui, kita gilas sendiri, tidak kita hindari. Semuanya itu adalah pengorbanan, namun sesungguhnya, pengorbanan yang bagaimanakah yang mengantarkan kita kepada keberhasilan total?

Adalah kegigihan kita sendiri yang bisa mengantarkan kita kepada keberhasilan tersebut. Bayangkan orang yang terus menerus gagal tapi tidak pernah belajar dari kegagalan tersebut, bayangkan orang yang terus menerus gagal tapi bukannya melanjutkan usahanya malah beralih pada pekerjaan lain, bayangkan kegagalan yang terjadi dalam seluruh hidup anda, lalu anda menyerah dan menyerahkannya kepada takdir. Meskipun kita gagal berkali-kali, jika kita hanya berdiam diri tanpa menjadikannya suatu momentum, kita akan tetap gagal. Jadi gagallah, sekali saja, lalu berhasillah, selamanya.

R.U. Darby menceritakan kisah mengenai dirinya dan pamannya yang ikut terkena demam emas di Colorado. Mereka yang awam mengenai emas itu terjun menggali tambang emas berminggu-minggu lamanya sebelum menemukan bijih emas yang berkilauan ditanah liat. Setelah yakin bahwa itu emas yang dicari, mereka pulang ke Maryland dan mengumpulkan dana dari kerabat-kerabatnya demi membeli mesin bor untuk mengangkat bijih emas tersebut ke permukaan. Setelah kembali ke tambang emas tersebut, bijih-bijih emas itu ternyata menghilang, lenyap dari pandangan. Merekapun mengebor lagi dilokasi yang sama namun tidak mendapatkan apa-apa. Mereka mengebor lagi dan lagi disana-sini namun tetap nihil, bijih emas yang mereka lihat sebelumnya benar-benar lenyap.

Akhirnya mereka putus asa. Mereka berhenti melakukan pengeboran dan menjual mesin pengebor (penggali) tersebut ke seorang tukang loak dengan harga yang juga putus asa. Oleh tukang loak tersebut, di tempat Darby dan pamannya menggali, dipanggilkan insinyur untuk melihat apa yang terjadi disana. Insinyur tersebut mengatakan bahwa tempat itu adalah tempat yang paling kaya emasnya di seluruh Colorado. Insinyur tersebut menyebut emas yang dulu di lihat oleh penambang sebelumnya sebagai “fault lines”. Berdasarkan perkiraannya, emas yang luar biasa besar tinggal berjarak 3 kaki dari jejak bor yang ditinggalkan oleh Darby dan pamannya. Maka jadilah tukang loak tersebut seorang miliarder, untung berlipat-lipat.

Itu adalah kisah nyata, bukan rekayasa yang biasanya dibuat untuk mendongengi seorang pemuda yang miskin agar semangat bekerja. R.U. Darby belakangan kita kenal sebagai agen asuransi terbesar di Amerika Serikat.

Jadikanlah pelajaran antara RU Darby dengan tukang loak tersebut. Meskipun mereka sama-sama sukses pada akhirnya, jalan yang mereka tempuh berbeda. R.U Darby kaya karena menjadikan kegagalannya di tambang emas itu sebagai lecutan untuk tidak pernah menyerah. Dalam hidupnya ia pasti selalu mengatakan bahwa “emas itu berada 3 kaki dari sekarang”, lalu ia akan mati-matian berusaha hingga berhasil. Peristiwa menyakitkan itu akan dijadikan cambuk yang tidak akan menghentikan langkahnya hingga ia benar-benar sukses besar. Kegagalan total yang ia alami, menjadikannya sukses total. Begitupula dengan tukang loak tersebut, mungkin ia telah gagal di bidang lain, namun karena kejeniusannya (menghubungi seorang insinyur) ia akhirnya berhasil total.

Tulisan ini rasanya belum selesai, tapi baiklah untuk dibaca dulu.

Comments

About Me

My photo
Fathul Qorib
Lamongan, Jawa Timur, Indonesia
pada mulanya, aku adalah seorang yang cerdas sehingga aku ingin mengubah dunia. lalu aku menjadi lebih bijaksana, kemudian aku mengubah diriku sendiri.